Chapter 438 - 438. Gadis Ceroboh bag3

Wajah Huan xian terlihat cemberut, mendengar ancaman Lian lian. Namun akhirnya dia mau juga makan bubur yang sudah di sodorkan oleh Lian lian.

"Kamu harus habiskan buburnya, ini baik untuk kondisimu yang sedang down karena tidur di kamar mandi.." kata Lian lian, lagi – lagi dia mengungkit hal ini, membuat Huan semakin marah saja.

"Terus saja bahas putri tidur yang tidur di kamar mandi.. enak ya.. ngejek aku kayak gitu!". Omel Huan xian.

Saat sedang makan dan ngomel – ngomel Huan xian memang terlihat sangat imuet membuat Lian lian tidak bisa menahan tawanya. "Ha ha ha.. Nona Huan, saat marah kau terlihat imut juga. Kamu berhasil mencuri tawakku.. terima kasih.." perkataan Lian lian terlihat begitu tulus saat mengatakan kata TERIMA KASIH.

"Kamu tak perlu berterima kasih, Huan sudah bisa melihat tawa Tuan Lian itu sudah sangat luar biasa.. dari sejak pertama kali Huan mengenal Lian lian, aku tidak pernah memndengar Lian lian tertawa." Ungkap Huan xian. Ia masih menikmati bubur yang Lian lian suapkan.

"Benarkah? Ada alasan mengapa senyum itu terasa sulit bagiku.." kata Lian lian tapi setelah itu dia bungkam.

"Memang hal apa yang prenah terjadi padamu, Lian lian? Maaf, aku banyak tanya soal ini". tanya Huan xian, tapi raut wajah Lian lian terlihat mendung.

Seketika bayangan ia di kurung dalam ruangan bawah tanah setelah di siksa habis – habisan semasa kecilnya membuat hati Lian lian seketika memanas.

Huan xian yang sadar dengan perubahan emosi Lian lian, langsung memeluk Lian lian dan menyentuh lembut punggungnya.. "Tenanglah Lian lian, jangan sampai kamu terpancing emosi karena masa lalumu. Kamu tidak sendirian, masih ada aku, Huan di sisimu. Aku dulu juga mengalami masa lalu yang tidak baik, kita memiliki masa lalu yang tidak mengenakkan. Aku sangat tahu bagaimana perasaanmu". Kata Huan menenangkan Lian lian yang tersulut emosi.

"Terima kasih kamu sudah mau menenangkan ku, Huan. Sampai saat ini aku selalu teringat siksaan berkepanjangan yang pernah aku alami. Bahkan dalam mimpi pun mereka selalu datang dan menghantuiku di setiap malam. Ingin rasanya lepas dari hal ini, namun rasaanya sangat sulit.." ungkap Lian lian.

Panjang lebar mereka berbicara, dan Huan sudah menghabiskan buburnya. Karena waktu sudah malam, mungkin sekitar jam 18.30 malam. Lian lian membaringkan Huan xian kembali untuk beristirahat.

"Istirahatlah, kalau kau membutuhkan apapun, pelayan akan membantumu", kata Lian lian sambil menarik selimut untuk Huan.

"Tapi bagaimana dengan dokumen yang akan jadi bahan meeting besok? Aku harus menyelesaikannya.."

"Jangan pikirkan hal ini, aku akan mengerjakannya nanti kalau pekerjaan ku yang lain sudah selesai".  Lian lian membalikkan badan dan hendak pergi.

"Jangan pergi, Lian lian.. bisa temani aku tidur di sini?". tanya Huan xian sambil menepuk – nepuk kasur di sisi samping Huan.

"Kamu memintaku untuk tidur di sampingmu? Kau yakin?!". Tanya Lian lian balik.

"Yakinlah, bukankah Lian lian ingin tidur nyenyak? Ya Lian Lian tidur bareng Huan saja. Setidaknya hanya untuk malam ini.." tawar Huan dengan senyum polosnya.

'Ya Tuhan ini anak, apakah dia tidak sadar perkataannya yang di tunjukkan pada seorang pria bisa berdampak fatal. Dia terlalu polos atau memang... ah sudahlah, iyakan saja.. dari pada ngambek.' Batin Lian lian.

Ia akhirnya tidur di kasur yang sama dengan Huan xian, mereka tidur bersebelahan dengan berbagi selimut yang sama.

"Terasa lebih hangat dan nyaman.." Gumam Huan xian.

Mereka akhirnya tidur bersama saling memeluk dan menenggelamkan masa lalu dari masing – masing Huan dan Lian lian. Mencoba membuka lembaran baru dan mengubur dalam – dalam masa lalu yang begitu menyakitkan.

*** 

Malam ini Silvia telah selesai mandi dan ia sedang berbaring di kamar dengan memegang ponselnya. Anggap saja ia sedang memanjakan diri karena lagi malas memasak dan hal lain sebagainya.

"Ludius! Apakah kamu sudah lupa janjimu untuk menelponku?". Gerutu Silvia. Ia terus menatap layar ponselnya namun tidak ada panggilan masuk sama sekali " Menyebalkan..."

Lalu tidak berselang lama, ada pesan masuk dari Ling ling.. senyum Silvia langsung mengembang.

[Silvia, aku dengar suamimu sudah pergi ke Kerajaan Hardland? bagaimana kalau besok kita pergi ke suatu tempat. Hitung – hitung jalan – jalan gitu..]

Silvia langsung berdecis membaca pesan masuk dari Ling ling. "Dasar tukang hasut kau Ling ling! Aku baru saja di pingsan karena kondisiku melemah. Mana mungkin Ibuku memperbolehkanku pergi!".

Silviapun membalas pesan Ling ling

[Besok tidak mungkin aku bisa bepergian! Kau tahu sendiri, aku tadi siang pingsan , dan ibuku sudah marah besar. Jadi tidak mungkin bagiku untuk bepergian besok]

SEND..

Tidak lama ada balasan dari Ling ling,

[Yah.. tidak seru dong, akhir pekan kalau di rumah mulu. Atau kalau tidak kita masak – masak saja.. bakar ikan gitu, misalnya.. ajak Nadia, Wangchu, Linzy dan Longshang sekalian. Kalau perlu Kakak Lian dan kekasihnya juga ikut. Pasti enak deh kita makan – makan bareng. Ini juga salah satu pelipur kangen, biar nggak lihatin ponsel mulu gara – gara nunggu video call dari suami,,]

Silvia langsung mengeryitkan keningnya. "Dasar Ling ling, bahkan dia tahu apa yang sedang aku pikirkan dan lakukan. Benar – benar sahabat yang ngeselin!".

[boleh, aku akan mengajak semuanya untuk datang makan – makan dan barbeque an bareng di sini, pasti seru. Ah.. sayang sekali Ludius tidak ikutan, tapi nggak masalah juga sih. Yang penting kita happy besok, trus pamerin deh sama suami tercinta.. biar buru – buru pengen pulang. Hmmm..]

SEND..

"Huft.. Ludius, kapan kamu mau video call? Aku sudah rindu tahu...!" gerutu Silvia,

Ia membanting ponselnya di kasur, namun tidak lama kemudian ponsel Silvia berdering. Senyum Silvia langsung cerah, secerah bunga matahari. Ia meyambar ponsel yang ada di kasur dan melihat ke layar, terdapat panggilan video call dari Ludius.

"Ludius.. akhirnya kamu VC aku juga. Kangenn tahu..". gumam Silvia,

Saat panggilan tersebut akan di jawab, tiba – tiba ponsel Silvia mati dan seketika..

"Arghhhh!!!" teriak Silvia ke kencang – kencangnya. Bahkan sakinng kencangnya suara Silvia, membuat orang satu mansion panik dan buru – buru ke kamar Silvia untuk melihat ada  apa yang terjadi.

"Hiks.. mengapa ponsel mati di saat seperti ini. Tuhan, ini tidak adil!". Gerutu Silvia, ponselnya low baterai.

Dengan kesal, Silvia mencari di mana carger nya berada namun tidak ketemu juga. Memang orang yang sedang emosi mau mencari apapun pasti tidak akan ketemu.

"Silvia.. ada apa denganmu nak? Mengapa teriak, teriak tidak jelas?", tanya Ibu Yuliana dengan buru – buru masuk ke dalam kamar Silvia.

Senyum lebar tersungging di bibir  Silvia dan ia berbalik arah menuju Ibunya dengan wajah tanpa rasa bersalah. "Ibu, sorry... Silvia tidak ada apa – apa kok. Hanya kesal saat Ludius akan video call baterai ponsel malah low. He he he.."

"Hufft.." Ibu Yuliana menghela napas panjang. Dia benar – benar cukup kesal dengan kelakukan putrinya kali ini. Teriak pada malam hari karena baterai ponsel low. Selamat.. semua orang terkena ZONK!!!