Randika berbicara dengan Dion mengenai masalah yang dialami oleh perusahaan Cendrawasih. Kemudian Dion, sebagai pemimpin Black Blood, memanggil para politikus yang berada di bawah naungan Black Blood.
Tidak lama kemudian, Randika mendapatkan surat dari pemerintahan kota yang mengatakan bahwa mereka mendukung 100% kepada pemulihan perusahaan Cendrawasih.
Setelah mendapatkan surat ini, Randika kembali ke rumah dan meminta Inggrid untuk memindahkan perusahaannya ke gedung baru tersebut.
"Gedung yang ada di pusat kota itu?" Inggrid terkejut. Dia tahu mengenai gedung tersebut dan harga dari gedung itu jelas lebih mahal daripada gedungnya sendiri.
"Bukankah sudah ada yang menempati gedung itu? Kalau tidak salah orang bernama Marvin yang mengelola perusahaan sabun dll." Kata Inggrid.
"Mulai besok, tidak akan ada yang menempatinya." Bisa dikatakan bahwa perusahaan itu adalah kedok pencucian uang dari Black Blood. Terlebih lagi, Randika juga memastikan bahwa tidak ada sisa-sisa jejak dari Black Blood di gedung tersebut.
Kalau tidak, sewaktu-waktu perusahaan istrinya itu bisa terkena masalah yang seharusnya bisa ditangani sejak awal.
Melihat Inggrid yang kehabisan kata-kata, Randika berkata padanya. "Sayang, sudahlah kamu tidak perlu ambil pusing. Bukankah impianmu adalah memimpin pasar global? Jangan khawatir, suamimu ini akan mendukungmu 100%! Aku akan memastikan bahwa impianmu itu akan tercapai."
Inggrid mengangguk. "Baiklah, aku akan mengabari sekretarisku dan petinggi yang lain."
Setelah itu, Inggrid memberikan kabar bahwa para karyawan yang selamat diharapkan untuk berkumpul di gedung baru mereka besok. Sedangkan untuk para karyawan yang ada di rumah sakit, mereka akan mendapatkan panggilan mereka setelah mereka keluar dari rumah sakit.
Meskipun kejadian pengeboman perusahaannya itu besar, korban yang meninggal tidak sebanyak yang dibayangkan orang-orang. Inggrid juga dengan cekatan memberikan kompensasi pada keluarga yang ditinggalkan.
Melihat istrinya yang bekerja begitu keras, tentu Randika tidak akan duduk diam dan melihat saja.
.....
Keesokan harinya, Randika dan Inggrid tiba di gedung baru perusahaan Cendrawasih. Di sini, sekarang sudah berdiri lebih dari 1000 orang di aula lobi dan lantai 2.
Struktur bangunan baru ini berbeda dengan sebelumnya. Interiornya masih sama besarnya, yang berbeda adalah lantai yang ada. Meskipun tidak setinggi yang dulu, luas gedungnya hampir jauh berbeda dengan dulu. Bisa dikatakan bahwa menampung 3000 orang masih cukup buat mereka.
Ketika semua orang melihat Inggrid datang, semua mata tertuju pada wanita tercantik di kota ini. Inggrid berjalan ke panggung sederhana dan memegang microphone. Sebelum berbicara, matanya tertuju pada orang-orang.
"Mengenai kejadian mengerikan yang telah terjadi sebelumnya, tidak peduli siapa yang melakukannya, saya harus meminta maaf pada kalian semua. Bagaimanapun juga, kejadian itu terjadi di bawah pengawasan saya jadi saya juga ikut bertanggung jawab dengan apa yang telah terjadi."
Bersamaan dengan itu, Inggrid membungkuk sedalam-dalamnya.
"Bu Inggrid jangan begitu! Ini bukan salah Anda, ini adalah salah pelakunya!" Salah satu orang langsung membela Inggrid, hal ini langsung diikuti oleh banyak orang.
Orang-orang ini telah bekerja di perusahaan Cendrawasih sejak lama, loyalitas mereka benar-benar sudah terjamin. Tentu saja, masih ada sebagian orang yang tidak mengatakan apa-apa. Mereka berpikiran untuk pindah pekerjaan karena bagaimanapun juga, pekerjaan kantoran yang mengancam nyawa seperti ini mana ada yang mau?
Inggrid menggelengkan kepalanya. "Kejadian ini telah memberikan luka yang mendalam di hati setiap orang yang terlibat, tetapi aku bisa menjamin bahwa tidak akan ada lagi kejadian seperti ini lagi. Untuk keamanan, saya selaku pemimpin perusahaan akan menindaklanjuti hal ini lebih mendalam."
Randika tidak berbicara, dia sendiri akan berusaha semaksimal mungkin agar kejadian ini tidak terulang lagi. Apalagi, sebagian besar gangster di Cendrawasih sudah berada di genggamannya, dia akan meminta mereka untuk melindungi gedung ini secara sembunyi-sembunyi.
"Hari ini aku meminta kalian semua berkumpul untuk mengajak kalian semua kembali mengejar impian kita menjadi perusahaan nomor 1 di dunia." Suara Inggrid terdengar lantang. "Tetapi aku tidak memaksa kalian untuk menempuh hal yang sama denganku karena kejadian ini benar-benar membekas di hati kita masing-masing. Bagi siapapun yang memilih untuk pergi, aku akan memberikan kalian kompensasi sebanyak 4 bulan gaji pada kalian sebagai permintaan maaf dan ucapan terima kasih atas kerja keras kalian selama ini."
Mendengar hal ini, banyak orang mulai ragu. Empat bulan gaji? Banyak sekali!
Inggrid kembali meneruskan. "Tetapi jika kalian memilih untuk tinggal, aku akan membagikan keuntungan perusahaan 5% pada kalian semua. Sekali lagi aku mohon kepada kalian semua untuk mengijinkan aku menuntun kalian menuju puncak, aku tidak akan mengecewakan kalian semua."
Setelah itu, Inggrid kembali membungkuk dalam-dalam. Lalu sebuah suara dapat terdengar. "Bu Inggrid, kami tidak akan pergi!"
"Benar! Kami telah mengikuti Anda sejak lama, bagaimana mungkin kami meninggalkan perusahaan ini!"
"Terima kasih banyak." Setetes air mata keluar dari mata Inggrid. Kelvin dari departemen parfum, Maria sekretarisnya, Tjandra dari departemen keuangan dll telah menyuarakan dukungan mereka pada Inggrid.
"Terima kasih." Kata Inggrid dengan nada yang tulus. "Aku percaya bahwa apa pun rintangan yang Tuhan berikan pada kita, kita semua bisa atasi ini bersama-sama. Semoga dengan kejadian ini, tekad kita telah diperbarui dan masa depan yang cerah menanti kita."
Setelah itu, Inggrid memberikan gambaran mengenai gedung mereka yang baru. Sama seperti yang dulu, tiap lantai memiliki fungsi masing-masing.
Meskipun peralatan kantor sudah tersedia di tiap ruangan, peralatan dan perlengkapan pembuatan parfum dan kosmetik tidak ada di gedung ini dan data dari setiap formula juga telah hilang. Hal ini membuat perusahaan Cendrawasih mengalami kemunduran dari segi produksi.
Namun, berkat pidato dari Inggrid semua karyawan bekerja kembali dengan tekad yang baru. Semua orang di setiap departemen telah bekerja kembali. Mereka telah memesan hal-hal yang dibutuhkan untuk proses produksi sekaligus komputer-komputer yang diperlukan.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan Cendrawasih berjalan di arah yang benar.
Hannah sendiri harus mempersiapkan diri untuk ujian akhir semester. Sedangkan untuk Ibu Ipah, dia telah kembali dari Jakarta. Hal ini membuat Randika bernapas lega karena ada orang yang menjaga rumahnya. Pada saat yang sama, Serigala dkk telah memberikan Randika info terbaru mengenai Anna. Rupanya Anna telah meninggalkan Indonesia dengan buru-buru dan lari ke timur tengah.
Informasi baru ini membuat Randika mengerutkan dahinya, tetapi buat Anna meskipun dia lari sekarang, tidak ada hal di muka bumi ini yang akan mencegah dirinya untuk membalaskan dendam keluarganya.
Randika meminta Serigala dkk untuk kembali ke Jepang dan mengontak sekutu mereka yang ada di timur tengah. Randika tidak bisa menghabiskan sumber dayanya untuk mengejar satu orang saja, lebih baik dia menggunakan bantuan temannya.
Beberapa hari ini Randika terus-menerus diseret oleh Kelvin ke dalam laboratorium barunya. Hal ini sangat wajar mengingat data formula yang mereka gunakan dulu telah hilang.
Untungnya saja, para karyawan dari departemen parfum ini tidak terlalu banyak berubah dan Viona tidak mengalami luka sedikit pun.
Kehidupan Randika selama 2 minggu ini benar-benar simpel. Dia bekerja dari jam 9 pagi hingga 6 malam, dia lalu pulang dan makan malam bersama istrinya. Dan sebelum tidur, tentu saja dia meluapkan cintanya pada tubuh Inggrid dengan ganas.
Dua minggu kemudian setelah bekerja keras, perusahaan Cendrawasih sudah berada di jalur yang tepat. Dengan bantuan Randika, departemen parfum telah menghasilkan parfum-parfum terbaru mereka.
Karena merasa telah bekerja keras, Randika bersantai-santai di rumah selama beberapa hari. Namun, hari-hari damainya seketika runtuh ketika Hannah tersenyum lebar sambil menatap dirinya.
"Kak, ujianku baru saja selesai, temani aku main!"