Melihat mayat Bulan Kegelapan yang larut menjadi cairan, Randika berjalan keluar dari ruangan bawah tanah itu.
Ketika dia kembali ke lantai paling atas, seluruh pertempuran telah selesai dan Yuna sudah lepas dari kurungannya. Alasan kenapa Yuna terlihat panik adalah kurungannya memiliki beberapa senjata tersembunyi yang akan membunuh mereka berdua.
"Aku pikir aku tidak akan pernah bertemu denganmu lagi!" Yuna yang melihat sosok Randika sudah menangis seperti bayi. Bajunya yang compang-camping itu membuat siapapun yang melihat Yuna merasa kasihan dan ingin memeluknya.
Semua orang merasakan suasana hangat ini dengan gembira. Ketika Randika ingin menghiburnya, di sudut matanya, dia melihat ada sosok yang bergerak di balik kegelapan.
Dalam sekejap, Randika menoleh dan melihat sosok tersebut berlari di tengah kegelapan dan berusaha kabur dari tempat ini.
Itu Shadow!
Dia berada di ruangan ini sepanjang waktu. Karena dia sama sekali tidak menemukan kesempatan untuk membunuhnya, sekarang Shadow berusaha untuk kabur.
"Jaga Yuna baik-baik."
Setelah berkata seperti itu, Randika langsung mengejar Shadow. Dia harus mengacungi jempol pada Shadow, sepertinya perempuan itu menguasai teknik bersembunyi miliknya itu. Kalau bukan karena Randika mengenal sosok Shadow dengan baik, keberadaannya tidak akan diketahui siapapun.
Kali ini Randika tidak akan membiarkannya kabur!
Tatapan mata Randika fokus pada sosok Shadow di depannya. Meskipun Shadow berusaha melepaskan diri selama 8x, Randika sama sekali tidak tertipu.
Randika mengekori Shadow dengan ketat, jarak antara mereka berdua makin pendek. Shadow sendiri sadar bahwa yang mengejarnya ini adalah Randika, sekarang dia sedikit merasa cemas.
Shadow bergegas menuju balkon diikuti oleh Randika. Pada saat ini, ketika Shadow memecahkan jendela, dia melempar granat ke arah Randika.
DUAR!
Randika tertahan dan terhempas oleh ledakan itu. Shadow langsung menggunakan kesempatan ini untuk menyelam ke dasar laut. Beberapa prajurit Randika melihat sosok Shadow dan berusaha menahannya tetapi tidak ada yang bisa mengimbangi kecepatan Shadow.
Randika langsung mengejar Shadow dan tiba di pinggiran pantai.
Kecepatan lari Shadow benar-benar cepat. Ketika dia tiba di pantai dan menyelam, dia langsung berenang dengan cepat menuju sebuah gua tersembunyi dan menaiki perahu motor lalu meninggalkan pulau terpencil ini.
Pada saat Randika tiba di pinggir pantai, Shadow sudah berlayar menjauhi pulau ini dengan cepat. Untuk kedua kalinya, Shadow berhasil kabur dari kejarannya.
Ketika Shadow melihat sosok Randika yang terdiam di pinggir pantai, dia menghela napas lega.
"Bersabarlah tuanku, kita akan bertemu lagi." Shadow tersenyum pada Randika. "Cepat atau lambat aku akan membunuhmu dan nama Ares akan menjadi milikku!"
Randika yang dapat mendengar kata-kata Shadow itu terlihat celingak-celinguk. Sepertinya tidak ada alat yang layak untuk mengejar Shadow.
"Apa kau frustasi karena tidak bisa menangkapku lagi?" Shadow tertawa dengan keras.
"Jangan pernah lupakan kata-kataku ini Ares, aku tidak akan pernah berhenti mengincarmu! Aku akan menculik orang-orang yang kau sayangi dan menyiksa mereka sebelum membunuh mereka semua!" Wajah Shadow benar-benar bengis.
Randika sama sekali tidak menjawab tetapi aura membunuhnya sudah memancar dengan kuat!
"Aku akan mengawalinya dengan Inggrid Elina." Shadow mendengus dingin. "Awalnya aku memanfaatkan wanita itu untuk menyibukkanmu, tetapi aku tidak menyangka bahwa kau benar-benar akan jatuh cinta padanya. Hahaha benar-benar ironis."
Pada saat ini, Randika menemukan sebuah papan selancar di tepi pantai.
"Jangan melakukan hal yang sia-sia, kau kira bisa mengejarku dengan papan itu? Meski namamu adalah Ares, kau tidak punya perahu untuk mengejarku. Mana mungkin kau bisa mengejarku!"
"Aku tidak akan membiarkanmu lolos!" Kata Randika dengan nada dingin. Dia lalu mengambil papan seluncur itu dan mengejar Shadow dengan cepat!
Shadow tertawa ketika melihatnya, apa tuannya itu sudah gila? Mana bisa dia mengejar dirinya yang menggunakan mesin?
Ya dia tahu bahwa Ares adalah orang yang kuat. Dia sudah mengamati tuannya itu sejak hari pertama, hari demi hari kekuatan Randika itu makin kuat jadi bisa dikatakan tidak ada yang mengenal Randika sebaik dirinya. Tetapi medan kali ini adalah laut, sangat mustahil seorang manusia bisa mengejar sebuah perahu motor.
"Kau ingin aku menunggumu?" Shadow tertawa, tidak ada salahnya mengejek Randika dengan mematikan mesinnya untuk sementara waktu.
Randika sama sekali tidak menjawabnya. Dia sudah berenang menuju Shadow dengan bantuan papan selancar itu.
Ketika ombak besar mulai membentuk dan berusaha turun, Randika menaiki ombak itu dan memanfaatkan momentum dari ombak. Dengan bantuan kecepatan ini, Randika tiduran di papan seluncurnya dan berenang dengan kedua tangannya menuju perahu Shadow dengan cepat.
Dengan bantuan tenaga alam ini, kecepatan Randika luar biasa cepat. Bahkan lebih cepat dari dirinya berenang ketika berusaha menyerang kapal induk milik Aribano!
Shadow melihat Randika yang berdiri di atas ombak itu dan berpikir bahwa tuannya akan mati tertelan ombak. Namun, dia tidak menyangka bahwa Randika akan memanfaatkan ombak tersebut dan mendekati perahunya dengan cepat. Shadow mengerutkan dahinya, kecepatan berenang Randika jauh melampaui dugaannya!
Dengan hati was-was, Shadow mulai berkeringat dingin dan dengan cepat menyalakan mesin perahunya.
Ombak di lautan mulai mengamuk, hal ini justru bagus buat Randika. Posisinya dengan perahu Shadow semakin dekat.
Kali ini Shadow tidak berani menoleh ke belakang. Dia tidak menyangka bahwa Randika bisa mengejarnya hanya dengan sebuah papan seluncur.
Tangan Randika bagaikan mesin, dia mengayuh dengan sangat cepat! Di tengah kepanikannya itu, Shadow mengeluarkan pistolnya dan menembakannya ke arah Randika.
DOR!
DOR!
DOR!
Beberapa tembakan melayang tepat ke arah Randika.
Namun pada saat ini, Randika sedang berdiri di atas papan seluncurnya. Dia bergerak ke kiri dan ke kanan sambil menghindari peluru-peluru tersebut. Dan untuk peluru yang terakhir, dia sampai salto di udara dengan papan seluncurnya. Aksinya ini benar-benar keren sampai-sampai dia sendiri memuji dirinya.
Meskipun telah menembakan pistolnya berkali-kali, Shadow terheran-heran kenapa bidikannya tidak bisa mengenai Randika sama sekali. Setiap pistolnya meletus, Randika selalu menghindarinya bagaikan seorang akrobat.
Pada saat ini, ombak besar muncul di belakangnya dan membawa Randika bersamanya. Di saat ombak itu mau jatuh, Randika memegang papan seluncurnya dengan satu tangan dan berputar di udara sebanyak 2x sebelum akhirnya mendarat dengan papan seluncurnya.
Melihat aksi Randika itu, Shadow sedikit jengkel. Ketika dia berusaha menembak lagi, ternyata peluru dalam pistolnya telah habis.
Kesal, Shadow membuang pistol kosong itu ke laut dan mengemudikan perahu ini dengan kecepatan maksimum.
Dengan bantuan tenaga dalamnya, kecepatan berenang Randika makin meningkat dan posisinya sudah sangat dekat dengan perahu Shadow.
Randika menatap Shadow dengan tatapan dinginnya. Kali ini dia tidak akan membiarkan Shadow kabur hidup-hidup!
Ketika Shadow menoleh ke belakang, dia menyadari bahwa Randika berada tepat di belakang perahunya. Mau tidak mau dia merasakan rasa panik yang luar biasa.
Dia lalu memutuskan untuk mengganti arahnya ke belakang dengan harapan bisa melindas Randika dengan baling-baling mesinnya.
Namun, sebelum dia sempat melakukannya, Randika sudah melompat dan sudah berdiri di belakangnya!
"Kau kira bisa kabur dariku?"