Kursi di dalam pesawat hanya disediakan berdua-berdua, jadi ketika ketiganya masuk ke dalam pesawat, urutan tempat duduk menjadi perdebatan mereka bertiga.
Menurut tiket mereka, Randika seharusnya duduk di sebelah Viona sedangkan Hannah duduk sendirian. Tetapi bagaimana mungkin seorang Hannah tunduk pada sebuah tiket pesawat?
Tentu saja, tanpa sungkan-sungkan Randika diusir dan disuruh duduk sendirian. Melihat tidak persetujuan Randika, Hannah hanya melontarkan kata-kata pedas. "Memangnya apa salahnya dua perempuan duduk bersama-sama? Kenapa kak Randika ngotot pengen duduk sama kak Viona? Jangan-jangan kakak mau curi-curi kesempatan ya? Aku tidak akan membiarkan kak Randika menodai kak Viona!"
Randika yang sedih duduk sendirian itu menoleh ke belakang dan melihat Hannah dan Viona mengobrol dengan gembira. Randika hanya bisa menggertakan giginya dan berusaha untuk tidur. Dia harus melupakan rasa amarahnya ini kalau tidak bisa-bisa rencana liburannya yang sempurna itu bisa hancur berantakan. Sedangkan untuk Hannah, dia pasti balas dendam ketika mereka pulang nanti.
Randika, yang berhasil menenangkan dirinya, duduk dan melamun. Meskipun masih ada jarak di antara dirinya dengan Hannah dan Viona, Randika akan berusaha keras untuk mewujudkan rencana haremnya. Mungkin liburan ke Makau ini akan menjadi kesempatan yang sangat bagus.
Dalam sekejap, Randika sudah memantapkan hati dan menoleh ke belakang. Sepertinya Hannah dan Viona tertawa terus menerus tanpa henti. Namun, mereka hanya tertawa ketika melihat wajahnya. Apakah mereka sedang menertawaiku?
Randika menggertakan giginya, dia hanya bisa duduk kembali dengan tenang. Ketika Randika berusaha mencuri dengar, suara yang dipakai oleh Hannah benar-benar kecil jadi dia tidak bisa mendengarnya sama sekali.
Setelah 10 menit berlalu, Randika hanya bisa menyerah untuk mencuri dengar. Dia sekarang duduk dengan tenang dan menunggu pesawat lepas landas.
Orang-orang mulai memenuhi isi pesawat ini. Tiba-tiba, suara orang yang familiar terdengar dari depan. "Randika?"
Suara orang itu benar-benar canggung seperti orang asing yang sudah lama tinggal di Indonesia.
Bersamaan dengan suara ini, Randika dapat mencium bau parfum yang wangi memenuhi hidungnya. Mencium bau ini, ingatan masa lalu mulai memenuhi dirinya.
Dia sepertinya pernah mencium bau ini, namun ketika dia menciumnya waktu itu, itu berasal dari dada seseorang.
Ketika Randika mengangkat kepalanya, wajah Serena terlihat senang melihat dirinya. "Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi."
"Iya." Serena mengedipkan matanya pada Randika, dia lalu duduk di samping Randika.
Serena adalah perempuan cantik yang menggoda Randika ketika dia berangkat dan pulang ke Indonesia ketika Randika ada urusan di Jepang!
Randika memperhatikan orang asing ini, sepertinya dia semakin cantik dan menggoda. Kali ini iman Randika mulai tergoda oleh Serena.
Terlebih lagi, sepertinya Serena jauh lebih aktif dalam menggoda dirinya. Karena begitu dia berusaha masuk ke tempat duduknya, Serena menggesekan pantatnya di paha Randika!
"Kenapa kamu tidak menghubungiku sama sekali?"
Dagu Serena bersandar di tangannya sambil melototi Randika dari samping, bau parfum perempuan ini sudah berenang-renang di hidung Randika. Sama seperti succubus, Serena berusaha menaikkan nafsu Randika.
Mata Randika sudah mengamati Serena lekat-lekat. Kali ini, Serena memakai baju yang cukup terbuka. Dia memakai baju putih setengah badan dan memakai jeans panjang yang robek-robek. Di robekan jeans tersebut, bisa dilihat stocking jala yang memberikan kesan sexy! Untuk urusan fashion, Randika memberikan nilai 9 pada Serena.
Serena yang menatap tajam ke arahnya itu benar-benar sebuah sinyal yang sangat jelas padanya, dia ingin Randika berhubungan badan dengannya! Randika sangat ingin melakukannya, tetapi sayangnya dia tidak bisa melakukannya.
Randika berusaha membuang nafsu birahinya itu jauh-jauh dan tersenyum ke arah Serena. "Aku benar-benar sibuk dengan pekerjaanku, maafkan aku kalau belum sempat menghubungimu."
"Bukankah kamu merasa bahwa ini adalah takdir? Kita sudah tiga kali bertemu di dalam pesawat dan sekarang aku duduk di sampingmu." Kata Serena sambil tersenyum. Tangan Randika dia pegang dan dia genggam erat-erat.
Randika menghela napasnya. Dia aslinya tidak duduk di kursinya ini, hanya saja Hannah memaksanya untuk duduk di kursinya yang seakrang. Tetapi mungkin itu adalah hal yang bagus karena dia bisa duduk dengan perempuan cantik selama perjalanan yang panjang ini. Kalau boleh dikatakan, keberuntungannya benar-benar besar!
"Apa kamu pergi ke Makau karena urusan kantormu lagi?" Randika berusaha mengganti topik.
"Iya, perusahaanku menangani klien dari berbagai negara. Jadinya aku sering harus pergi ke luar negeri." Kata Serena sambil tersenyum. Dia lalu berkedip ke arah Randika. "Tapi aku butuh hiburan di Makau sebelum aku bekerja, bagaimana kalau kita menghabiskan waktu bersama-sama sebelum waktunya tiba?"
Ini dia!
Ketika iman Randika sudah benar-benar goyah dan hendak mengiyakan, Hannah yang duduk di belakangnya itu mencungul dan berkata dengan nada yang sangat dingin. "Dia tidak punya waktu untuk pergi bersamamu!"
Randika benar-benar terkejut, Serena pun ikut terkejut. Lalu sambil tersenyum, Serena hanya berkata "Oh…" dan menatap Randika. "Dia siapa? Kenalanmu?"
"Kurang ajar, dia itu…." Hannah awalnya ingin mengatakan bahwa Randika adalah kakak iparnya, tetapi dia berhenti berbicara dan cemberut. "Aku tidak perlu menjelaskan hubungan kami berdua, situ siapa kok kepo sekali."
Tanpa disadari, Hannah merasa tertekan dengan penampilan Serena. Baginya Serena merupakan perempuan cantik yang mampu menaklukan semua pria yang diinginkannya. Apabila perempuan itu tahu bahwa Randika sedang liburan tanpa membawa pasangannya, bisa-bisa Serena menggoda sekaligus memaksa kakak iparnya itu untuk berselingkuh dengan sihirnya. Kalau sudah begitu, alasan apa yang bisa dia katakan kepada kakaknya?
Jika dia membawa Randika pergi, sudah tanggung jawabnya untuk menjaga perkawinan kakaknya itu.
Jadi mau tidak mau, Hannah harus menyingkirkan perempuan itu.
Pada saat ini, kepala Viona juga terlihat. "Randika…"
Randika menoleh dan tersenyum padanya. "Vi, sudah tenang saja. Orang ini adalah temanku."
Orang-orang di sekitar juga mulai menyadari adegan panas ini. Para perempuan menghela napasnya ketika melihat Randika, mereka semua berpikir bahwa semua laki itu sama saja.
Pada saat yang sama, para lelaki di dalam pesawat ini iri dengan Randika yang bisa duduk dengan perempuan cantik dan menggoda. Namun, tiba-tiba kaki mereka diinjak oleh pasangan mereka masing-masing karena telah berani curi pandang pada Serena.
Hannah hanya mendengus dingin. Teman? Aku rasa mereka lebih daripada teman!
Serena lalu menatap Randika sambil tersenyum. "Jadi perjalananmu ke Makau ini bukan untuk bisnis sama sepertiku. Aku tidak menyangka kamu akan ditemani oleh dua wanita cantik ini, tidak heran kamu tidak luluh dengan penampilanku."
Serena mulai menggigit bibirnya, kata-katanya itu mengandung kebencian terhadap Hannah dan Viona yang menghalangi dirinya untuk berhubungan badan dengan Randika.
Randika yang duduk ini sudah merasa dikelilingi oleh serigala lapar, ketiga perempuan ini berusaha mendapatkan Randika.
Kemudian Serena menoleh ke belakang ke arah Hannah dan Viona. "Kalian tenang saja, aku tidak akan membawanya pergi. Lagipula dengan adanya kalian, Randika sama sekali tidak akan melirik aku."