Kakak tertua?
Apa yang mereka bicarakan?
Randika sama sekali tidak mengingat bahwa dia menerima orang sebanyak ini setelah dia kembali ke Indonesia.
Terlebih lagi, mereka benar-benar lemah, mana mungkin dia mengangkat mereka menjadi komplotannya?
Randika terdiam beberapa saat, tidak tahu harus berbuat apa.
Semua karyawan yang ada di lobi depan juga sama terkejutnya, mereka menatap bingung ke arah Randika. Mereka sudah tahu tentang legenda Randika di kantor ini, tetapi dia tidak menyangka bahwa Randika sampai memiliki anak buah seperti ini.
Lalu dari arah pria berjas hitam itu terdengar suara. "Sapaan kalian sama sekali tidak menyentuh hati kakak tertua kita, ulangi sekali lagi! Kali ini suara kalian harus lebih lantang, lebih kompak dan lebih tulus lagi!"
"Salam kakak tertua!"
Kali ini 20 orang tersebut membungkuk dan menyapa Randika dengan suara yang lebih keras daripada sebelumnya.
Pada saat ini, semua orang menjadi penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Kalian bercanda ya? Suara kalian sama sekali tidak tulus dan loyo! Ulangi sekali lagi dan kali ini gunakan seluruh hati kalian untuk menyapa kakak tertua!"
"Selamat pagi kakak tertua!"
Mereka terus mengulanginya beberapa kali lagi, dan akhirnya Randika sadar siapa pemimpin dari pria berjas ini. Ternyata itu adalah Richard, pemuda yang dia tolong dari para penculik.
"Berhenti!"
Randika sudah tidak tahan lagi dengan teriakan tidak masuk akal ini dan menghampiri Richard. Richard sendiri langsung berwajah bangga dan berkata pada Randika. "Kak, apa kakak senang mendengar sambutanku?"
"Kamu ini mabuk atau apa?" Randika menatap Richard dengan perasaan bingung, kejadian ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Jika bocah ini tidak mabuk, Randika tidak punya penjelasan lain.
"Sudah tugas sebagai adikmu untuk menyapa kakaknya." Kata Richard dengan lantang. "Jadi adikmu hari ini datang untuk memberi hormat padamu."
"Sejak kapan aku menjadi kakakmu?" Randika mengerutkan dahinya. "Kapan aku setuju untuk menjadi kakakmu?"
"Kak, jangan berkata seperti itu. Sejak hari pertama kita bertemu, aku merasakan ikatan takdir yang begitu kuat. Sejak hari itu aku sadar bahwa kita ditakdirkan untuk bersama! Kakak tidak usah khawatir, mulai hari ini aku akan mengikutimu ke manapun meskipun kita melewati gunung dan neraka sekali pun." Richard menepuk-nepuk dadanya.
Randika menghela napasnya dalam-dalam. Kalau perasaannya ini dijelaskan dengan kata-kata, maka hanya ada satu kata bagi Richard yaitu gila.
Randika sama sekali tidak ingin terlibat dengan delusi milik Richard ini dan berjalan melewatinya. Namun, Richard dengan sigap mengikuti Randika dari belakang. "Kak, aku benar-benar ingin kakak mengakuiku sebagai adik. Aku benar-benar serius!"
Randika mengabaikannya.
Richard, dengan cepat, memberi isyarat tangan pada bawahannya. Kemudian 20 orang berjas itu berjalan mengikuti Randika sambil berteriak. "Beri jalan untuk kakak tertua."
Semua orang yang menghalangi Randika akan menerima tatapan tajam dari kedua puluh pria menakutkan ini.
Dalam sekejap, semua orang takut pada Randika yang dari awal memang sudah misterius di dalam benak mereka. Ketika melihat kejadian ini, mereka semakin yakin bahwa Randika adalah seorang gangster.
Randika tiba-tiba berhenti berjalan. Richard, yang berjalan di belakangnya, tidak berhenti. Dia berjalan ke depan dan ikut membukakan jalan untuk Randika.
"Suruh orang-orangmu keluar dari gedung dulu." Kata Randika sambil menghela napas.
"Hei kalian dengar tidak? Kakak tertua ingin kalian keluar dari sini!" Kata Richard pada anak buahnya. Kedua puluh orang itu segera berlari keluar dari gedung.
"Apa kakak butuh sesuatu lagi?" Tanya Richard dengan tatapan menjilat.
Melihat wajah Richard, Randika tidak bisa menahan amarahnya.
"Katakan alasanmu kenapa aku harus mengakuimu sebagai adik?" Tanya Randika dengan wajah serius. "Aku tidak bisa mengakui seseorang yang bahkan aku tidak kenal sama sekali."
Richard tertawa dan menggaruk kepalanya. "Sejujurnya, sejak pertama kali kita bertemu aku tidak bisa melepaskan sosok kakak dari kepalaku."
Ketika kata-kata itu selesai terlontarkan, Randika sudah berada 3 meter dari dirinya. Dia berkata pada Richard dengan tatapan mata waspada. "Kamu homo?"
Homo?
Richard mengerutkan dahinya, kenapa dia dianggap homo? Aku ini orang normal dan menyukai perempuan cantik!
Setelah beberapa kali meyakinkan Randika, akhirnya kesalahpahaman ini terselesaikan. Terlebih lagi, setelah mendengar penjelasan Richard lebih lanjut, Randika sudah mengerti mengapa dia mengejar dirinya sedemikian rupa.
Hal ini membuat Randika menggelengkan kepalanya. Meskipun Richard ini adalah anak orang kaya dan berhati baik, dia tidak bisa lepas dari politik dan musuh dari ayahnya jadi dia mencari tempat berteduh yang bisa melindungi nyawanya.
"Terus apalagi alasanmu?" Tanya Randika.
"Sejujurnya." Wajah Richard sudah terlihat merah karena malu. "Hidupku itu biasa-biasa saja, sekolah, les, bertemu dengan orang penting dan kegiatan membosankan lainnya. Aku ingin sesuatu yang beda, sesuatu yang membuat darah mendidih. Kemarin aku melihat pertarungan kakak di Inferno bar dan aku benar-benar terpukau, detik itu aku membulatkan tekad untuk mengikutimu ke mana saja."
Setelah selesai berbicara, suasana menjadi hening.
Melihat ekspresi tulus Richard, Randika hanya tersenyum dan mengatakan. "Baiklah kalau begitu, status kita sekarang adalah berteman dan jangan pernah panggil aku kakak tertua lagi."
"Benarkah? Terima kasih kak!" Richard benar-benar senang bukan main, tetapi dia menyadari dia telah salah memanggil dan menepuk dahinya.
"Kalau begitu aku akan memanggilmu Randika." Kata Richard sambil membenarkan bajunya. "Kalau kak Randika tidak ada kerjaan, bagaimana kalau aku menunjukan tempat yang bagus untuk menghormati pertemanan kita ini?"
"Di mana?" Randika tertarik dengan penawaran ini.
"Sudah ikut saja, aku jamin tempatnya menyenangkan." Kata Richard sambil tertawa.
Randika berpikir sebentar, dia sendiri aslinya tidak ada kerjaan mendesak di kantornya dan Richard sendiri tidak begitu mencurigakan baginya.
Melihat Randika yang menganggukan kepalanya, Richard menjadi senang bukan main. Kemudian mereka berangkat memakai mobil mewah Richard dan segera menuju jalan Merpati. Tak lama kemudian mobil mewah ini berhenti di sebuah gudang yang terbengkalai.
"Tunggu sebentar di mobil." Richard lalu keluar dari mobilnya dan berbicara dengan penjaganya.
Setelah pintu gudang itu terbuka, Randika ikut turun dari mobil dan berjalan bersama ke dalam. Di bawah arahan penjaganya, mereka tiba di suatu lift.
Dan setelah lift itu turun, pemandangannya benar-benar membuat mata Randika berbinar-binar. Dekorasi mewah dan air mancur yang ada benar-benar bertolak belakang dengan kondisi gedung yang mereka masuki tadi, bahkan karpet yang dipakai terlihat mahal. Di sepanjang matanya, beberapa meja judi bisa terlihat!
Ya, Richard telah membawanya ke kasino bawah tanah!
Di dalam kasino ini, sudah ada ratusan orang yang bermain dan bersenang-senang. Tidak jarang juga Randika melihat perempuan-perempuan cantik memakai kostum cosplay sexy lingerie kelinci dengan stocking jala berkeliling mengantarkan minum.
"Yang kamu menyenangkan adalah berjudi?" Randika menatap Richard.
"Ah! Hari ini bukan hanya sekedar berjudi saja." Richard lalu menarik Randika dan berbisik. "Hari ini akan ada kejuaraan yang melibatkan pemain profesional."
Lalu Richard menambahkan. "Kompetisi hari ini melibatkan banyak pihak, jadi hari ini aku jamin akan ada kejadian menarik."