"Tuan, apa kau mencariku?! " tanya wanita itu kembali,
Langkah Longshang terhenti, ia yang menunggu hari ini tiba perlahan membalikkan badan. "Zizy… " panggil Longshang,
Seketika wanita tersebut terkejut melihat sosok pria yang ada di depannya, ia memandang lekat-lekat wajah yang pernah ia kenal 7 tahun yang lalu.
"Longshang, bagaimana kau bisa ada disini?" Tanyanya dengan perasaan tak percaya dengan yang dilihatnya,
"Hanya kebetulan lewat. Aku berniat menemui Ludius di Mansionnya, dan tanpa sengaja melihat wanita familiar yang pernah kukenal. Tapi aku tidak menyangka kalau itu kamu". Kata Longshang dengan senyum tipis nya. Bagi orang terdekat Longshang, melihat senyumnya adalah hal yang langka. Tapi di depan Linzy, dia dengan mudahnya mengembangkan senyum di bibirnya.
"Kalau begitu masuklah.. Kebetulan aku tinggal sendiri di Apartemen ini, jadi kau tidak perlu sungkan". Linzy mempersilahkan Longshang masuk, ada kebahagiaan tersendiri yang singgah di hati Linzy.
Pria yang ia tunggu selama 7 tahun lamanya berdiri tepat di depan matanya,bukankah ini sebuah Takdir..
Dengan fikiran yang masih menata perasaannya, Longshang memasuki Apartemen Linzy. Di ujung pintu ruangannya terlihat sederhana namun rapi dengan aksen klasik seperti karakter dari Linzy.
"Silahkan duduk, kamu mau minum apa Longshang? ". Tanya Linzy,
Longshang duduk di sofa ruang tamu, "Terserah… ".
"Kau masih saja begitu acuh. Uhm.. Apakah kau masih menyukai jus mangga seperti dulu, Longshang?". Tanya Linzy, pernyataan sekaligus pengingat tentang masa lalu nya membuat Longshang merasa tidak nyaman.
"Tidak, aku tidak terlalu suka Jus mangga. Mungkin kau salah mengerti". Balas Longshang mengelak,
"Bagaimana mungkin aku salah mengerti, Longshang… Kalau kau memang lupa dengan minuman favoritmu, mengapa kau masih mengingat panggilan yang kau buat khusus untukku",
"Linzy Abigail, bisakah kau tidak mengatakan hal yang telah terlewat 7 tahun lamanya?! Sepertinya aku harus kembali, masih banyak pekerjaan yang harus aku urus di kantor ". Longshang beranjak dari tempat duduknya, namun belum sempat ia melangkah. Linzy dengan tegas mencekal pergelangan tangan kanan Longshang.
"Jangan pergi.. Baiklah, aku tidak akan mengatakan apapun kembali. Duduklah Longshang… ". Bujuk Linzy, ia memperlihatkan binar matanya yang sendu, berharap Longshang akan luluh ketika melihatnya.
"Linzy, aku kemari hanya untuk memastikan bahwa aku tidak salah mengenali seseorang. Karena kita tidak ada urusan, jadi aku akan pergi.. ". Longshang melepas cekalan tangan Linzy dan melangkah perlahan menuju pintu keluar,
'Apa tidak ada cara untuk menghentikan Longshang pergi, jika dia pergi sekarang aku takut kita takkan pernah bisa bertemu kembali'. Batin Linzy,
Di tengah kalutnya memikirkan Longshang, Linzy teringat akan suatu hal. "Longshang tunggu..!! ". Cegah Linzy
Langkah Longshang kembali terhenti, ia berbalik melihat Linzy. "Apalagi yang ingin kau katakan Zy? ". Tanya Longshang dengan wajah datarnya.
Mata yang dulu terlihat hangat menyapa Linzy kini berubah menjadi sedingin es, ya.. Semua salah Linzy. Mengapa dulu tidak mempercayai Longshang dan membuatnya pergi begitu saja?!.
Tidak akan pernah bisa menyalahkan Takdir bukan, Linzy hanya tersenyum kecut jika mengingat hal itu.
"Aku telah menemui Ludius, dia memintaku menyelidiki obat yang dia titipkan padamu". Kata Linzy,
Longshang kini bagai orang linglung yang terdiam sebelum bertindak. Entah apa yang ada di fikirannya saat ini. Ingin bertemu tapi perasaan kecewa masih menyelimuti hatinya. 'Apa yang kau fikirkan sebenarnya, Longshang? Bukankah dia hanya masa lalu yang menghancurkan perasaan dan hidupmu!!' tegur Longshang pada hatinya.
"Oh, kalau begitu aku akan mengambilnya dan mengantarkannya padamu. Bisa aku pergi sekarang? ".
"Bisakah kau tinggal lebih lama disini? Kita lama tidak bertemu, setidaknya izinkan aku untuk menjelaskan semuanya". Linzy yang selalu bersikap tenang dimana pun dia berada, begitu berhadapan dengan Longshang ia terlihat gelisah. Dengan pelapak tangan yang dingin dan suhu tubuh memanas Linzy menangkupkan kedua tangannya menyembunyikan rasa gusarnya.
Longshang hanya bisa menghela nafas melihat Linzy yang tidak berubah sama sekali. Wanita dengan tingkat kejeniusan tinggi seperti Linzy pun bisa menunjukkan sikap gusar dan salah tingkah jika di hadapkan pada sesuatu yang menyangkut hati.
"Huft.. Linzy, tenanglah.. Kau tampak tertekan sekali..". Longshang berjalan menghampiri Linzy yang masih berdiri terpaku bahkan sampai memejamkan mata begitu Longshang mendekatinya.
"Kau tidak perlu setakut itu padaku Zy. Baiklah.. Aku akan tinggal lebih lama disini". Tangan kiri Longshang begitu saja menarik pinggang Linzy hingga wanita itu kini dalam dekapannya.
Linzy yang masih memejamkan mata tanpa berani melihat tatapan Longshang membuat Longshang menepuk-nepuk kepala Linzy layaknya anak kecil.
Perlahan Linzy membuka mata, ia baru sadar bahwa ia sudah ada didekapan Longshang. "Kau tidak menyalahkanku? Kau tahu aku telah mengecewakanmu bahkan pergi secara tiba-tiba dari hidupmu". Ujar Linzy dengan mata berkaca-kaca.
Mata sayu Linzy menatap wajah tenang Longshang, wajah yang selalu datar tanpa ekspresi yang selalu membohongi semua orang nampak jelas di pelupuk mata Linzy.
"Aku tidak tahu mengapa kau melakukan itu dulu dan tidak akan menyalahkanmu ",
"Bisakah kita kembali seperti dulu? Aku masih mencintaimu, Longshang.. ". Ungkap Linzy, matanya yang sudah berkaca-kaca pada akhirnya air matanya jatuh membasahi wajahnya.