Ketika suara itu masuk ke telinganya, Randika langsung menjadi waspada. Tidak salah lagi, suara itu milik Hannah!
Tanpa ragu-ragu, Randika berlari sekuat tenaga menuju kamar mandi. Tidak butuh waktu lama untuknya tiba di depan kamar mandi wanita. Perempuan yang berlarian keluar dari dalam kamar mandi terkejut ketika melihat sosok laki-laki masuk ke dalam.
Di dalam kamar mandi, Randika terkejut ketika melihat Hannah berusaha melawan mati-matian ketika ditarik oleh sesosok manusia berbaju serba hitam.
"Tidak! Lepaskan aku!" Hannah mengayun-ayunkan tas tangan miliknya ke arah sosok misterius itu.
Ketika sosok misterius itu hendak memukul Hannah hingga pingsan, dia merasakan bahaya dari arah belakangnya.
Dia dapat merasakan hawa membunuh Randika yang besar, dia lalu memutuskan untuk lari dari tempat itu dari jendela. Tetapi sebelum dia melarikan diri, dia menyempatkan diri untuk memukul Hannah sekali.
Randika bergerak dengan cepat, dia berhasil mencengkeram erat pergelangan kaki sosok misterius itu dan melemparnya ke tembok. Kemudian Randika menerjang ke arahnya dan bersiap untuk membunuhnya!
Sosok misterius ini tidak sempat menarik napas, setelah dia menatap tembok dengan keras, dia mendapatkan sebuah pukulan tepat di perutnya.
"Shadow!"
Tatapan Randika menjadi bengis, ternyata sosok misterius itu adalah Shadow! Mulut perempuan itu terlihat mengeluarkan seteguk darah segar. Sambil tersenyum ke arah Randika, Shadow kembali berusaha kabur lewat jendela kamar mandi.
"Tidak akan kubiarkan!"
Randika sudah mengalirkan tenaga dalamnya ke kakinya dan berusaha mengejarnya. Tetapi di sampingnya, Hannah mengerang kesakitan dan itu membuat raut wajah Randika menjadi buruk.
Prioritas utamanya adalah memberikan bantuan pada Hannah atau nyawa adik iparnya ini bisa-bisa berakhir di tempat ini.
"Han, kamu baik-baik saja?" Randika dengan cepat menghampiri Hannah dan memeriksa denyut nadinya. Dia menyadari bahwa pernapasannya adik iparnya itu pendek dan tidak teratur.
Tanpa ragu-ragu, Randika mengeluarkan jarum akupunturnya dan mengalirkan tenaga dalamnya ke dalamnya lalu menusukannya pada titik-titik vital Hannah. Dia lalu menggendongnya dan berlari menuju rumah sakit.
Bagi petugas dan orang-orang yang menunggu dengan cemas di luar kamar mandi, mereka terkejut ketika melihat sosok Randika berlari keluar sambil menggendong Hannah.
Randika menggenggam erat Hannah di pelukannya, hatinya benar-benar cemas. Ini berbeda saat dia membawa Elva ke rumah sakit. Hannah terkena pukulannya Shadow dengan telak, meskipun Shadow masih belum pulih sepenuhnya, kekuatan perempuan satu itu masih sangat mengerikan bagi orang biasa.
Dan bagaimanapun juga, Hannah hanyalah perempuan remaja biasa. Jika dia tidak mengalami luka apa pun, Randika benar-benar akan terkejut.
SHADOW!
Bola mata Randika benar-benar merah, dia benar-benar membencinya.
Kali ini aku akan membunuhmu! Tunggu saja!
Di perjalanan, Randika mengalirkan tenaga dalamnya ke Hannah dan ini membuat wajah Hannah tidak terlalu pucat. Tidak lama kemudian, mereka berdua tiba di rumah sakit.
Hannah langsung dibawa ke UGD dan dokter langsung memeriksanya, sedangkan Randika hanya bisa menunggu di luar.
Han… Kamu harus selamat!
Randika benar-benar khawatir dan rasa bencinya ke Shadow makin besar. Dia benar-benar seekor ular, ular yang gigih dan sangat berbisa. Randika melihat dengan mata kepalanya sendiri dia telah dimakan oleh hiu, dia sama sekali tidak menyangka Shadow masih hidup.
Jika dia tidak membunuh Shadow, maka Randika tidak bisa tenang dan orang-orang di sekitarnya akan berada dalam bahaya.
Pada saat yang sama di kantor perusahaan Cendrawasih.
Seorang perempuan berbaju hitam dan menyembunyikan wajahnya itu naik ke dalam lift. Para karyawan tidak bisa tidak merasa penasaran siapa orang itu, yang mereka tahu bahwa aura orang itu membuat mereka merinding.
Sesudahnya keluar dari lift, perut Shadow berdenyut sakit setelah menerima serangan Randika. Wajahnya menjadi muram.
Ares, kau akan menerima akibatnya!
Di dalam ruangan, Inggrid menghela napas sambil menatap dokumen-dokumen di atas mejanya. Pada saat ini, dia dapat mendengar suara ruangannya yang terkunci.
Ketika dia mengangkat kepalanya, Inggrid terkejut ketika melihat sosok perempuan di depannya.
"Siapa kamu? Kenapa kamu bisa ada di sini?" Inggrid langsung dapat merasakan firasat buruk di dalam hatinya. Tatapan mata perempuan itu membuatnya merinding.
"Siapa aku?" Shadow tersenyum dan berkata pada Inggrid. "Aku dulu dikenal sebagai penguasa kegelapan, sekarang aku adalah iblis yang telah merangkak keluar dari jurang neraka."
Hati Inggrid makin mengepal ketika mendengarnya, dia berusaha terlihat tenang di permukaan. "Apa maumu?"
"Siapa lagi kalau bukan kamu?" Shadow tertawa keras, kebengisan hatinya sama sekali tidak bisa dia sembunyikan.
"Siapa kamu sebenarnya?" Inggrid duduk di kursinya dengan perasaan cemas ketika dia melihat Shadow yang berjalan menghampirinya secara perlahan.
Shadow berhenti tepat di meja Inggrid dan berkata padanya. "Aku dulu adalah kegelapan yang bekerja untuk Ares, tetapi sekarang, aku ingin membunuhnya dengan kedua tanganku ini."
"Ares?" Inggrid bingung.
"Aku tidak menyangka bahwa rencana konyol yang kusiapkan untuk membunuhnya malah menjadi kenyataan. Berkat kamu, aku bisa membuatnya menari di atas tanganku ini hahaha." Shadow tertawa, sedangkan Inggrid berpikir keras untuk mengolah informasi-informasi tersebut.
Tiba-tiba, Inggrid mengingat ketika perusahaannya terancam bangkrut, dia berusaha meminjam uang kepada seseorang di dunia bawah tanah. Lalu seseorang tiba-tiba mendekati dirinya dan mengatakan bisa membantu dirinya. Setelah dipikir-pikir, suara perempuan di hadapannya ini persis dengan orang itu.
"Kamu jangan-jangan yang waktu itu?" Ekspresi Inggrid terlihat terkejut.
"Sepertinya kamu punya ingatan yang bagus." Ekspresi Shadow kembali menjadi bengis. "Kamu telah menjadi kelemahannya dan aku akan membunuhmu di depan matanya. Pertama aku akan mencabuti semua kukumu sebelum dia bahkan bisa menemukanmu, lalu di hadapan matanya aku akan menggores urat nadimu itu di depan matanya. Aku sangat menantikan tatapannya yang tidak berdaya ketika dia melihatmu yang mati secara perlahan itu. Ah… Aku benar-benar tidak sabar lagi!"
Suara tawa Shadow yang menggelegar itu tidak membuat takut Inggrid. Meskipun dia sedikit khawatir dengan apa yang akan terjadi, pengalamannya bertahun-tahun ini membuatnya tetap tenang.
"Aku tidak mengenal orang yang kamu maksud itu." Inggrid menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya dia tidak memberitahumu apa-apa." Shadow berjalan perlahan ke kursi Inggrid. Sambil tersenyum, dia membelai pipi Inggrid. Tangannya yang dingin itu membuat hati Inggrid bergetar.
Inggrid sama sekali tidak berani untuk bergerak. Dia merasa bahwa perempuan ini benar-benar kabar buruk, dia tidak ingin berbuat macam-macam yang bisa membunuhnya.
Suasana di dalam ruangan menjadi hening. Namun pada saat ini, pintu ruangannya tiba-tiba diketuk oleh sekretarisnya Inggrid. "Bu, ini ada beberapa dokumen yang harus ditanda tangan."
Inggrid ingin meminta tolong pada sekretarisnya itu, tetapi Shadow yang berada di belakangnya itu tiba-tiba mengambil sesuatu dari balik bajunya. Mendadak, pisau yang tajam itu sudah mendarat di lehernya.
"Aku sedang sibuk, kembalilah nanti." Kata Inggrid.
Mendengar hal itu, si sekretaris memutuskan untuk pergi.
"Apa maumu?" Tanya Inggrid pada Shadow.
Shadow sama sekali tidak menjawab, tangannya masih memegang pisau yang bersandar di leher Inggrid. Kemudian, dia memukul belakang kepala Inggrid hingga pingsan.