"Kita mau nyari makan apa?" Tanya salah satu perempuan.
Kalau berbicara pantai, tentu saja seafood!
Setelah berdiskusi selama beberapa waktu, salah satu perempuan berkata dengan santai. "Lebih baik kita memancing dan meminta restoran untuk memasakannya buat kita nanti."
"Hahaha masuk akal juga, pasti nanti jatuhnya juga lebih murah. Kadang kau ini pintar juga." Para perempuan ini tertawa dan hendak pergi menyewa alat pancing.
"Kalian ingin memancing untuk dimakan? Aku rasa otak kalian agak rusak." Pada saat ini, seorang lelaki tiba-tiba nimbrung di tengah percakapan mereka. Sindiran itu segera menarik perhatian mereka.
"Ha? Memangnya ada yang minta pendapatmu?" Salah satu perempuan bernama Bella menjadi marah ketika mendengarnya. Lelaki itu benar-benar tidak tahu diri, sudah tiba-tiba nimbrung, dia juga mengejek secara terang-terangan. Justru otak orang itu yang jauh lebih rusak daripada mereka.
Randika geleng-geleng ketika melihat hal ini. Dia paling malas bertemu dengan orang semacam itu, dia pasti merasa paling benar dan keras kepala. Orang yang pantas untuk mati sendirian.
Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya. "Aku hanya berkata apa adanya. Kau kira memancing itu mudah? Mana ada ikan besar yang ada di pinggir pantai? Atau jangan-jangan kalian mau berenang dan menangkap mereka dengan tangan kosong?" Lelaki itu tertawa keras.
"Itu bukan urusanmu!" Salah satu perempuan juga ikut marah melihat tingkah laku laki-laki ini.
"Ah, kau beneran mau berenang? Kalian orang kota memang aneh, mana mungkin bisa kalian menangkapnya dengan tangan kosong?" Lelaki itu lalu menghela napas. "Aku hanya berkata apa adanya."
"Dari mana kau tahu kalau kami tidak bisa mendapatkannya?" Bella tidak mau mengalah.
"Benar! Siapa yang bilang kalau kita tidak bisa mendapatkannya?" Yang lain mulai membela.
Lelaki itu tertawa sekali lagi. "Hahaha sudahlah hentikan mimpi kalian yang fana itu. Cepat bangun dan hadapi kenyataan."
Kata-kata itu benar-benar menusuk hati para perempuan ini. Orang ini benar-benar tidak tahu diri.
"Siapa yang bilang tidak bisa menangkap ikan dengan tangan kosong?" Suara itu berasal dari Randika yang daritadi cuma terdiam.
Lelaki itu menoleh dan menatap Randika, tatapannya terlihat jijik terhadap Randika.
"Logika saja, jika kau tidak bisa lebih cepat dari para ikan, bagaimana bisa kau menangkapnya?" Lelaki itu menghela napas. "Seperti kata peribahasa 'Bagai pungguk merindukan bulan' [1]"
"Oh? Kalau begitu kau berani bertaruh denganku?"
"Siapa yang takut? Apa yang kita pertaruhkan?" Lelaki ini langsung setuju dengan usul Randika. Baginya ini adalah taruhan yang mudah, siapa memangnya yang bisa menangkap ikan di laut lepas dengan tangan kosong?
"Jika aku mendapatkan ikan dengan tangan kosong, kau harus berlutut dan meminta maaf pada perempuan ini." Kata Randika.
"Ha? Cuma itu? Kalau kau bisa dapat ikan apa pun, aku akan memakannya mentah-mentah di sini!" Lelaki ini benar-benar meremehkan Randika.
"Baiklah, kau sendiri yang ngomong begitu. Jangan menyesal karena telah mengatakannya." Kata Bella.
"Tentu saja." Lelaki itu menatap Randika dan mengatakan. "Aku percaya diri bahwa kau tidak mungkin bisa menangkap 1 ikan pun. Ah! Jangan sampai kau cuma menangkap ikan kecil ataupun udang. Itu sama saja dengan curang."
"Jangan khawatir, aku seorang jentelmen. Aku tidak akan berbuat selicik itu." Kata Randika dengan santai.
"Hahaha, aku suka orang sepertimu." Lelaki itu tertawa dan berbalik lalu berteriak. "Semuanya dengar! Orang ini mau menangkap ikan dengan tangan kosong!"
Tiba-tiba, sekumpulan orang sudah mengerubungi mereka.
"Menangkap ikan dengan tangan kosong? Mustahil lha!"
"Apalagi ini ikan laut, dikira nangkap di kolam ikan apa?"
Ketika suasana mulai rame, lelaki itu dengan cepat berkata pada Randika. "Jangan kembali kalau tidak membawa ikan 20 kg! Omong-omong, apakah kau butuh perlengkapan menyelam?"
"Tidak butuh.�� Randika tidak peduli dengan sindiran orang tersebut. Di bawah tatapan orang-orang, Randika menceburkan diri ke laut dan menyelam.
Dalam sekejap sosoknya sudah tidak terlihat dan meninggalkan sekumpulan orang ini berdiri terdiam.
"Orang itu benar-benar sakit, kenapa kau tidak membawanya ke rumah sakit sebelumnya?" Lelaki itu berkata pada Viona dan yang lain.
"Kau yang sakit!" Viona langsung tidak terima ketika Randika diejek.
"Hahaha jelas kalianlah yang sakit. Semua orang ini sudah tahu bahwa menangkap ikan laut dengan tangan merupakan hal yang mustahil. Tapi memang kata-kataku tadi mungkin kurang tepat, dia bukan sakit tapi jelas sudah gila!"
Laki-laki itu tertawa keras, membuat para perempuan ini semakin marah. Namun, pada saat ini Inggrid datang.
"Ada apa?" Melihat bawahannya yang berkumpul bersama banyak orang, Inggrid merasa penasaran.
"Bu, orang ini bertaruh sama pak Randika. Sekarang pak Randika sedang berusaha menangkap ikan dengan tangan kosongnya." Salah satu dari mereka menjelaskan.
"Oh? Ya sudah, kalian tunggu saja." Inggrid hanya mengangguk dan menatap ke lautan.
Lelaki itu dan orang-orang merasa Inggrid adalah wanita yang cantik, benar-benar cantik! Mereka berhenti berbicara satu sama lain dan menikmati pemandangan yang cantik tersebut.
Pada saat ini, Randika masih sibuk mencari ikan di tengah laut. Dia melihat ada ikan besar tetapi tidak yakin kalau beratnya mencapai 20 kg.
Dia lalu memutuskan untuk mencari yang lain. Namun, dia tetap tidak bisa menemukan ikan yang memenuhi harapannya.
Tanpa sadar sudah 2 menit dia menyelam tanpa mengambil udara
Ah!
Tatapan mata Randika terlihat berbinar-binar, dia menemukannya! Beratnya pasti lebih dari 20 kg.
Di tepi pantai, lelaki itu tertawa sekali lagi. "Sudah hampir 3 menit dan dia tidak keluar-keluar, jangan-jangan dia mati tenggelam? Sudah kubilang memancing dengan tangan kosong itu mustahil. Sekarang malah nyawanya yang hilang."
"Tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Randika, kau tunggu saja." Kata Viona dengan nada dingin. Dalam lubuk hatinya dia sendiri mulai sedikit merasa khawatir, kenapa Randika tidak muncul-muncul?
"Kamu kira ada orang yang bisa menahan napas lebih dari 2 menit?" Lelaki itu menatap Viona sambil menggelengkan kepalanya. "Sudah jangan berharap terlalu banyak, panggil polisi dan ambulans. Kalian harus mengambil mayatnya dulu secepatnya sebelum dimakan oleh ikan."
Para perempuan ini segera marah, tetapi Inggrid hanya menatap lautan dengan wajah yang tenang. Viona sendiri mulai bimbang, tetapi setelah dia memikirkan kejadian-kejadian sebelumnya, dia merasa lebih percaya diri terhadap Randika.
"Tunggu saja, dia pasti akan keluar sebentar lagi." Kata Viona dengan wajah penuh percaya diri.
"Aku punya waktu, sayangnya dia sudah tidak punya waktu lagi hahaha." Kata lelaki itu sambil tertawa. Pada saat yang sama, orang-orang juga mulai tertawa. Bahkan ada yang ikut nimbrung. "Sudah telepon saja ambulans, seharusnya mayatnya akan mengambang sebentar lagi."
Pada saat ini, seseorang menyadari ada pergerakan di laut dan menunjuknya. "Itu dia!"
Tiba-tiba, semua orang menatap Randika dan pancingannya. Semua orang terkejut bukan main, bahkan ada yang sampai menampar dirinya sendiri.
Bukankah itu lebih dari 80 kg?
Tatapan mata lelaki itu benar-benar terbelalak, dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Viona dan lainnya justru bersorak dan tertawa melihat sosok Randika.
Sambil tersenyum, Randika menaruh kura-kura yang dia tangkap di depan kaki lelaki itu. "Bagaimana? Beratnya harusnya lebih dari 20 kg."
Jelas seekor kura-kura berbobot lebih dari 20 kg!
Inggrid tidak bisa berhenti tertawa. Kenapa Randika memutuskan untuk menangkap kura-kura?
Para penonton mulai berkomentar. "Orang ini kuat menyeret kura-kura?"
"Aku baru pertama kali melihat hal seperti ini."
Bella justru yang paling besar kepala. "Tuh kan, siapa bilang tidak bisa memancing dengan tangan kosong? Mau bilang apalagi kau?"
"Benar! Sekarang tepati janjimu makan tangkapan kita mentah-mentah. Meskipun agak sulit, dagingnya terkenal enak." Kata salah satu perempuan sambil menahan tawa.
Para penonton mulai tertawa, orang itu mau makan kura-kura di tempat ini? Giginya bisa-bisa patah hanya untuk mencoba memecahkan tempurungnya.
"Aku tidak akan memakannya." Lelaki itu menggeleng dengan cepat.
"Ah! Kau mau mengingkari kata-katamu sendiri?" Semua perempuan ini tidak habis pikir. Lelaki ini sendiri yang mengusik mereka, sekarang setelah kalah malah mau kabur. Lelaki macam apa dia coba?
"Itu bukan ikan." Kata lelaki itu.
"Kura-kura termasuk seafood!"
"Maksudku adalah kura-kura itu lambat, sangat mudah menangkapnya. Perjanjian kita adalah ikan, jadi bisa dianggap taruhan kita tidak terpenuhi." Kata lelaki itu.
Bella benar-benar marah ketika mendengarnya. "Kura-kura ini jelas merupakan hewan laut yang bobotnya lebih dari 20 kg. Jangan kira kura-kura ini lebih bodoh darimu, di laut dia bisa berenang lebih cepat dari manusia."
"Hahaha." Tiba-tiba para penonton tertawa ketika mendengarnya. Kata-kata wanita itu ada benarnya juga.
"…." Wajah lelaki itu sudah merah karena marah. Namun, Randika berkata dengan santai. "Baiklah, aku akan menyelam lagi dan menangkap ikan sesuai kriteria."
"Tidak usah!" Beberapa perempuan ingin menghalangi Randika.
Randika hanya tersenyum pada mereka. "Santai saja, aku tidak lama kok."
Setelah itu, Randika kembali menyelam lagi. Kali ini, dia tidak memerlukan waktu selama tadi. Dan kali ini dia membawa ikan besar bersamanya.
"Seharusnya ikan ini lebih dari 20 kg." Randika melempar ikan yang ditangkapnya. Ketika melihat ikan itu, semua orang ternganga melihatnya.
Lelaki itu juga terkejut, wajahnya benar-benar sudah berantakan.
Ini pasti mimpi bukan?
Tetapi, ikan besar itu ada di bawah kakinya dan banyak orang yang menyaksikan aksi Randika ini.
"Mau alasan apalagi?" Bella dengan cepat berdiri di depan lelaki itu.
"Aku… Aku menyerah." Kata lelaki itu dengan nada lesu.
"Cepat makan! Katanya mau makan tangkapan kita mentah-mentah!" Seru yang lain.
"..." Wajah lelaki itu benar-benar buruk. Dia hanya mengatakan apa yang terlintas di pikirannya tanpa berpikir panjang. Dia tidak menyangka bahwa dia akan kalah.
"Sudah, orang itu sudah menerima pelajarannya. Aku harap kau tidak akan berbuat seperti ini lagi." Inggrid berusaha menengahi.
Melihat atasan mereka yang bijak itu, semuanya setuju untuk melepaskan lelaki itu. Namun, hanya satu orang yang tidak melepaskannya dengan mudah.
"Berlutut dan minta maaf pada mereka." Kata Randika dengan wajah sangarnya.
[1] Seseorang yang membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang tidak mungkin.