Zain merebahkan wanita yang ditemukannya di kasur, kondisi pakaian wanita itu yang terkoyak dan basah membuat Zain berfikir secepatnya ia harus melepas pakaian wanita itu. Di saat Zain melihat ke arah dada, ia melihat pin lambang suatu Kerajaan. Karena Zain merasa penasaran, ia mengambil lambang itu untuk mencaritahu Identitasnya.
Bibi An datang membawa pakaian beserta p3k, ia sempat kaget melihat Zain sedang membuka bagian kancing baju milik Nona yang di bawanya.
"Tuan, ini pakaiannya..". Kata Bibi An yang datang tanpa Zain sadari.
Perkataan Bibi An yang tiba-tiba sontak membuat Zain melepas tangannya yang sedang memegang kancing baju wanita yang di bawanya. Zain yang sedikit malu langsung beranjak dari tempatnya dan melangkah pergi.
"Bibi.. Urus wanita ini. Aku akan ada di ruang kerja. Jika kondisinya tidak membaik juga, baru telefon Dokter". Kata Zain di ambang pintu.
"Baik Tuan, ohya.. Makan malam sedang di persiapkan. Apa pelayan perlu membawa makan malam ke ruang kerja anda?"..
"Tidak perlu, aku akan ke ruang makan nanti". Zain keluar dari kamar tamu dengan membawa perasaan malunya. Betapa tidak… ia kepergok sedang membuka kancing pakaian wanita didepan orang yamg lebih tua darinya.
Zain pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah. Didalam kamarnya ia melepas kemejanya yang memerah karena darah dengan hati terus memikirkan 'Apa yang sebenarnya Komandan rencanakan? Aku tidak akan memaafkan Komandan jika sesuatu terjadi pada Silvia'.
Klank… !
Suara benda terjatuh. Zain yang sedang melepas kemejanya, tidak sengaja menjatuhkan pin milik wanita itu yang ia masukkan dalam saku kemeja. Zain mengambil pin itu dan memainkannya. "Pin ini… Aku juga harus mencaritahunya, firasatku mengatakan kalau dia sedang dalam keadaan yang tidak baik. Sepertinya aku memang belum bisa mengatakan ini pada siapapun".
Zain dengan telanjanh dada pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia menyalakan shower yang mengalir membasahi tubuhnya. Meski Zain dari Indonesia, tapi bentuk tubuhnya tidak kalah menarik dari model majalah dewasa. Bentuk dadanya yang bidang dengan kotak-kotak bak papan catur berpadu dengan postur tubuhnya yang lumayan tinggi sekitar 175. Ukuran yang proposional untuk seorang Anggota Kemiliteran di Indonesia.
Setelah selesai mandi Zain keluar dengan kimono nya, ia yang memiliki keterbatasan waktu secepatnya pergi ke ruang kerjanya. Dengan santainya Zain keluar dari kamar hanya dengan memakai komono dengan dada bidangnya yang di biarkan terbuka.
"Hei! Siapa kau berani berjalan dengan telanjang dada didepanku?". Teriak wanita yang berdiri di ambang pintu dengan keadaan yang masih lemah.
"Kau tak perlu tahu siapa aku, kau sendiri seorang gadis. Bisa-bisanya berteriak dirumah orang yang telah menolongmu!. Terserah kau akan menganggapku apa, tapi di ruang makan Bibi An sudah menyiapkan makan malam untukmu". Balas Zain datar seolah tidak mengindahkan teriakan wanita itu. Karena Zain malas untuk berdebat, ia pergi begitu saja meski ia tahu bagaimana akhir dari sikap wanita yang berteriak kepadanya.
"Kau mengacuhkanku? Hei kau pria yang ada disana! Kembali!!". Teriak wanita itu lagi. Ia berlari mengikuti langkah Zain dan karena kondisi tubuhnya yang belum stabil membuatnya kehilangan keseimbangan.
Arrrgh…!
Wanita tersebut hampir terjatuh, beruntung Zain membalikkan badan dan secepatnya menangkap wanita pemarah itu dalam pelukannya.
Sesaat pandangan wanita itu terpana melihat sosok Zain yang tepat ada didepannya. Siapapun akan terpesona dengan penampilan pria yang hanya memakai komono dengan rambut yang masih basah.
"Kau baik-baik saja?". Tanya Zain, perkataannya rupanya membuat wanita yang ada dalam pelukannya tersadar.
"Aku baik-baik saja". Secepatnya ia membetulkan posisi berdirinya. "Terima kasih sudah menolongku, aku Emilia Keirl Hamilton. Kau sudah mengambil pin ku, kau pasti tahu aku bukan wanita biasa". Katanya yang menyebut dirinya Emilia.
"Ya.. Aku tahu kau bukanlah wanita dari kalangan biasa, aku juga curiga sudah ada seseorang yang memanipulasi mobilmu hingga kecelakaan tunggal itu terjadi".
"Kau terlihat pria yang jujur. Baiklah.. Aku akan menceritakan sedikit apa yang terjadi".
"Tidak perlu, itu juga bukan urusanku". Kata Zain memotong perkataan Emilia.
"Kau..!". Menunjuk Zain dengan kekesalan atas perkataannya. "Baik, aku juga tidak butuh bantuanmu. Biarkan aku pergi!".
Emilia melangkah pergi begitu saja melewati Zain disaat kondisinya belum pulih. "Dasar pria tak punya hati, sudah tahu aku terluka Masih sok tidak peduli padaku. Menyebalkan!". Gerutu Emilia yang kemungkinan didengar oleh Zain.
"Tunggu!! Kembali, aku akan membantumu". Cegah Zain.
Emilia yang mendengar perkataan Zain tersenyum penuh kemenangan. Ia membalikkan badannya dan kembali berdiri disamping Zain. "Benarkah kau akan membantuku?". Tanya Emilia kembali.
"Tentu, kau boleh tinggal disini untuk sementara waktu. Makanlah! Aku masih ada urusan penting yang harus ku kerjakan!".
"Urusan apa yang lebih penting selain mengisi perut?. Ayolah kita makan malam dulu Tuan..". Ajaknya manja.
Perkataan sok polos Emilia mengerutkan kening Zain, "Wanita ini…!". Gerutunya. Ia memegang kepalanya yang sebenarnya tidak sakit, hanya merasa sikapnya yang terlalu ikut campur memancing kemarahan Zain.
"Berhentilah untuk ikut campur!". Bentak Zain dengan nada tinggi. "Sudah kukatakan, kau boleh tinggal disini dengan syarat jangan mencampuri urusan pribadiku". Tambahnya lalu pergi meninggalkan Emilia.
"Nona.. Anda sudah siuman?". Tanya Bibi An yang melihat Emilia masih berdiri terpaku melihat kepergian Zain.
"Apakah kamu pelayan disini?. Bibi bisa memanggilku Emilia". Katanya dengan senyum ramah.
"Baik Non Emilia, Nona bisa memanggil Bibi dengan sebutan Bibi An. Bibi harap Nona jangan di ambil hatii atas perkataan kasar Tuan Zain. Dia sebenarnya pria yang baik, hanya beberapa hari ini sedang ada masalah yang terjadi". Ungkap Bibi An.
"Oh… Jadi namanya Zain, kelihatannya dia bukan berasal dari China".
"Tuan Zain berasal dari Indonesia, Tuan sendiri ke China untuk menjaga seorang wanita yang sebenarnya sudah memiliki suami yang mencintainya".
"Tuanmu aneh Bi, dia menjaga wanita yang sudah bersuami. Bukankah itu terlalu berlebihan"
"Ada hal yang terjadi antara mereka dimasa lalu, Bibi harap Nona tidak mengatakan atau menanyakan apapun didepan Tuan".
Menjaga wanita yang sudah bersuami, bukankah itu berlebihan?. Apa sebenarnya yang telah terjadi diantara mereka?.
Seketika Emilia merasa penasaran apa yang terjadi dengan masa lalu penolongnya. "Aku harus mencaritahu..". Gumamnya.