Melihat laporan mengenai riwayat hidup Anna, Randika mengerutkan dahinya. Lagi-lagi keluarga Alfred…
"Kenapa?" Tanya Inggrid dengan penasaran.
"Tidak apa-apa." Randika meletakkan HPnya dan berkata sambil tersenyum. "Aku akan pergi sebentar, kamu sebaiknya tetap di rumah selama aku tidak ada."
Inggrid mengangguk pelan dan menjawab. "Berhati-hatilah."
Meskipun dia tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Randika, Inggrid mempunyai dugaannya sendiri tetapi tidak berani membicarakannya.
Setelah sarapan, Randika keluar dari rumahnya dan langsung menuju lokasi Anna berada. Pada saat yang sama, Jin, Singa, Serigala dan Dion sudah menunggu di sebuah gedung di seberang gedung perusahaan Cendrawasih.
Gedung ini merupakan terakhir kalinya Anna terlihat. Setelah pengeboman yang dilakukannya 3 hari yang lalu, Anna menghilang dari hotelnya dan tidak terlihat lagi sejak saat itu. Oleh karena itu, Randika dkk berusaha mencari petunjuk di gedung tersebut.
Tidak jauh dari tempat mereka, terdapat beberapa apartemen berdiri.
Di salah satu apartemen, Deviana beserta anak buahnya yang bersenjatakan lengkap mengepung salah satu gedung apartemen tersebut.
"Kenapa kita belum menerobos masuk?" Deviana mengerutkan dahinya.
Timnya telah mengepung apartemen ini sejak subuh tadi. Sebelumnya, Deviana berada di lokasi ketika perusahaan Cendrawasih dibom. Sejak saat itu dia menyelidiki kasus ini dengan sekuat tenaga dan masih belum mendapatkan petunjuk. Namun tiba-tiba, kasus sebelumnya mengalami kemajuan yang membuatnya mengepung apartemen ini.
Kasus ini merupakan kasus yang cukup besar karena berkaitan dengan pengedaran narkoba lintas kota. Para penjahat ini juga membunuh orang yang berpotensi menjadi penghambat bagi mereka.
Pembunuhan, pengedaran narkoba, pengedaran senjata api illegal dan bahkan prostitusi telah mereka lakukan cukup lama di kota ini. Hukuman bagi mereka adalah hukuman seumur hidup bahkan hukuman mati!
Namun, para penjahat ini merupakan pemain lama di dunia gelap seperti ini. Meskipun Deviana sudah semalaman mengepung gedung mereka, para polisi itu masih belum bisa masuk untuk menangkap mereka. Di sisi lain, justru para pengintai dari polisi telah mengalami luka tembakan.
"Bu, kita tidak bisa masuk sembarangan karena gedung apartemennya terlalu besar. Kita juga tidak tahu seberapa banyak tersangka yang ada dan kita tidak punya perlengkapan yang tepat untuk menyerbu masuk." Seorang bawahan menjawab Deviana dengan cepat.
Karena para penjahat itu sudah menguasai gedung apartemen sejak mereka tahu bahwa mereka telah dikepung, para pengintai yang menyamar itu langsung ketahuan dan ditembak oleh mereka. Para penjahat ini sudah berpengalaman dan jika Deviana memaksa masuk tanpa peralatan yang tepat, maka mereka akan dibantai tanpa ampun oleh mereka.
"Hubungi markas dan minta mereka untuk mengirim satuan khusus." Jawab Deviana dengan nada yang dingin.
Pada saat yang sama, Randika dan anak buahnya kebetulan menelusuri jalan ini. Dengan santai mereka berjalan melewati para polisi ini dan menuju gedung apartemen yang lain. Para polisi yang berjaga sedikit ragu dengan mereka karena penampilan mereka itu mirip dengan preman.
Deviana juga menyadari kehadiran Randika dkk, dia benar-benar terkejut ketika melihatnya. Ketika dia ingin menghampiri Randika, dia menyadari bahwa Randika sedang buru-buru.
Deviana menjadi ragu-ragu untuk menyapanya, bawahannya di sampingnya berbisik padanya. "Bu, apa mereka bagian dari para penjahat itu? Apa ibu ingin kita menangkap mereka?"
"Mereka tidak ada hubungannya dengan para penjahat itu. Sudah fokus pada misi kita, kalau mereka sampai lolos maka kalian semua akan kupecat!" Jawab Deviana.
Randika dan yang lainnya masuk dan berjalan naik ke lantai atas sebuah apartemen. Randika tidak perlu memberikan perintah karena Jin dan Singa langsung bertindak dan mengamankan lokasi.
Menurut informasi yang mereka dapat, Anna berpura-pura menginap di sebuah hotel dan menginap di salah satu properti yang dimiliki oleh keluarganya di kota ini. Ketika mereka masuk ke dalam kamar, mereka tidak menemukan apa-apa di dalam kamar tersebut.
"Tuan, di sini sudah tidak ada apa-apa." Kata Jin sambil menggaruk kepalanya. Serigala berusaha mencari petunjuk dengan penglihatannya yang tajam, dia lalu berkata pada Randika sambil meminta maaf. "Aku sudah mengecek daerah sini dan tidak menemukan apa-apa, aku tidak menyangka perempuan itu akan lolos dari mataku. Hamba minta maaf."
Ketika Serigala menatap wajah Randika, wajah tuannya itu terlihat buruk dan muram.
Randika sendiri tidak menyalahkan bawahannya ini karena, bagaimanapun juga, mereka tidak mempunyai jaringan informasi sekuat di Jepang. Kemarahannya ini tertuju pada Anna dan keluarga Alfred yang sudah berkali-kali memberinya masalah.
Bahaya seperti ini benar-benar tidak bagus untuknya, oleh karena itu dia harus menuntaskan masalah ini untuk selamanya.
"Bisakah kalian periksa sudah berapa lama dia meninggalkan tempat ini?" Tanya Randika.
Serigala lalu berdiri dan memeriksa semua ruangan bersama dengan yang lain. Lalu mereka menemukan mesin kopi dan menyimpulkan bahwa Anna sudah cukup lama meninggalkan tempat ini.
"Kirim orang ke stasiun kereta, bandara, perbatasan kota, jangan biarkan dia kabur. Jika dia masih berada di dalam kota, mau dia bersembunyi di bawah tanah atau di langit, aku ingin kalian menemukannya!" Kata Randika dengan nada dingin.
"Baik." Semua orang langsung menyanggupi permintaan Randika.
Randika harus melenyapkan bahaya tersembunyi ini segera mungkin sebelum Anna kembali menyerang dirinya.
Untungnya saja, Anna tidak memiliki kemampuan seperti Shadow. Lolosnya dia dari jangkauan anak buahnya mungkin karena dia benar-benar berusaha tidak mencolok setelah mengebom perusahaannya. Sekarang anak buahnya akan memburunya hingga ke ujung langit, nasib perempuan itu sudah jelas!
Setelah berjalan keluar dari gedung apartemen, Randika berpapasan lagi dengan tim yang dipimpin oleh Deviana. Kali ini Randika menyadari temannya satu itu sedang berwajah marah, sepertinya kasus temannya ini cukup rumit.
Randika menghampiri Deviana dan menatap apartemen yang dikepung itu dan berkata padanya. "Apa ada yang bisa kubantu?"
Ketika Deviana ingin membalasnya, Randika langsung memotongnya dan berkata dengan nada dingin. "Tapi aku tahu bahwa kamu itu orang yang tidak suka ditolong."
Randika lalu memberi sinyal pada Serigala!
Serigala dan kelima orang yang dibawanya langsung menerjang masuk ke arah apartemen tersebut.
Para polisi yang berjaga di depan gedung terkejut, dia langsung memaki Randika. "Hentikan orangmu! Apa kalian sudah gila?"
"Bu hentikan dia!"
Semua polisi menjadi tegang dan ketakutan karena lawan mereka kali ini adalah para penjahat yang sudah siap menghadapi apa pun. Mereka sendiri tidak tahu ada berapa banyak orang di dalam sana, terlebih lagi mereka telah bersembunyi di seluruh gedung jadi taktik gerilya sangatlah efektif bagi mereka.
"Ran, Apa yang kamu lakukan? Panggil kembali orang-orangmu, di dalam sangat berbahaya!" Deviana juga terlihat cemas. "Kalau mereka mati itu semua salahmu!"
Randika tetap terlihat tenang, dia sama sekali tidak peduli. Dia lalu bertanya pada para polisi yang berjaga. "Ada yang punya rokok?"
Seseorang lalu membawakan sebatang rokok dan menyalakannya untuk Randika.
Randika sendiri aslinya jarang merokok tetapi pikirannya itu terlalu jenuh oleh masalah keluarga Alfred dan dia perlu tenang sedikit.
"Hei, kamu dengar kata-kataku tidak!" Deviana menjadi marah. Dia lalu membuang rokok yang dihisap oleh Randika.
Di belakangnya Randika, Singa sudah menatap tajam Deviana dan tertawa di dalam hatinya. Dia harus mengakui keberanian perempuan satu ini, tidak heran dia telah memikat hati tuannya.
Perlu diketahui, Ares tidak akan membantu orang-orang yang tidak penting bagi dirinya.