Chapter 364: Kalian Bertiga adalah Istriku

Name:Legenda Dewa Harem Author:Lao_Ban69
Ciuman yang lembut ini segera mengisi hati Viona dengan kehangatan.

Setelah setengah menit mereka berciuman, wajah Viona sudah benar-benar merah.

Menatap perempuan yang dicintainya di hadapannya ini, Randika membulatkan tekadnya. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan melepaskan Viona meskipun nyawa adalah taruhannya.

Pada saat ini, pintu ruang tamu terbuka.

Dalam sekejap Viona langsung menjadi panik. "Ran…"

"Sudah tenang saja, serahkan masalah ini padaku."

Randika lalu menggandeng Viona turun tetapi sesampainya mereka di tangga, Randika melepaskan tangannya.

"Ran, aku pulang." Inggrid masuk ke ruang tamu dan terkejut ketika melihat sosok Viona.

"Sore bu Inggrid." Viona benar-benar tidak tahu harus berekspresi seperti apa khususnya setelah dia mengetahui hubungan Inggrid dengan Randika.

Wajah merah dan napas yang terengah-engah, Inggrid sebagai perempuan yang berpengalaman tentu tahu kenapa Viona bisa berpenampilan seperti itu.

Tidak dapat menahan dirinya, Inggrid menatap tajam pada Randika.

"Viona datang karena dipanggil oleh Hannah." Kata Randika sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum. Namun hati Randika saat ini terasa sangat kosong.

Inggrid hanya mengangguk dan tidak banyak berbicara. Instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di antara Randika dan Viona.

Melihat reaksi Inggrid yang seperti ini, hati Randika benar-benar mengepal.

Istri tercintanya ini tentu tidak akan marah besar kan?

Ketika Randika sudah berkeringat dingin, dari arah pintu rumah terdengar sebuah suara yang ceria. "Aku pulang."

Ketika Hannah masuk ke ruang tamu dan melihat ketiga orang ini berdiri terdiam, Hannah benar-benar bingung.

Apa yang sedang terjadi?

Melihat Hannah yang tiba-tiba pulang ini, Randika benar-benar merasa lega. Kalau tidak, suasana ini akan berlangsung canggung untuk sementara waktu.

"Ada apa ini? Kenapa semuanya terlihat tegang?" Kata Hannah dengan wajah bingung.

"Tidak apa-apa." Randika tertawa, tetapi Hannah benar-benar tidak mempercayainya.

Pada saat ini, Inggrid juga berkata pada mereka. "Kenapa kamu tidak mengatakan bahwa akan ada tamu hari ini? Ibu Ipah sedang pergi jadi kita tidak punya makanan sama sekali hari ini. Kalau begitu lebih baik kita makan di luar saja."

Untuk ajakan Inggrid ini, ketiganya tentu saja tidak punya alasan untuk menolak.

Inggrid memilih restoran barat yang cukup mewah. Restoran yang mereka datangi ini memiliki interior yang bagus dan alunan musik piano semakin memperindah suasana makan mereka. Ditambah lagi, sekarang sedang bulan purnama jadi malam cukup terang.

Keempatnya memilih meja di dekat jendela dan tidak lama kemudian mereka segera memesan makanan mereka.

Tentu saja semua suasana bagus ini tidak dapat menutup kegugupan Randika.

Benar seorang Ares yang dikenal sebagai 12 Dewa Olimpus itu baru pertama kali merasakan rasa gugup yang luar biasa. Hal ini terjadi karena suasana di meja makan ini benar-benar canggung. Inggrid sama sekali tidak berbicara dan Viona terus menerus menundukan kepalanya. Hannah mencurigai sesuatu tetapi dia tidak tahu apa permasalahannya yang sebenarnya.

Randika berpikir bahwa hal ini akan buruk apabila terus dibiarkan tetapi dia sama sekali tidak kepikiran cara untuk memecah suasana canggung ini.

Randika benar-benar pusing. Jika masalah ini bisa terselesaikan dengan tinjunya maka dia tidak perlu merasa sepusing ini.

Hal ini benar-benar rumit.

"Aku rasa kita harus bersulang terlebih dahulu untuk merayakan malam hari yang indah ini." Randika mengangkat gelasnya sambil tersenyum.

"Kak Randika benar-benar kakak ipar yang payah." Kata Hannah sambil mendengus dingin. Hannah memang memiliki beberapa tebakan tersendiri mengenai hubungan Randika dan Viona apalagi setelah mereka bertiga berlibur ke Makau, Hannah menyadari bagaimana Viona menatap Randika. Tentu saja sangat mudah menyadari hubungan mereka berdua mengingat sifat mesum kakak iparnya itu.

Ketika Viona mendengar kata-kata kakak ipar, hatinya makin mengepal dan terasa sakit.

"Hari ini aku ingin mabuk." Randika memaksakan diri untuk tersenyum, dia langsung menegak wine yang dimilikinya.

Randika langsung mengisi kembali gelasnya. Untungnya saja, para pelayan datang membawakan makanan mereka berempat jadi suasana canggung ini bisa tertunda beberapa waktu.

"Makan dulu." Kata Inggrid dengan nada dingin.

Keempat orang ini mulai mengambil garpu dan pisau mereka, tetapi rasa makanan yang mereka makan ini terasa hambar. Randika sendiri terus menerus menegak gelas wine miliknya.

Dia berharap alkohol ini dapat meringankan kepalanya untuk sejenak.

Ketika mereka berempat makan, Hannah mulai duluan untuk angkat bicara. "Kak Randika, kakak itu terlalu banyak main-main."

Hannah memberanikan diri untuk mengawali topik, Randika lalu membalas. "Aku hanya menghargai bunga yang ada, apakah itu salah?"

Mendengar jawaban Randika itu, Hannah kehabisan kata-kata. Dibantu oleh kekuatan alkohol, Randika mulai berbicara. "Apa kalian semua tahu impian terbesarku di hidup ini?"

Meskipun Viona dalam suasana hati yang buruk, dia masih mendengarkan.

"Aku berharap bahwa kita bisa belajar dari kehidupan para kaisar di jaman dahulu di mana dia bisa menikahi banyak orang." Kata Randika sambil tersenyum dan terceguk.

Randika lalu menegak kembali winenya. "Bukankah itu adalah impian para lelaki? Memiliki banyak perempuan di istananya?"

Hannah langsung membalasnya dengan nada marah. "Bisa-bisanya kak Randika mabuk di kondisi seperti ini!"

Inggrid menatap tajam Randika, dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang dipikirkan suaminya itu. Sepertinya suaminya itu sedang bertarung di dalam hatinya.

Randika lalu menghirup udara dalam-dalam dan menegak kembali winenya, wajahnya langsung berubah menjadi serius. Sukses atau tidaknya rencana haremnya ini akan ditentukan oleh hasil hari ini.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu." Randika menatap Inggrid. "Apakah kamu ingat bagaimana pertama kali kita bertemu? Kamu mendatangiku dan mengajakku untuk kawin kontrak?"

Ketika Inggrid memikirkan hal ini, dia terlihat bingung. Kenapa kamu tiba-tiba menyinggung hal itu?

Apa Randika akan membatalkan pernikahan mereka?

"Sejujurnya pada waktu itu, aku merasa bahwa suatu hari nanti kamu akan menjadi istriku yang paling kucinta." Kata Randika sambil tersenyum. "Kamu benar-benar wanita idamanku. Kamu cantik, baik, menawan dan dewasa apalagi kamu juga seorang pemimpin perusahaan besar. Tetapi setelah hidup bersamamu untuk beberapa lama, aku sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Bahkan jika kamu tidak punya apa-apa, aku akan tetap mencintaimu apa adanya."

Mendengar kata-kata terakhir itu, ekspresi Inggrid yang serius menjadi tersipu malu.

"Inggrid, aku mencintaimu. Aku benar-benar bersyukur telah menjadikanmu istriku." Setelah itu Randika menegak kembali winenya.

Ketika mendengar kata-kata Randika ini, wajah Viona sudah berlinang air mata. Sedangkan Hannah yang seharusnya senang ketika mendengar ini entah kenapa merasa sedikit cemburu dan sedih.

Ketika Hannah hendak berkomentar, tiba-tiba Randika berbicara lagi. Dan kali ini tatapan matanya tertuju pada Hannah.

"Han, meskipun kamu itu kadang menjengkelkan, egois, dan manja, tetapi kebaikan hatimu, keberanianmu dalam bertindak dan kejujuranmu itu benar-benar membekas di hatiku." Kata Randika.

Inggrid yang tersipu malu itu terkejut, dia langsung menatap tajam ke arah Randika. Viona yang tertunduk juga melihat ke arah Randika, matanya mengandung perasaan bingung. Saking terkejutnya, Hannah sampai ternganga dan menjatuhkan gelasnya.

"Jika semua sifatmu itu hilang, maka kamu bukanlah Hannah yang kukenal. Aku benar-benar menyukai Hannah yang selama ini kukenal, aku benar-benar mencintaimu." Ketika Randika selesai berbicara, dia menegak kembali gelas winenya yang sudah terisi.

Ketiga perempuan ini benar-benar sudah tidak tahu harus berkata apa.

Randika kembali mengisi gelasnya dan menatap ke arah Viona.

"VI, aku tahu bahwa kamu adalah perempuan yang pemalu dan pendiam tetapi aku bisa merasakan kelembutan dan rasa cinta yang besar di dalam dirimu. Ketika kita pertama kali bertemu, aku sangat bodoh karena tidak meminta nomormu tetapi… Tuhan berkata lain karena dia mendatangkanmu kembali kepadaku." Randika tersenyum tulus pada Viona.

Viona kali ini tertunduk lagi, namun yang kali ini karena rasa malu.

"Aku menyukaimu yang pemalu dan pendiam itu. Aku menyukai sisi baikmu maupun sisi burukmu. Viona, aku mencintaimu."

Ketiga perempuan ini benar-benar terdiam setelah Randika menyatakan perasaannya pada mereka bertiga.

"Jadi…" Randika yang mabuk ini menatap ketiganya dengan wajah serius. "Mulai sekarang kalian semua adalah istriku. Inggrid adalah istri pertama sedangkan Viona yang kedua dan Hannah yang ketiga."

Ketika Randika berkata seperti itu, suasana meja makan ini benar-benar menjadi hening.