Chapter 35 - 35. Aku Jatuh Cinta

Li Thian pergi keluar dari ruangan Silvia, begitu pula dengan Ling Ling. Kini hanya tinggal Ludius dengan Silvia yang masih terdiam satu sama lain.

"Sudah jangan fikirkan perkataan mereka, aku bukanlah orang jahat yang memaksa seseorang untuk mengatakan Hal yang seperti itu". Kata Silvia berbicara tanpa memandang Ludius.

Aku sadar, aku sudah cacat tidak seharusnya aku menghalangimu. Kamu masih bisa memiliki kehidupan yang lebih baik dengan wanita lain.

"Benarkah..! Jika seperti itu, mengapa kamu Memalingkan wajahmu dariku?. Tatap wajahku Silvia..!!". Ludius mengalihkan wajah Silvia ke arahnya.

Silvia terlalu takut dengan perasaannya, ia bahkan tidak berani menatap wajah mata dan menundukkan wajahnya.

"Tuan Lu.. Dari awal aku memang hanya sebuah mainan ditanganmu. Hidup kita sangat terpaut jauh, Kamu seorang yang berkedudukan tinggi. Wanita bagimu hanya sebuah mainan yang kapan saja bisa kamu buang. Sedangkan aku hidup dari keluarga sederhana, yang hanya memiliki keyakinan untuk bertahan hidup. Inilah waktunya untukmu melepasku..!". Suara Silvia semakin lirih,

Ludius mengangkat wajah Silvia, ia memaksa Silvia untuk menatap wajahnya. "Silvia.. Mungkin kamu melihatku seperti pria brengsek yang memperlakukan wanita seperti mainan tapi sejujurnya aku merasa kesepian. Kedatanganmu membawa kehangatan dalam hidupku. Aku belum pernah merasakan apa itu dicintai, tapi kamu menunjukkan apa itu cinta. Tidak ada alasan bagiku untuk menyangkal perasaanku ini. Aku akan mengatakannya Aku Ludius Lu, AKU JATUH CINTA PADAMU Bukan sebagai wanitaku melainkan sebagai Silvia Zhu yang teguh pendirian, Seorang wanita yang hidup penuh dengan keyakinan, Seorang wanita yang selalu menjaga hati dan martabatnya sebagai seorang wanita". Ludius mengungkapkan perasaannya dengan lantang di depan Silvia.

Silvia yang mendengar itu membelalakkan matanya, ia seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sesaat perasaan Silvia seperti embun yang mengembang diatas daun yang kering, terasa sejuk disaat teriknya matahari.

"Tuan.. hati-hati kalau bicara, Apakah menyatakan Cinta pada seorang wanita adalah kebiasaan Tuan?".

Ludius tidak menyangka mendengar jawaban yang pedas dari pernyataan cintanya. "Apa aku terlalu hina untuk mencintaimu?!" Tanyanya lagi.

Mengapa begitu sulit untuk menerobos relung hatimu, terlalu hinakah aku dimatamu??

"Tidak ada manusia hina di dunia ini, tapi apa perasaan itu benar-benar sebuah Cinta? Cinta dan ambisi itu seperti koin yang memiliki dua sisi. Lihatlah lebih jauh kedalam hatimu Tuan Lu. Bicara lah padanya, Apa yang sebenarnya hatimu inginkan, dan apa yang sebenarnya hatimu butuhkan". Balas Silvia dengan perkataan yang sulit untuk ditebak.

Apakah ini sebuah penolakan atau nasihat??

"Baik.. Aku akan buktikan kalau perasaanku saat ini tidaklah salah".

***

Sejak perdebatan hati waktu itu Ludius menjadi pria yang berubah 180 derajat di depan Silvia. Ia seperti suami siaga 24 jam yang selalu merawat Silvia

Silvia sendiri kini telah dipindahkan ke ruang rawat VVIP dengan 2 orang suster yang menjaganya. Kondisinya mulai stabil walau kondisi fisiknya masih lumpuh total.

Pagi ini Ludius datang untuk melihat kondisi Silvia dengan memakai Jas resmi sebelum berangkat ke kantor. "Sayang.. Bagaimana keadaanmu pagi ini?". Ludius menghampiri Silvia lalu mencium keningnya.

Dari luar suster masuk dengan membawa nampan berisi sarapan pagi untuk Silvia. "Permisi Tuan Lu, sekarang waktunya Nona Silvia untuk sarapan".

"Taruh saja makanannya di meja, biar aku saja yang membantunya untuk sarapan. Kamu boleh pergi".

"Baik Tuan Lu". Suster menaruh makanan di meja dan keluar meninggalkan ruangan.

Ludius mengambil piring yang sudah berisi bubur hangat dengan beberapa lauk dan sop tulang Iga. "Sayang.. Pagi ini calon suamimu akan menyuapimu sarapan, seharusnya kamu senang dan mengucapkan Terim kasih kan.. ".

"Namaku Silvia Zhu bukan sayang, Lagian Siapa yang memberimu izin untuk menyuapiku? kalau aku tidak mau kamu mau apa..!!".

Perkataan bawel Silvia ingin sekali Ludius balas dengan ciuman, namun mengingat betapa bencinya Silvia dengan hal itu membuat Ludius hanya bisa tersenyum kecut.

"Kalau aku tidak boleh memanggilmu sayang, lalu aku harus memanggilmu apa, Apakah Honey..?!"

"Hei Tuan Lu..! Aku ini orang Indonesia bahkan asli Jawa tulen, gaya bahasamu benar-benar membuatku merinding". Oceh Silvia.

"Issh… cerewet sekali kau sayang. Mudah saja bagiku untuk menyuapimu, kalau kamu tidak mau maka kamu harus di hukum, Karena telah menolak kebaikan dari calon suamimu".

"Huft.. nyesel aku mau tunangan sama kamu. Kenapa kemarin aku mau saja menerima perjanjian aneh denganmu". Silvia berkilah dengan membuang muka juteknya.

"Sayang.. ayo makan, Apa aku harus menyuapimu dari mulut ke mulut agar kamu mau makan?". Goda Ludius.

Perkataan Ludius penuh dengan godaan, Tapi kata sederhana itu mampu membuat wajah Silvia merona merah. Ludius mulai menyuapi Silvia sedikit demi sedikit,

"Dasar mesum, otak udang.. Awas yah.. kalau tanganku sudah bisa digerakkan, pasti sudah aku sumpal mulutmu pakai sepatuku". Omel Silvia, ia benar-benar gereget melihat tingkah narsis Ludius yang selalu menggombal dimana-mana.

"Jangan dong sayang.. Baru kali ini ada wanita yang berani terang-terangan mau menyumpal mulutku pakai sepatu. Benar-benar pantas disebut calon istri dari Ludius Lu". Kata Ludius membenarkan perkataan Silvia.

Ludius mulai menyuapi Silvia sedikit demi sedikit, tampak keduanya masih saling bertengkar layaknya anak kecil.

Drrrt.. Drrrt..

Dering Telefon dari ponsel Ludius

"Sayang tunggu, aku akan mengangkat Telefon sebentar". Ludius pergi menjauh dari Silvia,

???? "Longshang ada apa kau menghubungi ku?"

???? "Aku telah menyelidiki Siapa yang memberi obat itu pada Silvia melalui rekaman CCTV. Tampak seorang pria memberi minuman saat Silvia sendirian di Party kemarin. Aku sudah mencari data diri tentangnya dia salah satu anggota dari Black Emperor. Dan kini dia sudah berada di tangan kita".

???? "Aku akan segera kesana. Pastikan dia tidak lepas dari genggaman kita. Dan kali ini aku tidak ingin mendengar sebuah kesalahan..!!".

Ludius menutup teleponnya, ia kembali ke ruang rawat untuk melanjutkan sarapan Silvia.

"Tuan.. ada apa denganmu. Kamu terlihat geram setelah menerima telefon tadi. Memang siapa yang menelfon?". Tanya Silvia cerocos, ia memandang Ludius dengan serius dan terlihat ada yang Ludius sembunyikan darinyam

"Bukan apa-apa, Kamu tidak perlu memikirkannya. Cepat habiskan sarapanmu, Aku harus kembali ke kantor untuk mengurus pekerjaan yang telah menumpuk". Ludius mulai menyuapi Silvia kembali,

"Jangan berbohong padaku Tuan, wajah dinginmu sudah menunjukkan kalau ada sesuatu yang terjadi. Aku tidak memintamu menceritakannya padaku. Tapi.. Apapun itu, aku berharap kamu masih menggunakan hatimu sebelum emosimu untuk mencari jalan keluarnya".

Dewasa.. Bijaksana.. Ceroboh..

Mungkin itu yang kata yang dapat menggambarkan Silvia di hati Ludius saat ini.

Setelah selesai menyuapi Silvia sarapan, Ludius bergegas menuju kantor, "Kalau begitu aku pergi dulu. Aku akan meminta Bibi Yun kemari untuk menemanimu'. Ludius mencium kening Silvia. Kini ciuman dari Ludius seperti hal biasa bagi Silvia, Dia seperti tidak bisa menolak atau menghindarinya. Ludius berjalan keluar menuju mobilnya.

***

Dikantor, Ludius menuju ruangannya diikuti Longshang dan Wangchu untuk melaporkan detail yang terjadi pada Silvia.

"Longshang apa kamu mendapat informasi mengenai mereka?" Ludius duduk di kursinya dengan wajah serius.

"Dia tidak mengetahui apa-apa, tapi aku mendengar perkataan yang menarik dari mulutnya. Dia mengatakan bahwa semua yang dilakukan oleh pemimpin mereka hanya untuk mengecohmu Ludius".

"Kurang ajar, apa selama ini aku dipermainkan oleh mereka?! Sial..!!! Apakah ini berarti petunjuk sebenarnya dari kejadian 15 tahun lalu ada didepan kita? Tapi siapa?". Ludius semakin kesal karena usahanya untuk mencari petunjuk selalu gagal.

"Tenang Ludius.. Kita pasti akan mendapatkan petunjuk siapa dalang dibalik semua ini. Kau hanya perlu sedikit bersabar. Lalu kau mau aku apakan orang yang telah meracuni Silvia?!" WangChu ikut ambil bicara yang sedari tadi diam.

"Bunuh saja dia, Aku sudah tidak perduli. 20 menit lagi kita akan mengadakan rapat mengenai investor asing yang akan bekerja sama dengan kita. Dalam 20 menit, aku ingin kalian sudah menyiapkan berkas-berkas yang akan kita bahas nanti. Kalian boleh keluar".