Naomi berkedip ke arah Randika, sedangkan Kaori hanya bisa menunduk dengan wajah tersipu malu.
Sesuai perkataan Naomi, mengantar pulang seorang perempuan hingga ke rumahnya merupakan ciri-ciri seorang pria yang jentelmen. Bisa dikatakan bahwa ketika perempuan mengajakmu minum kopi, dia ingin menjalin hubungan denganmu. Dengan meminum kopi, mereka bisa menilai dirimu dan membangun sebuah hubungan.
Dan tentu saja, setelah acara minum kopi ini telah selesai, mereka akan menilai apakah mereka ingin bercumbu denganmu atau tidak.
Dari bercumbu itu mungkin percik-percik cinta akan muncul atau kalau tidak ingin menjalin hubungan yang terikat maka mereka bisa menjadi sex buddy atau istilah gaulnya friend with benefit.
Bahkan di Indonesia, hal seperti ini sudah wajar. Jika seorang perempuan tidak suka denganmu, maka mereka tidak akan mengijinkan kamu untuk menjemput atau mengantarnya pulang. Jika dia berniat membawamu pulang ketika orang tuanya tidak ada ataupun bersedia menginap di rumahmu, ini sudah merupakan sinyal yang jelas bahwa mereka ingin bercumbu denganmu.
Melihat wajah malu Kaori, Randika berdiri sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Tentu saja."
Naomi dan temannya tertawa dan mengucapkan selamat pada Kaori. Dia mengingatkan Kaori untuk memakai pelindung di pengalaman pertamanya nanti.
Kemudian mereka berempat keluar meninggalkan kafe dan berjalan menuju rumah Kaori.
Randika berjalan berdampingan dengan Kaori sedangkan Naomi bersama dengan temannya. Dari belakang, Naomi menilai Randika dari atas hingga bawah. Setelah itu dia berbisik ke temannya lalu menyeret Kaori ke samping mereka. Setelah berbisik di telinganya, keduanya tertawa keras sedangkan Kaori hanya bisa tersenyum pahit.
"Hmm? Apa ada yang lucu?" Randika bertanya sambil tersenyum pada Kaori.
Wajah Kaori sudah merah padam, apa dia harus berkata jujur pada Randika?
"Apa kamu benar-benar ingin tahu?" Kaori sedikit ragu-ragu.
"Tidak apa-apa, santai saja." Kata Randika sambil tersenyum.
"Jadi… mereka hanya ingin tahu, seberapa panjang milikmu itu." Kata Kaori sambil tersipu malu.
Mendengar hal ini, Randika juga ikut terkejut dan terbatuk. Dia merasa kedua temannya itu benar-benar bar-bar. Sepertinya perempuan dan laki tidak ada bedanya, isi kepalanya penuh dengan makanan dan sex.
Pria biasanya, ketika membahas perempuan, rata-rata bercerita bagaimana lekuk tubuh perempuan yang mereka lihat, seberapa besar dadanya, kakinya yang mulus atau betapa cantiknya perempuan itu. Sepertinya perempuan juga tidak jauh berbeda ketika membahas pria yang ditemuinya, seperti apakah dia tampan atau tidak, berotot atau tidak, gaya rambutnya bagaimana dan seberapa besar alat kelaminnya.
Pria dan wanita sama-sama dilahirkan mesum!
Ketika melihat kedua pasangan itu malu-malu, senyuman Naomi makin menjadi-jadi.
Ketika sesampainya di rumah Kaori, Randika berdiri di luar pintu dan hendak pergi pulang. Tetapi, lagi-lagi dirinya dicegat oleh Naomi.
"Sudah jauh-jauh ke sini jangan langsung pulang dong. Masuklah sebentar, Kaori sendiri sepertinya masih ingin menghabiskan waktunya bersamamu."
Randika menatap Naomi dan berkata sambil tersenyum. "Aku dengan senang hati menerimanya, tetapi aku takut kalau kalian keberatan dengan kehadiranku."
"Ah santai saja, aku cuma ingin kamu nanti bersikap lembut pada temanku ini karena ini masih pengalaman pertamanya." Naomi tertawa. Kaori yang mendengar dirinya dijual itu hanya bisa tersipu malu, dia mengundang Randika untuk masuk ke dalam rumahnya.
Dengan begitu, keempat orang ini kembali berkumpul di dalam rumah.
Mau dirinya di mana pun, entah kenapa dirinya selalu dikelilingi perempuan-perempuan cantik. Menjadi orang tampan benar-benar susah!
Kedua teman Kaori ini juga merupakan perempuan cantik, tetapi Kaori sendiri tidak kalah cantiknya.
Dari bentuk tubuh, Naomi dan temannya itu bisa menggoda iman para lelaki dengan mudah. Mengandalkan paras cantik dan tubuh mereka yang bagus, pakaiannya yang dipadu dengan rok ketat membuat mereka makin menggoda.
Namun, kecantikan Kaori itu benar-benar berada di level yang berbeda. Mungkin karena wajahnya yang kekanak-kanakan, Kaori memberikan kesan muda dan polos!
Ketika masuk ke dalam ruang tamu rumahnya Kaori, mereka segera duduk di bantalan duduk. Melihat Randika yang sungkan, Naomi segera menyuruhnya duduk.
"Sudahlah jangan kaku dan terlihat polos seperti itu." Naomi tersenyum. "Aku tidak akan memakanmu kok, lagipula kamu itu cowoknya Kaori."
Mendengar itu, Kaori kembali tersipu malu. Dia tidak berdaya dengan sifat terus terang Naomi yang intens.
Randika hanya tersenyum dan duduk. Dalam sekejap, bau parfum dari ketiga perempuan ini menyerang dirinya secara bersamaan.
Terlebih lagi, Kaori yang duduk di sebelahnya itu, entah sengaja atau tidak, mengambil tangan Randika dan meletakannya di pahanya.
Randika mengingat ciuman panas mereka di kafe sebelumnya. Sepertinya dia beruntung bisa berada di tempat ini.
Keempatnya mulai mengobrol dan topik mereka bervariasi mulai dari yang mesum hingga kehidupan sehari-hari. Dan akhirnya, mereka memutuskan untuk bermain kartu.
Namun karena kartunya berada di kamar tidurnya Kaori, mereka berempat memutuskan untuk bermain di kamar saja. Akhirnya mereka berempat naik ke lantai 2 dan Randika berjalan secara perlahan, memberi waktu untuk Kaori apabila ingin membersihkan kamarnya.
Ketika sampai di atas, ketiga perempuan itu berlari sambil tertawa dan cepat-cepatan siapa yang bisa masuk ke dalam kamar duluan. Pada saat ini, sepertinya salah satu dari mereka terpeleset. Tiba-tiba, seluruh tubuhnya terdorong ke depan! Bergerak secara reflek, tangannya menjulur dan menangkap tangan Naomi.
Hal ini membuat Naomi ikut terjatuh, dan dalam proses itu, Naomi menyeret Kaori bersamanya.
Randika yang masih berjalan dengan santai di tangga, mendengar suara terjatuh yang keras itu dan langsung berlari. Di bawah tatapan mata Randika, ketiga perempuan yang terjatuh ini sepertinya merobek rok ketat mereka.
"Aduh sakit!"
Ketiganya mengeluh sakit, sedangkan Randika masih menikmati pemandangan indah ini dari belakang. Setiap pakaian dalam mereka terekspos!
Randika belum pernah melihat pemandangan seperti ini dalam hidupnya.
Teman Naomi itu memakai celana dalam berwarna ungu, pantatnya yang kenyal itu hanya terbungkus setengah dan sisa kainnya terselip di sela-sela pahanya. Randika sangat ingin menampar pantat itu!
Naomi, yang paling bar-bar diantara mereka, ternyata memakai G-string berwarna merah!
Ternyata Naomi siap bertempur kapan saja asalkan dia menemukan lelaki yang tampan.
Kaori sendiri memakai celana dalam putih yang polos, benar-benar perempuan yang polos!
Ketiganya itu masih kesakitan di lantai, mereka sendiri sadar bahwa rok mereka itu sobek dan tidak terlalu memedulikannya. Mereka masih mengeluh sakit dan menyalahkan satu sama lainnya. Namun ketika melihat sosok Randika, mereka semua menjadi malu.
Dalam sekejap mereka tahu bahwa Randika sudah mengintip mereka.
"Pacarmu itu ternyata orang yang mesum!" Naomi tertawa ketika melihat celana Randika yang terlihat sesak itu.
Untuk memberikan kenang-kenangan pada Randika, Naomi mengangkat rok milik Kaori agar Randika bisa melihatnya lebih jelas.
Randika hanya bisa menyaksikannya sambil meminum air liurnya.