Randika dari awal sudah mengerti trik-trik seperti apa yang digunakan Ella. Perempuan itu benar-benar lihai memanfaatkan celah, jelas bahwa dia sudah lama bergelut di dunia perjudian sejak lama.
Hal-hal seperti inilah yang membuat Randika benci berjudi. Dia sangat membenci bagaimana orang-orang yakin dengan kemampuan menipu mereka hingga akhirnya kehilangan segalanya.
Jadi tidak ada salahnya kan untuk ikut curang ketika dicurangi?
Melihat kegugupan Ella semakin membesar, Randika yakin inilah saat yang tepat untuk memainkan triknya. Selama 3 ronde awal, Randika sudah menandai kartu dengan tenaga dalamnya. Hal ini hanya bisa dilihat oleh dirinya, orang-orang awam tidak akan pernah menyadarinya.
Sejujurnya, dia bisa menang sejak awal ronde ketiga tetapi dia memutuskan untuk tidak melakukannya. Kenapa? Jelas agar dia bisa memandangi dada Ella tanpa perlu mengalihkan perhatiannya!
Tetapi sekarang dia merasa lapar dan sekarang baginya adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikannya.
Ketika Ella berusaha membagi kartunya dengan trik second deal, tiba-tiba kartu yang diambilnya tersangkut! Di bawah tatapan semua orang, kartu yang diambil dari bawah itu terlihat dengan jelas.
Tenaga dalam Randika yang ada di dalam kartu bekerja sebagai lem, oleh karena itu kartu yang diambil oleh Ella tersangkut dan memperlihatkan trik yang digunakan oleh Ella.
"Curang! Perempuan itu curang!" Teriak beberapa orang.
"Benar-benar ceroboh, sekarang reputasinya pasti hancur."
Randika hanya tersenyum ketika melihat wajah Ella yang memucat. "Sepertinya akulah pemenangnya."
Hao, yang berada di samping meja, benar-benar linglung. Bagaimana Ella bisa melakukan hal ceroboh seperti itu? Ini pasti ulah Randika, pikirnya. Dia lalu menatap Randika lekat-lekat dan tersenyum pahit sambil menghela napasnya. Sepertinya perlu beberapa tahun agar dia bisa setara dengan pria itu.
Aku pasti akan mengalahkanmu!
Randika menatap orang-orang yang ribut sendiri lalu berdiri sambil mengatakan. "Transfer uangku sekarang, aku ingin cepat-cepat pergi dari tempat ini."
Randika sudah bosan menghadapi orang-orang seperti ini, lebih baik dia pulang dan bermain-main dengan istrinya.
"Tunggu dulu!" Ella berteriak dengan nada dingin. "Bertarunglah denganku sekali lagi."
Randika menguap. "Baiklah, satu kali lagi."
Ella menggigit bibirnya hingga berdarah, orang ini benar-benar meremehkan dirinya.
"Kita hanya bermain dadu." Ella mengeluarkan 2 buah dadu dan sebuah gelas hitam. "Siapa yang bisa mendapatkan jumlah yang paling kecil dialah pemenangnya."
Sesudahnya menjelaskan, Ella segera memasukan kedua dadu itu ke dalam gelas dan mengocoknya.
Randika memperhatikan perempuan satu ini sambil menghela napas. Sepertinya penjudi seperti Ella tidak bisa lepas dari trik-trik kotor, perempuan satu ini sudah busuk hingga ke intinya.
Sesuai dugaannya, di bawah tatapan orang-orang, Ella mengangkat gelasnya dan menunjukan isi dadunya yaitu 2!
Ella tersenyum. "Sekarang giliranmu. Sebagai tambahan, jika kita seri maka kamulah pemenangnya."
Randika menghela napasnya, dia mengambil gelas hitam itu dan mengocok dadunya. Tenaga dalam di tangannya sudah bekerja dengan cepat. Berbeda dengan Ella, dia mengocok gelas itu secara perlahan.
Orang-orang sudah mengira bahwa Randika sudah tidak punya kesempatan menang, mendapatkan angka 2 benar-benar mustahil. Pada saat ini, Randika berhenti mengocok dan belum membuka isinya.
Ketika semua orang penasaran dengan isi gelas Randika, Randika sudah berdiri dan berkata sambil tersenyum. "Aku harap dengan ini kamu tidak mengejarku lagi."
Kemudian, tidak peduli dengan reaksi orang-orang, Randika berjalan menjauhi meja.
Orang-orang yang melihat hal ini terlihat bingung, Ella mengerutkan dahinya dan mengambil gelas yang masih tertutup itu. Matanya terbelalak ketika dia melihat kedua dadu itu hancur menjadi debu!
Dadu yang hancur menjadi debu, bisa dikatakan, tidak ada angkanya berarti Randika mendapatkan nilai total 0. Lagi-lagi Randika menang!
Ella sudah tidak tahu harus berkata apa, semua orang juga terkejut ketika melihat dadu yang hancur itu. Hari ini benar-benar penuh dengan kejutan.
"Dewa judi… Orang itu adalah dewa judi!" Kata beberapa orang.
Mulai dari hari ini, legenda dewa judi yang baru telah lahir di kasino ini.
"Menarik… Nancy, bawa orang itu kemari." Elizabeth, yang memperhatikan Randika sejak awal, tersenyum.
"Baik."
Nancy menyanggupi permintaan nonanya dan berjalan keluar dari ruangan VIP.
Randika berjalan menuju pintu keluar, tiba-tiba, ada perempuan cantik berwajah dingin mendatanginya. Perempuan ini mengingatkan dirinya terhadap Elva.
Nancy mencegat Randika dan berkata padanya. "Ikut denganku, majikanku mau ketemu."
Randika berhenti berjalan dan menatapnya dengan tajam. "Apa aku berhutang pada majikanmu itu?"
Nancy terlihat bingung, dengan nada dingin dia menjawab. "Tidak."
"Terus kenapa kamu berbicara seperti itu ke aku?" Jawab Randika dengan santai.
Nancy menatap Randika yang penampilannya tidak berkelas itu. Sambil menahan amarahnya, dia berkata kembali pada Randika. "Tuan, majikanku ingin bertemu dengan Anda, maukah Anda ikut denganku?"
"Tidak mau, aku tidak kenal siapa majikanmu itu. Terlebih, kamu menghalangiku berjalan." Randika mencuekinya dan berjalan melewatinya. Tetapi, Nancy kembali mencegatnya.
"Sayangnya aku tidak menerima kata tidak, Anda harus bertemu dengan majikanku." Kata Nancy dengan wajah serius.
"Kamu kira siapa aku?" Randika juga menjadi marah. Dia berkata padanya dengan nada sedikit tinggi. "Anjing mati sepertimu tidak bisa menghalangi jalan seorang singa."
Randika paling benci dengan orang kaya yang bertindak semena-mena mentang-mentang memiliki uang, kalau dia memang butuh sesuatu darinya maka datanglah sendiri bukan menyuruh anjing-anjingnya.
"Apa katamu?" Nancy sudah tidak bisa menahan amarahnya. Dia tidak pernah mengalami kejadian seperti ini. Awalnya rakyat jelata ini ingin mendapatkan rasa hormatnya sama seperti majikannya dan sekarang dia malah mengejeknya sebagai anjing?
"Ternyata kamu bukan hanya tidak punya otak, sepertinya kamu juga tuli." Randika menggelengkan kepalanya. "Sia-sia berwajah cantik tetapi bodoh."
Nancy sudah tidak bisa menahan diri lagi, darahnya sudah mendidih. Dia melayangkan sebuah tamparan ke arah wajah Randika.
Namun tanpa disangka-sangka, pergelangan tangannya berhasil ditangkap oleh Randika. Terkejut, Nancy segera mengambil langkah mundur.
Randika lalu berkata padanya. "Meskipun seekor singa biasanya tidak peduli dengan gonggongan anjing, hari ini aku akan membuat pengecualian. Aku akan mengajari anjing sepertimu agar tidak macam-macam pada seorang raja."
Mendengar kata-kata Randika yang angkuh, darah Nancy sudah tidak bisa lebih mendidih lagi. Namun, sebelum dia bisa mengambil ancang-ancang menyerang, Randika sudah menerjang ke arahnya.
Menurut insting Nancy, dia harus menghindar dari serangan ini. Namun, gerakan Randika berubah-ubah selagi dia berlari, Randika berhasil berdiri di depan Nancy dan meninjunya di dadanya.
"Belum selesai!" Teriak Randika sambil berlari ke arah belakang Nancy.
Nancy yang merasakan rasa sakit yang luar biasa itu, mendadak merasakan punggungnya telah ditendang.
"Bersiaplah!"
Setelah menerima beberapa pukulan lagi, Nancy sudah benar-benar tumbang oleh serangan Randika.
Namun, pukulan Randika tidak sekeras biasanya. Randika masih memiliki hati ketika melawan seorang perempuan, lagipula dia hanya ingin memberikan pelajaran pada pengawal angkuh ini.
"Lain kali, kenali dulu lawanmu sebelum menggonggong." Kata Randika dengan santai, kemudian dia berjalan menuju pintu keluar. Namun pada saat ini, suara dingin terdengar dari arah belakang. "Kamu memang orang yang merepotkan."
Randika menoleh dan terkejut, bukankah dia perempuan yang dia selamatkan dari para preman itu?
"Adik kecil, aku tidak menyangka perempuan itu bawahanmu." Mengingat sifat remaja perempuan satu itu, Randika menggertakan giginya.
Tatapan mata Elizabeth terlihat dingin, adik kecil?
Elizabeth menghembuskan napasnya dan berkata pada Randika dengan nada dingin. "Aku hanya ingin memberikanmu sebuah saran. Tetapi itu, terserah padamu ingin mendengarkannya atau tidak."
Melihat wajah serius adik kecil itu, Randika berhenti berjalan. "Apa saranmu?"
"Berhati-hatilah beberapa hari ini." Elizabeth membantu Nancy untuk berdiri dan melewati Randika. "Aku harap kamu bisa bertahan hidup."
Apa?
Randika benar-benar tidak tahu apa artinya itu. Melihat sosok Elizabeth yang menghilang sambil membawa Nancy, Randika sudah tidak peduli lagi.
Sedangkan untuk sarannya itu, Randika tidak tahu apa artinya. Hidupnya sekarang masih baik-baik saja, memangnya siapa yang berani mengancam nyawanya?
Sedangkan untuk kalimat keduanya, "Aku harap kamu bisa bertahan hidup", benar-benar membuat Randika sedikit jengkel. Memangnya siapa di dunia ini yang bisa membunuhnya?