Chapter 82 - 82. Tembakan Penentuan

Ludius tahu betapa licik nya Jonathan, jika dia salah mengambil langkah satu kali saja maka akan berakibat fatal. Ludius menunggu apa yang akan orang licik itu katakan.

"Tentang harta rahasia Keluarga Lu, Apa kamu mau menyerahkannya padaku?". Tanya Nathan.

Ludius justru tersenyum licik mendengar perkataan Nathan. "Apa kamu begitu menginginkannya Tuan? Itu hanyalah barang lama. Aku tidak yakin kamu benar-benar akan membutuhkan nanti".

"Jangan membohongiku Ponakan Lu, Aku sudah lama menantikan hal seperti ini. Aku tahu ponakan Lu sangat bijaksana dan lebih mudah untuk bekerjasama".

"Apa yang akan aku dapatkan jika aku menyerahkannya?! ". Tanya Ludius,

Ludius masih mengulur waktu, Setiap menit dia menunggu pesan dari WangChu, berharap dia segera menemukan dimana Ibunya Silvia berada.

"Sepertiga dari Perusahaan Royal ini aku serahkan kepadamu.  Tentu dengan segala pertimbangan yang ada".

"Aku senang jika mendengar itu dari pebisnis seperti Tuan Nathan".

Tiba-tiba saja terdengar getaran ponsel milik Ludius.

???? Ludius, aku sudah menemukan dimana Ibu Yuliana berada. Cepat segera tinggalkan tempat itu!.

Setelah membaca pesan dari WangChu, Ludius memberi aba-aba pada LongShang untuk bersiaga dengan segala sesuatu yang terjadi.

Ludius beranjak dari tempat dia duduk. "Sayang sekali Tuan Nathan yang terhormat, Aku menolak tawaranmu. Sepertiga dari Royal masih belum cukup untuk mengganti kematiannya kedua orangtua ku".

Seketika Ludius  mengeluarkan pistol dan mengarahkannya pada Nathan.

Dor.. Dor.. Dor..

Sraaash..

Peluru sedikit mengenai lengan Nathan. Ludius dan LongShang langsung berjalan kearah luar pintu dengan mendapat perlawanan dari anak buah Nathan. Baku tembak antara LongShang Ludius dengan anak buah Nathan tidak bisa terelakkan.

"Kurang ajar Kau Ludius, pengawal cepat tangkap mereka". Perintah Nathan dengan lengannya yang berdarah.

Ludius dan LongShang berjalan kearah dimana mereka menempatkan anak buah dan mobil dengan mengendap-endap.

Ludius tidak menyangka bahwa anak buah Nathan ternyata sudah menyebar di seluruh kawasan area mereka. Tiba-tiba kemeja Ludius berdarah dan membuat LongShang yang melihatnya menjadi khawatir.

"Ludius, kamu masih belum sembuh benar. Aku harap kamu tidak sungguh-sungguh ingin menghadapi Nathan". Kata LongShang yang berada di belakang Ludius untuk mengawasi musuh yang dibelakang mereka.

Terlihat Nathan sedang berjalan mengejar mereka, "Ludius.. Beraninya kamu mempermainkan ku..!". Teriak Nathan.

Ludius dan LongShang bersembunyi kedalam hutan di belakang kediaman Nathan. Mereka mulai mengatur rencana selanjutnya.

"Ludius, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Kita sudah terkepung di wilayah musuh. Dan bantuan akan datang sekitar 10 menit lagi". Kata LongShang.

"Jangan ambil pusing, kita hadapi saja. Lagi pula Ibunya Silvia sudah selamat, kamu tahu kan.. Tanganku sudah tidak tahan ingin menghajarnya. Kita harus selesaikan sampai tuntas hari ini juga. Jangan sampai ada celah untuknya bisa melihat hari esok".

"Lalu bagaimana dengan lukamu?". Tanya LongShang yang melihat kemeja Ludius berdarah.

"Mungkin bekas operasi sedikit terbuka, tenang.. Hal seperti ini tidak akan membuatku mati. Dalam hitungan ketiga, kita keluar.. Pastikan tidak ada yang mengganggu pertarunganku dengan Nathan".   LongShang menggangguk.

3.. 2.. 1..

"Sekarang..".

Ludius dan LongShang keluar dan mendapatkan serangan dari musuh. Seperti yang direncanakan, LongShang akan menghadang semua anak buah Nathan agar Ludius bisa menyelesaikan dendam ama yang memuncak di hatinya.

"Kali ini akan aku pastikan kamu tiada Jonathan". Geram Ludius.

Dor.. Dor.. ????

Terdengar suara tembakan dari arah samping, dengan cepat Ludius menunduk dan bersembunyi di balik pohon dan membalas serangan.

Dor.. Dor..

"Aku tidak menyangka rumor mengenai Ludius ternyata bukan isapan jempol belaka. Kamu memang seorang ketua mafia yang menakjubkan". Kata Nathan yang sedang berjalan mendekat dengan terus memperhatikan serangan Ludius.

Ludius kuat mendengar suara Nathan. "Kita akhiri saja permainan ini, apa kamu tidak bosan bermain pistol selama puluhan tahun?". kata Ludius.

"OH.. Jadi menurutmu permainan seperti ini membosankan. Baiklah agar tidak membosankan lebih baik kita duel adu kecepatan menembak dengan saling serang".

"Apa kamu yakin pak tua, aku tidak yakin orang kolotan sepertimu masih bisa bermain fisik dengan cara duel".

"Kita buktikan saja..!".

Ludius sudah bersiap-siap, Nathan menyerang duluan dengan satu tembakan kearah kepala Ludius, dan diteruskan memberi pukulan pada bagian dada yang terluka.

Langsung saja, sebelum Nathan memberi pukulan, Ludius menyerang balik dengan satu tembakan membuat Nathan mundur.

'Kurang ajar, dia tahu bahwa aku sedang terluka. Hampir saja lukaku akan terkena serangannya'. Batin Ludius.

"Kamu sedang terluka berani melawan ku! Apa kamu ingin aku lenyapkan secepatnya? ". Kata Nathan.

Ludius dan Nathan saling berhadapan dengan pistol ditangan mereka. "Kita akhiri disini saja dengan serangan terakhir. Kamu atau aku yang akan mati".

"Baiklah.. Tidak rugi juga kalau orang sepertimu mati, aku bisa secepatnya mengambil alih Naga Imperial dari tanganmu".

"Jangan bercanda, Naga Imperial tidak akan bisa jatuh ke tanganmu walau aku mati sekalipun. Mereka adalah bawahan ku yang setia, jangan samakan dengan bawahanmu yang hanya setia ketika mereka butuh". Sindir Ludius.

Mereka saling mempersiapkan diri untuk serangan terakhir. "Bersiap-siaplah Jonathan, terima semua perasaan dendam ku ini". Kata Ludius tegas.

Suasana hening sejenak, seperti penentu kematian seseorang sebelum akhirnya menjadi sebuah pertarungan terakhir.

Dalam beberapa detik Ludius dan Nathan maju dengan melepas tembakan mereka, Ludius lebih cepat beberapa detik dari Nathan hingga berhasil menembus kepalanya.

Dor…

Tembakan tepat melesat ke kepala Nathan, dia terjatuh seketika. Di saat terakhirnya sebelum dia menutup mata dia justru tersenyum kearah Ludius.

"Apakah ini sudah berakhir..!" gumam Ludius.

Seketika tubuh Ludius terasa berat, luka bekas operasi kembali terbuka dan membuatnya kehilangan banyak darah.

Ludius ikut terjatuh di samping tubuh Jonathan.  "Apakah ini akhir yang aku inginkan? Apakah kematian akhir dari segalanya?. Ayah.. Ibu.. Aku sudah membalaskan dendam kalian. Apakah kalian senang?". Kata Ludius lirih sebelum akhirnya dia menutup mata.