Di bawah tatapan kagum orang-orang, Randika tersenyum dalam hati.
Tiangnya ini dia letakan persis di depan dadanya. Dengan berat tiang yang mencapai 20 kg dan beban 100 kg, Randika mulai mengangkat dan menurunkannya. Perlahan kecepatannya mulai menjadi tinggi. Dalam hitungan detik, Randika sudah melakukannya lebih dari 10x.
Semua orang terkejut, apa pria ini masih bisa dibilang manusia?
Apa yang mereka tidak tahu adalah beban ini masih ringan bagi Randika. Jika mereka bisa mengetahui isi pikiran Randika, pasti mereka sudah menganggap dirinya monster.
Seluruh gym yang awalnya ramai itu menjadi terdiam, semua orang melihat Randika sedang mengangkat beban 100 kg dengan kecepatan yang luar biasa selama beberapa menit.
Setelah lima menit, Randika meletakan tiang itu di tempatnya dan akhirnya menyadari bahwa semua orang sedang menatap dirinya.
Kenapa mereka terlihat terkejut seperti itu?
Ah! Pasti karena pesonaku yang tak tertahankan ya? Memang terlahir tampan itu kadang menyusahkan, namun hati ini mesti dijaga untuk orang yang pantas.
"Pak Randika memang luar biasa!"
"Pak, apa yakin bapak tidak mau simpanan? Saya siap pak!"
Tiba-tiba, semua ahli parfum mulai mengerubungi dirinya. Randika hanya tersenyum manis yang membuat hati para perempuan ini makin leleh. Senyuman ini juga tidak luput dari tatapan beberapa perempuan lain, mereka makin penasaran dengan pria ganteng itu.
Mayoritas laki-laki yang ada di sana mau tidak mau menjadi cemburu. Randika telah mengambil alih seluruh panggung.
Randika kemudian menggunakan beberapa alat fitness lainnya, teriakan para perempuan tidak kunjung mereda.
Viona, dan semua orang, mulai berlatih juga.
Waktu berjalan dengan cepat dan semua orang juga menjalaninya dengan penuh kebahagiaan. Setelah 1 jam berlalu, Randika sudah basah oleh keringat. Jadi dia ingin ganti baju dan menyudahi kegiatan olahraga ini.
Ketika dia berjalan ke loker, Randika sudah berniat berganti baju di tempat tetapi dia melihat orang sedang ganti baju di dalam ruang ganti.
Randika menyadari bahwa orang itu adalah Viona dan ternyata dia sedang berganti baju sekarang! Viona yang sekarang hanya berbalut beha dan celana dalam, Randika tidak bisa menahan air liurnya.
Randika mengendap-endap dan memeluk Viona dari belakang.
Viona dengan cepat menjadi kaku dan takut, tapi dia pernah merasakan kehangatan dan tangan kekar ini sebelumnya. Setelah menyadarinya, Viona kembali rileks.
"Ran, sedang apa kau di sini?"
Randika tampak bingung. "Kamu kok tahu ini aku?"
Viona tersenyum dan mengatakan. "Tentu saja aku tahu, kalau bukan kamu siapa lagi yang bisa membuatku berdebar-debar seperti ini?"
Randika menatap wajah Viona. Viona benar-benar cantik, muda dan menawan. Ditambah lagi, sekarang dia hanya memakai beha dan celana dalam. Puting pinknya itu tampak mencungul dari balik behanya. Apalagi tubuh Viona basah oleh keringat sehingga memberi kesan erotis.
Randika tidak mampu menahan dirinya lagi. Tatapan matanya sudah dipenuhi oleh hawa nafsu dan senyuman nakal mulai menguasai dirinya. "Vi, bisa-bisanya kamu salah masuk ruangan ganti laki-laki?"
Ketika Viona ingin menjelaskan, Randika sudah mengangkat dagu Viona dan menciumnya!
Tiba-tiba, kedua bibir itu bertemu dan serangan lidah Randika mulai menginvasi. Viona tidak tunduk dan malu seperti dulu, dia balik menyerang. Ciuman mereka ini bagaikan badai, api di dalam diri mereka sudah berkobar kencang.
Randika merasa sejak dirinya berhubungan badan dengan Inggrid, kekuatan misteriusnya semakin susah dikontrol. Ketika dia lepas kendali, hawa nafsunya benar-benar menjadi sebuas hewan. Terlebih lagi, Viona yang setengah telanjang ini benar-benar menggoda dan membuatnya lepas kendali.
"Arghh! Hisss!"
Berbagai macam desahan keluar dari kedua mulut orang ini, mereka sudah benar-benar lupa diri. Randika sendiri benar-benar melupakan prinsipnya sebagai jentelmen.
Tangan kanan Randika sudah meluncur ke bawah, tempat dada Viona bersarang.
Sambil merasakan puting Viona yang mengeras, tangannya kembali meluncur dan meremas pantat empuk milik Viona.
Semenit kemudian Viona mendorong Randika, wajahnya benar-benar takluk oleh kenikmatan dan air liurnya sampai menetes-netes. Dia tidak akan melepaskan kenikmatan itu kalau bukan karena tidak bisa bernapas.
"Bagaimana? Kau ingin melanjutkannya?" Randika berbisik di telinga Viona, tidak lupa dia menggigit dan menjilat leher putih Viona.
"…." Viona menutup matanya, Randika telah menyerang titik erotisnya yaitu telinganya. Sensasi nikmat ini langsung mengambil alih dan membuat dirinya sedikit mengalami orgasme.
Dia ingin mengatakan pada Randika bahwa ini tempat umum, tetapi dia tidak sempat mengatakannya karena masih ingin menikmati momen ini. Jadi dia hanya menutup matanya dan menikmatinya.
Randika kembali ke bibir Viona sambil memainkan kedua dada besar itu. Di tengah situasi memanas ini, Randika menggendong Viona dan membawanya ke kursi. Viona sekarang duduk di pangkuan Randika.
Kemudian Randika mulai membenamkan dirinya di dada Viona dan menggeser beha Viona dan menjilati putingnya. Viona sendiri sudah benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, dia benar-benar merasa dirinya sedang melayang.
Randika mulai tidak sabar, dia ingin Viona menjadi perempuannya sekarang juga. Dirinya yang sekarang sudah tidak peduli tempat dan waktu, nafsunya sudah benar-benar mencapai batasnya.
Namun pada saat ini, ruangan ganti ini tiba-tiba dibuka dan seorang perempuan masuk. Dia melihat dua orang sedang berciuman liar dan mau tidak mau dia terkejut.
Randika dan Viona tidak sadar bahwa ada orang lain yang masuk.
Perempuan itu lalu berteriak. "Hei! Kalian ini tidak tahu malu!"
Viona terkejut dan panik. Dia dengan cepat turun dari pangkuan Randika. Randika menatap bajingan yang merusak acaranya itu dan terkejut ketika melihat seorang perempuan ada di ruang ganti laki-laki.
"Ini ruang ganti laki-laki, kenapa kau ada di sini?"
"Ruang ganti laki-laki?" Perempuan itu mendengus dingin. ""Ini ruang ganti perempuan tahu! Jangan kira kau bisa menerobos tempat ini dan bermesraan dengan perempuan mentang-mentang kamu ganteng. Setidaknya jangan melakukannya di tempat umum, perhatikan waktu dan tempat sebelum kamu melakukannya!"
Viona sudah malu bukan main, wajahnya benar-benar merah. Dia dengan cepat ganti baju dan menyeret Randika keluar.
Ketika kedua orang itu keluar, perempuan itu bergumam dalam hati. "Dasar mentang-mentang ganteng pengennya pamer. Aku juga ingin dicium sepanas itu tahu! Hahhh… Rasanya aku harus cari pacar tahun ini."
Randika yang diseret keluar itu diomeli oleh Viona. Setelah mendengar omelan itu 5 menit penuh, Randika kemudian ganti baju di ruangan ganti laki-laki.
Setelah berganti baju dan berkumpul dengan ahli parfum lainnya, mereka semua makan malam bersama.
Randika sedikit merasa lepas kendali saat bermesraan dengan Viona tadi. Prinsipnya adalah melakukannya di tempat romantis sehingga kedua belah pihak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. Tindakannya tadi benar-benar melanggar prinsipnya.
Citra seorang jentelmen harus dia pertahankan. Namun, kelembutan bibir sekaligus dada Viona itu benar-benar membekas dalam dirinya. Di dalam benaknya sekarang adalah kapan dia bisa membuat Viona menjadi ceweknya.
Untuk menjalani hidup mewah dipenuhi cewek cantik, Randika harus membuat mereka tidak bisa lepas dari dirinya.
Perlahan namun pasti, kerajaan haremnya akan terbentuk suatu saat nanti!