Chapter 335: Dalam Tiga Hari Perusahaanmu Itu Akan Kembali Seperti Sedia Kala!

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Di saat Randika larut dengan pikirannya, Anna kembali berkata padanya dari balik layar. "Ketika kau membunuh 180 anggota keluargaku dan melucuti kekuatan keluargaku, aku tidak menyangka bahwa aku juga bisa melakukan hal yang sama." Tiba-tiba ekspresi Anna kembali menjadi bengis. Melihat ke arah kamera, dia merasa bahwa dia sedang menatap Randika secara langsung.

"Kebencian ini, dendam ini, semuanya akan dibayar oleh darahmu! Tidak… Sebelum itu, aku akan menyiksa dan membunuh orang-orang yang ada di sekitarmu, baru aku akan membunuhmu!" Anna sama sekali tidak menyembunyikan kejahatan yang telah menyelimuti dirinya.

"Randika, jangan harap kamu bisa kabur dari takdirmu ini. Bahkan iblis pun tidak akan sanggup menyeretku ke neraka sebelum aku berhasil membunuhmu."

"Ini baru awal dari permainan kita, nantikan kejutanku berikutnya."

Anna lalu mendengus dingin, tatapan tajamnya seolah-olah bisa menembus layar dan menusuk tulang punggung Randika. Setelah itu video tersebut mati dan rumah ini kembali menjadi hening.

Inggrid mengangkat kepalanya dan menatap Randika. Dengan lembut, dia membelai wajah Randika.

"Kenapa sayang?" Randika menangkap dan mencium tangan Inggrid.

Inggrid lalu membenamkan kepalanya di pelukannya Randika, Randika lalu berkata padanya. "Apa kamu khawatir sama suamimu ini?"

Inggrid mengangguk. "Anna terlihat benar-benar membencimu, aku khawatir dia akan melukaimu."

"Hahaha." Randika lalu mencubit hidung Inggrid. "Dasar bodoh, mana mungkin dia bisa melukai suamimu yang kuat ini?"

"Jangan khawatir, masalah ini akan kubereskan secepatnya." Kata Randika sambil tersenyum.

Inggrid mengangguk dan kembali membenamkan kepalanya di dada Randika.

Randika terdiam dan dengan lembut mengelus kepala Inggrid. Namun pada saat ini, Inggrid dapat mencium aroma rokok di tubuh Randika.

"Kamu habis merokok?"

Randika jelas terkejut, istrinya ini anjing? Hidungnya benar-benar peka!

"Pikiranku tadi sedang penuh, jadinya aku hisap satu batang." Kata Randika.

"Mulai sekarang tidak ada rokok lagi, rokok itu tidak sehat!" Kata Inggrid.

"Baiklah, apa pun untuk istriku yang tercinta." Kata Randika sambil tersenyum. Pada saat yang sama, tangannya sudah berenang-renang di tubuh Inggrid.

"Hentikan!" Inggrid melepaskan diri dan terlihat marah, dia juga menampar tangan Randika yang jahil. "Aku tidak suka bau rokok, sudah mandi sana dulu."

"Ayolah, sekali saja." Randika mencium leher Inggrid.

"Tidak mau!" Inggrid bersikukuh menolak. "Mandi dulu!"

Melihat perlawanan Inggrid, Randika hanya bisa menyerah. "Baiklah."

Dia tidak menyangka bahwa istrinya akan membenci rokok segitu hebatnya. Kalau saja dia tahu, Randika tidak akan merokok tadi.

Melihat ekspresi sedih dan tidak berdaya Randika, Inggrid tertawa kecil. "Omong-omong, hari ini Ibu Ipah pulang."

Randika mengangguk, dia dengan cepat ke kamar mandi.

Ketika Randika baru saja masuk, pada saat yang sama, pintu rumah mereka terbuka dengan keras.

"Kak, kak, apa kakak baik-baik saja!" Hannah tiba-tiba masuk sambil berteriak.

"Hannah?" Inggrid terlihat bingung. Hannah lalu melihat kakaknya itu sedang duduk di sofa, dia langsung menghela napas lega. Dengan cepat dia menghampiri dan memeluk Inggrid. "Kak, aku baru tahu bahwa kantor kak Inggrid itu dibom! Maafkan aku yang baru datang!"

Melihat ekspresi khawatir adiknya, Inggrid merasa tersentuh. "Sudah berhenti menangis dulu, yang terpenting kakak selamat bukan?"

"Siapa pelakunya? Apa kakak sudah tahu siapa pelakunya?"

Inggrid terdiam untuk beberapa saat, dia lalu berkata pada Hannah. "Pelakunya Anna dari keluarga Alfred."

"Oh ya?" Hannah benar-benar terkejut, dia lalu berkata dengan nada marah. "Kenapa dia tega melakukan semua itu? Banyak orang tidak berdosa di dalam gedung."

"Sudah, biarkan masalah ini ditangani oleh polisi." Kata Inggrid. "Aku harap kejadian kemarin itu tidak terlalu banyak menelan korban."

"Kak, bagaimana dengan perusahaan kakak?" Meskipun ragu, Hannah berusaha memberanikan diri untuk bertanya. Bisa dikatakan bahwa perusahaan kakaknya ini hancur lebur dan tidak bisa beroperasi.

"Gedung perusahaan kakak masih dalam investigasi jadi proses renovasi masih belum bisa dilakukan, jadi kita harus bersabar." Kata Inggrid sambil menghela napasnya.

Hannah terdiam untuk beberapa saat, dia lalu bertanya. "Di mana kak Randika?"

"Di atas."

Hannah dengan cepat berlari ke atas. "Kak Randika!"

Ketika namanya dipanggil, Randika keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya saja.

Ketika Hannah melihat penampilan Randika, hatinya mengepal dan disusul oleh teriakan terkejut.

"AH!"

Ketika Inggrid mendengar teriakan ini, dia terkejut beberapa saat. Namun dia teringat bahwa suaminya itu seharusnya baru selesai mandi.

Jika digabungkan dengan teriakan adiknya itu, Inggrid bisa menebak apa yang tengah terjadi. Dia hanya bisa menyesal tidak mengatakannya pada adiknya terlebih dahulu.

Randika hanya bisa menutup kupingnya ketika dirinya disambut oleh teriakan luar biasa keras itu. Sialan, bukankah aku pakai handuk? Buat apa teriak begitu keras?

"Kenapa kamu teriak begitu keras?" Randika menghela napasnya. "Bukankah kamu pernah melihatku telanjang?"

Hannah kehabisan kata-kata, bukan berarti dia pernah melihat terus kakak iparnya ini bisa berkeliling rumah hanya memakai handuk!

"Kak, kenapa kakak begitu mesum!" Hannah yang memalingkan wajahnya itu tidak kuasa menahan diri untuk tidak mengingat betapa kekar tubuh Randika.

"Lha kamu sendiri yang memanggilku tadi bukan?" Randika tertawa. "Aku kira kamu ingin melihat apa yang ada di balik handuk ini jadi aku buru-buru keluar menyambutmu."

Hannah semakin cemberut. "Memangnya siapa yang mau melihat kak Randika bugil, apa bagusnya coba?"

Randika menatap Hannah dan tertawa. "Han, jangan-jangan kamu masih malu ya? Sudah besar kok malu hahaha!"

"Hah? Siapa yang malu!" Hannah makin marah. "Memangnya kak Randika berani lepas handuknya?"

Wah, dia nantang?

"Kamu kira aku takut untuk melepas handukku?" Randika bersiap untuk membuka. "Tapi kalau aku melepas handukku, jangan coba-coba untuk lari."

Hannah melihat bahwa kakak iparnya itu sudah siap-siap melepas handuknya, dia langsung tersipu malu. Tetapi karena sudah sejauh ini, tidak ada kata mundur!

Mundur bukanlah gaya seorang Hannah!

"Ayo jangan ngomong saja, lepas!" Hannah menatap Randika dengan tajam. Dia berharap kakak iparnya ini mengalah dan menjauh.

"Kalau itu maumu baiklah!" Randika tertawa dan melepas handuknya. Tetapi tidak disangka-sangka ternyata Randika memakai boxer.

Ketika melihat Hannah yang mau berteriak, Randika tertawa keras.

"Hahaha kamu ngarep ya!" Kata Randika.

"Sudah kuduga kakak tidak berani!" Hannah terlihat seakan-akan dirinya telah menang.

Lalu di bawah tatapan mata Hannah, Randika perlahan melorotkan boxernya tersebut.

Apa kakak iparnya ini sungguhan akan melepasnya?

Di saat Randika perlahan berusaha melepas boxernya, Hannah sudah terkesima dengan tubuh kekarnya Randika. Hati Hannah makin berdebar-debar ketika tangan Randika berada di boxernya.

Lalu yang ditunggu-tunggu telah tiba, Randika membuka boxernya dan telanjang!

"AH!" Hannah langsung menutup mukanya dengan kedua tangannya dan berteriak.

"Kak Randika benar-benar mesum!"

Randika berkata padanya. "Hahaha kamu kira aku menunjukan tubuhku begitu saja?"

Hmm? Apa maksudnya?

Hannah lalu melihat dari sela-sela jarinya dan melihat Randika sudah handukan lagi.

"Han, kamu benar-benar terlalu berharap." Kata Randika sambil tertawa. Sebenarnya dia memakai kecepatan supernya untuk memakai kembali handuknya.

Hannah menjadi marah dan berusaha menginjak kaki Randika, tetapi Randika yang sekarang sudah siap dengan serangan adiknya itu.

Melihat Hannah yang pergi dengan wajah marah, Randika berkata padanya. "Han, apa kamu benar-benar ingin melihat?"

Hannah dengan marah menjawab. "Lepas sana di depan kak Inggrid, aku tidak sudi melihat muka kak Randika lagi!"

Randika menggaruk kepalanya. Tentu saja dia ingin menunjukkannya pada Inggrid, tetapi karena adik iparnya ini ada di rumah jadi mereka harus menunda acara suami istri ini.

Randika memakai pakaiannya dan berjalan ke lantai bawah. Pada saat ini, Hannah dan Inggrid sedang mengobrol. Ketika Randika menghampiri mereka, Hannah berbisik ke Inggrid.

Inggrid hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Han, kakakmu itu cuma usil saja."

"Benar, aku cuma suka menjahilimu saja." Kata Randika sambil tersenyum lalu duduk di sofa.

"Huh!" Melihat Randika yang duduk, Hannah memalingkan wajahnya dan mencuekinya.

Kekerasan kepala inilah yang membuat jiwa usil Randika membara.

"Kak, apa kakak sudah ada pandangan ke depan mengenai perusahaanmu?" Tanya Hannah.

Inggrid menggelengkan kepalanya. "Kita yang sekarang hanya bisa menunggu waktu saja sampai investigasi polisi selesai. Lagipula renovasi gedung juga pasti memakan waktu yang lama."

Dengan kata lain, kembali berbisnis dalam waktu dekat merupakan hal yang sangat mustahil bagi perusahaan nomor 1 kota Cendrawasih ini.

Randika lalu tersenyum dan memeluk Inggrid. "Sayang, serahkan masalah ini padaku. Dalam tiga hari perusahaanmu itu sudah kembali seperti sedia kala!"