Setengah jam telah berlalu dan Ludius keluar dari kamar mandi menggunakan handuk kimono putih, ia segera berganti dengan kaos hitam pres body untuk segera ke dapur, mencoba membuat bakso yang di inginkan istrinya.
Di bilang merepotkan, ya emang merepotkan sih. Tapi tidak mungkin seorang Ludius tidak mengabulkan permintaan dari istri tercintanya. Begitu selesai berganti pakaian, Ludius menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja. Saat ponsel di nyalakan, terdapat notifikasi pesan masuk dari Wangchu.
[Ludius! Aku sudah mendapatkan jejak dari penyerangan di jalan Shanghai tempo hari. Menurut petunjuk dari alat pelacak yang kita pasangkan di tubuh umpan, Saat ini umpan sedang menuju ke Hongkong, tepatnya di area distrik A. Mungkin sasaran kita akan segera menangkap umpannya. Lalu apa yang akan kau lakukan Ludius?]
Ludius terdiam sejenak memikirkan pergerakan dari salah satu orang yang di jadikannya umpan untuk menemui sasarannya. Menurut perkiraan Ludius, sepertinya ini masih ada hubungannya dengan kejadian di lelang gelap tempo hari. Di lihat dari waktu dan kejadian yang terjadi secara bersamaan, membuat Ludius semakin mencurigai seseorang.
Karena ingin tahu lebih lanjut mengenai penyelidikan yang di lakukan Wangchu, Ludius memilih untuk menghubuginya,
Tut.. tut.. tut..
Cukup lama Wangchu tidak mengangkat teleponnya, membuat Ludius menaikkan setengah emosinya menjadi amarah yang tersembunyi. "Brengsek kau Wangchu! Saat di butuhkan kau selalu tidak ada. Awas saja kalau gajian aku akan memotong gajinya menjadi setengah." Umpat Ludius kesal, dia hampir saja membanting ponselnya sendiri, namun pada waktunya telepon itu pun terangkat.
["Ludius! Ada apa kau menelponku?"]
["Aku ingin tahu detail mengenai penyelidikanmu pada kasus yang terjadi di jalan Shanghai kemarin. Kau mengatakan bahwa umpan sedang menuju ke Hongkong? Apakah musuh kali ini masih berhungan dengan kejadian di lelang gelap?."]
["Baiklah, aku akan mengirimkannya lewat e-mail. Kasus ini sepertinya tidak semudah yang terlihat. Di lihat dari pergerakan umpan yang menuju Hongkong, seperti dugaanmu di perkirakan 50 % di perintahkan orang yang sama dengan kejadian di lelang gelap. Tapi kasus ini masih dalam tahap penyelidikan. Ohya, Ku dengar kau akan pergi ke kerajaan Hardland esok hari dengan Pangeran Richard? Lalu bagaimana dengan Silvia? Apa dia mengetahuinya?"]
Perkataan Wangchu mengingatkan Ludius kembali bahwan ia harus meninggalkan China esok hari. Kondisi Longshang yang belum membaik serta keadaan Perusahaan yang yang sedang krisis meski tidakk terlihat, membuat Ludius berpikir 2 kali untuk pergi ke Hardland.
["Lanjutkan penyelidikan sampai tuntas, aku hanya ingin memastikan bahwa musuh kali ini orang yang sama atau kelompok lain yang ingin berurusan denganku. Mengenai perjalanan akan ke Hardland besok, sedang aku pertimbangkan akan membawa Silvia atau tidak. Jika aku membawa Silvia, yang aku takutkan adalah orang-orang yang menentang Mendiang Ibu Suri dan menginginkan Tahta akan langsung bertindak begitu menyadari kedatangan Silvia sebagai pemilik Tahta sebenarnya. Itu sama saja menambah musuh dan secara tidak langsung akan membahayakan nyawa Silvia."]
["Apa! Kau bilang Silvia pemilik Tahta sebenarnya??!"] Dari ujung telefon, terdengar sekali bahwa Wangchu cukup syook dengan perkataan Ludius.
["Ini masih kemungkinan, maka dari itu aku akan ke Kerajaan Hardland untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut. Aku juga sudah meminta seseorang untuk menyelidiki lebih lanjut tentang mendiang Ayah Mertua Zhuan Liyun dan Paman Zhuan Yang."]
["Jadi, kau akan menimpakan semua urusan Organisasi dan Kantor padaku?! Apa kau gila!"] protes Wangchu. Ia paling tidak suka jika diriinya di bebani perkerjaan yang merepotkan.
["Kau berani melawan perintahku Wangchu! Apa kau ingin aku memotong gajimu 50 %!"] ancam Ludius dengan sentakan yang cukup keras, membuat Silvia yang sedang terdidur mengulet dan mengugau.
"Ludius.."
Silvia mengigau dan terdengar samar-samar oleh Ludius membuatnya gelagapan dan menyembunyikan ponselnya, segera ia menoleh kebelakang memastikan keadaan Silvia.
"Ah syukurlah, ternyata istriku hanya mengigau. Aku kira dia benar-benar terbangun dan mendengarkan percakapan kami. Masalah ini, aku harap kamu tidak mengetahui sebelum waktunya." Gumam Ludius.
["Hei Boss!! Mengapa kau mengabaikanku. Aku belum mengatakan bahwa aku tidak terima kau memotong gajiku 50 %, itu tidak adil!"] ptotes Wangchu.
["Aku tidak peduli, yang aku pedulikan adalah kau harus mengurus kantor dan Organisasi saat kepergianku. Suruh Zhenyi dan Zack Li untuk memantau Markas dan kau fokus mengurus Perusahaan!"]
["Baiklah, aku kalah! Takkan berani berdebat dengan mu Boss. BYE!!!"]
Tut tut tut
Wangchu memutus panggilannya secara sepihak, setelah mengetahui hal ini Ludius keluar dari kamar dan menuruni tangga menyusuri beberapa ruangan untuk sampai ke dapur. Demi menyiapkan bakso, makanan yang di inginkan istrinya.
"Ibu, Bibi Yun.. biar aku yang membuat baksonya. Aku sudah berjanji untuk membuatkan Silvia bakso beranak yang dia inginkan." Seru Ludius di ujung pintu dapur,
Perkataannya menyita perhatian Ibu Yuliana dan Bibi Yun. Mereka sontak kaget dan meletakkan sayuran yang sedang di racik begitu mendengar Ludius mau membuat makanan yang belum pernah dia lihat.
"Nak Ludius, apa kamu yakin ingin membuat makanan yang Silvia minta? Jujur Ibu merasa tidak enak hati dengan Nak Ludius atas permintaan Silvia yang aneh dan merepotkan." Ujar Bibi Yun, ia menghampiri Ludius dan memegang kedua lengannya.
"Ibu tenang saja, saya tidak merasa di repotkan. Justru merasa senang karena Silvia mau meminta sesuatu dariku. Itu benar-benar hal yang menyenangkan. Lagi pula hanya membuat bakso, tidak ada yang tidak bisa saya lakukan." Balas Ludius dengan senyum ramah untuk menenangkan hati Ibu Yuliana.
"Baiklah, maka Ibu tidak akan mengganggu keinginan Nak Ludius.."
"Ibu istirahat saja dulu, biar saya dan Bibi Yun yang melanjutkan memasak makan malamnya.." kata Ludius dengan menganggukkan kepalanya,
Sungguh menantu idaman, mungkin seperti itu tanggapan dari Ibu Yuliana untuk saat ini. sikap Ludius di depan Ibu Yuliana cukup membuat Ibu Yuliana merasa tenang menyerahkan Silvia padanya. Padahal alasan sebenarnya Ludius mengundang Ibu Yuliana ke China adalah untuk menjaga Silvia selagi kepergiannya.
"Ohya, sebelum itu ada yang ingin saya sampaikan pada Ibu mertua.." cegah Ludius pada Ibu Yuliana yang hendak keluar dari depan pintu dapur.
"Ada yang ingin Nak Ludius sampaikan. Apakah ini mengenai Silvia?" Ibu Yuliana mengeryitkan kening melihat ekspresi serius dari raut wajah Ludius.
"Benar, besok saya harus melakukan perjalanan Bisnis ke Kerajaan Hardland dan mungkin memakan waktu yang cukup lama, sekitar setengah bulan, tergantung dari keadaan nantinya. Maka dari itu saya jauh-jauh hari meminta Ibu untuk ke China demi mendampingi Silvia. Maafkan atas kelancangan saya.." kata Ludius sambil menundukkan sedikit tubuh nya memberi hormat.