Chapter 71 - 71.

Pagi ini Silvia mengendarai mobil milik Ludius dan di belakangnya sudah ada mobil milik Jason yang mengikuti dibelakang. Jason berniat membawa Silvia ke sebuah Restaurant yang sedikit membuatnya terkenang masa lalu.

Sesampainya di Restaurant Garden, dimana mereka pernah mengukir sedikit kenangan saat bersama membuat Silvia tertegun.  Mereka masuk kedalam, dan terlihat sebuah gubug dengan hamparan berbagai bunga di depan mereka. L

Jason menarik kursi untuk Silvia "Silahkan duduk Nona Silvia, makanan apa yang ingin Nona pesan?". Tanya Jason dengan senyuman.

" Apapun seperti yang Tuan Jason pesan". Jawab Silvia sekenanya.

"Pelayan.. Siapkan makanan terbaik kalian". Panggil Jason pada pelayan.

Mata Silvia masih memandang kehamparan Bunga yang begitu indah. Masih teringat jelas seorang Ludius yang selalu membawanya kesebuah taman dengan hamparan bunga. Didepan matanya terlihat bunga Plum kesukaannya.

"Apakah Nona sangat menyukai bunga?". Tanya Jason yang membuat Silvia tersadar dari diamnya.

"Taman, berbagai macam bunga dan terutama bunga Plum.  Iya..  Aku memang sangat menyukainya, mereka mengingatkanku dengan masa lalu. Tapi itu hanya masa lalu, saat ini aku lebih memilih mengembangkan Perusahaan agar lebih stabil. Sejak kepergian pemilik Perusahaan TangShi yang tidak bertanggung jawab. Perusahaan sempat mengalami fase sulit".

"Nona Silvia adalah seorang wanita yang tegar, siapapun pasti akan jatuh hati pada Nona". Puji Jason.

Pelayan datang membawa beberapa menu makanan yang pernah mereka pesan.

'Apa orang ini sengaja menguji kesabaranku? Membawaku ke sebuah kebun, sekarang makananpun persis seperti apa yang biasa kita makan. Siapa sebenarnya kamu? Ludius atau Jason?'. Batin Silvia.

Dia mulai kesal melihat semua hal yang berhubungan dengan Ludius. "Apa sebenarnya maumu Tuan Jason?. Aku sudah bersabar sejak pertama kali kita bertemu. Kamu Ludius bukan?".

Jason yang mendengar perkataan Silvia sempat terhenyak dan tersenyum. "Nona Silvia, Siapapun aku.. Kamu sendiri yang memutuskan. Ada banyak hal yang tidak bisa kita katakan walau itu ingin. Silahkan dinikmati hidangannya Nona".

"Jadi hanya itu jawabanmu. Aku tidak mempermasalahkan berapa banyak waktu yang kuhabiskan untuk menunggu.  Aku terima seorang Jason atau Ludius bersama wanita lain dan bahkan mengatakan rindu padanya. Tapi aku hanya manusia biasa yang memiliki batas kesabaran. Mau sampai kapan kamu akan seperti ini?".

Silvia berkata tanpa memandang Ludius, sedikit rasa kecewa, putus asa dan rindu. Dia bahkan tidak tahu apa yang dirasakannya saat ini.

"Nona Silvia, apa setiap tindakanku belum bisa mewakilinya?. Apa sebuah pernyataan itu penting dalam sebuah hubungan?". Jason menghela nafas.  "Pemikiranku tentang Nona ternyata terlalu tinggi. Gadis kecil yang dulu polos dan lugu, kini telah berubah menjadi wanita yang memiliki pemikiran realistis. Aku salah telah mengharapkan lebih dari seorang Nona Silvia".

Silvia yang masih belum mengerti, mengapa sekarang dia merasa kalau dia yang bersalah. Jelas-jelas Ludius yang pergi begitu saja dari sisinya. 'Sebenarnya apa yang salah denganku dan perkataanku? Mengapa dia mengatakan hal yang menyakitkan seperti ini. Sekarang seolah aku yang bersalah'. Batin Silvia.

"Aku masih belum mengerti apa yang kamu maksud. Aku adalah manusia biasa dan bukan seorang Tuhan ataupun Dewa. Aku bukan tidak mempercayai apa yang kamu maksud, Tapi seorang wanita butuh kepastian. Mungkin 2tahun tidak bertemu membuat kita memiliki pemikiran yang mulaii terpaut jauh. Terima kasih untuk makanannya".

Karena Silvia sudah tidak tahan menahan semua perasaan yang campur aduk di hatinya. Dia beranjak dari kursinya dengan perasaan dingin.

Jason yang melihat dinginnya tatapan dan sikap Silvia, merasa seakan tangan Silvia telah terlepas dari dari genggamannya. Jason yang sudah tidak tahan melihat dinginnya orang yang paling di cintainya seumur hiduppun, seketika menarik tangan Silvia dan memeluknya erat.

"Jangan.. Jangan pergi Sayang". Bisik Jason.

Silvia mendengar perkataan yang dia rindukan tidak bisa berkata-kata. Dia hanya terdiam dan menitikan air mata. Betapa Silvia sangat merindukan sapaan jahil dan manja dari orang yang sedang memeluknya saat ini.

Keduanya saling terdiam dan tenggelam dalam perasaan rindu mereka. Bagi keduanya pelukan setelah perpisahan selama 2tahun lamanya adalah sebuah keajaiban.

"Jangan pernah lepaskan tanganmu dari genggamanku Sayang. Maafkan aku telah melakukan banyak hal yang membuat hatimu terluka". Sambung Jason.

Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada seseirang yang memperhatikan mereka yang akan membuat kejadian menjadi semakin memburuk.

Ludius melepas pelukannya, dia menghapus air mata Silvia dengan jemarinya. Ludius memandang Silvia dalam-dalam. Mengingat setiap kejadian yang pernah mereka lewati hingga membuatnya menjadi begitu takut kehilangan wanita yang dicintainya.

Disaat mereka sedang saking pandang, Dari belakang ada seseorang yang datang dengan perasaan geram dan amarah. "Sayang, Apa yang kamu lakukan disini bersama wanita yang tidak tahu malu itu?". Tanya Elena.

Mendengar ada sapaan dari suara yang familiar Silvia dan Jason membalikkan badan. "Elena.. Sedang apa kamu disini? Aku kira kamu masih tidur".

Elena menarik Jason dan menampar Silvia. "Dengar wanita penggoda..! Dia adalah calon suamiku, berani-beraninya kamu bermain dibelakangku. Apa kamu ingin nyawamu melayang saat ini juga?". Ancam Elena.

Silvia hanya terdiam dengan tangan memegangi pipinya. Dia tahu posisinya saat ini memang bisa disebut orang ketiga. Silvia sadar jika dia mengatakan satu hal saja yang membuat Elena curiga, rencana yang Jason susun selama ini pasti akan hancur berantakan. Jadi, mau tidak mau Silvia hanya bisa terdiam.

"Kenapa kamu diam, Apa kamu sudah sadar kalau kamu itu benalu yang hanya bisa mengganggu hubungan orang?". Sambung Elena, dia benar-benar puas memaki Silvia.

Jason yang melihat Silvia dimaki sesuka hati oleh Elena menarik Elena kembali. "Dengar Elena..! Aku berterima kasih kamu mau memungutku dijalanan saat aku menjadi gelandangan. Tapi bukan berarti kamu bisa memaki orang yang sedang bersamaku sesuka hati. Kami hanya makan bersama, tidak lebih..!". Jason mencoba menenangkan hati Elena yang labil.

"Hah.. Apa kamu bilang Sayang, kalian hanya makan bersama?. Lalu ini apa?". Elena mengeluarkan beberapa lembar foto saat Silvia dan Jason saling berpelukan dan melemparkannya kemuka Jason.

'Kurang ajar..! Bagaimana wanita gila ini mendapatkan foto-foto ini?. Apa selama ini aku dimata-matai oleh seseorang?'. Batin Jason.