Chapter 440 - 440. Video Call

"Silvia.. ada apa denganmu nak? Mengapa teriak, teriak tidak jelas?", tanya Ibu Yuliana dengan buru – buru masuk ke dalam kamar Silvia.

Senyum lebar tersungging di bibir  Silvia dan ia berbalik arah menuju Ibunya dengan wajah tanpa rasa bersalah. "Ibu, sorry... Silvia tidak ada apa – apa kok. Hanya kesal saat Ludius akan video call baterai ponsel malah low. He he he.."

"Hufft.." Ibu Yuliana menghela napas panjang. Dia benar – benar cukup kesal dengan kelakukan putrinya kali ini. Teriak pada malam hari karena baterai ponsel low. Selamat.. semua orang terkena ZONK!!!

"Silvia, bisa tidak kamu malam – malam begini tidak membuat keributan? Kasihan orang – orang yang dengar, Nak?". Tegur Ibu Yuliana.

Dari arah pintu para pelayan rumah berbondong – bondong masuk untuk melihat kondisi Silvia yang tiba – tiba berteriak tidak jelas. Mereka  cukup tercengang melihat bahwa Nyonya mereka masih dalam keadaan baik – baik saja.

"Nyonya Lu, apakah ada  sesuatu yang di butuhkan? Sepertinya Nyonya barusan berteriak cukup keras." tanya salah satu pelayan mansion mewakili pelayan lain yang datang.

"Ah.. ha ha.. maafkan aku yang telah membuat kalian panik. Aku sekarang sudah tidak apa – apa. Kalian boleh melanjutkan pekerjaan kalian". Kata Silvia dengan melebarkan senyumnya,

Tidak hanya Ibu Yuliana, kali ini beberapa pelayan juga cukup kesal dengan tingkah Nyonya mereka. Tapi saat teringat bahwa Silvia sedang mengandung ke jengkelan para pelayan sirna sudah. "Jangan terlalu marah sepeerti itu, kalian bukankah tahu sendiri kalau Nyonya muda sedang mengandung. Wajar saja kalau dia teriak. Mungkin untuk melampiaskan kekesalannya. Sudah – sudah lebih baik kita lannjutkan bekerja.." kata salah satu pelayan membuyarkan opini – opini pelayan lain yang mulai membicarakan Silvia,

Setelah para pelayan yang saling mengerubung bubar, Silvia kepikiran untuk membuka laptop yang ada di meja untuk video call. Dia belum menyerah untuk bisa menghubungi Ludius.

"Bu, aku tidak apa – apa, Ibu bisa keluar dan lanjutkan pekerjaan Ibu.." kata Silvia untuk menenangkan hati Ibunya.

"Lain kali kalau ada sesuatu di pikirkan secara baik – baik, kamu paham nak.." Tegur Ibu Yuliana.

Ibu Yuliana memang paling bijaksana dalam mendidik putrinya, apalagi di saat hamil muda seperti ini. emosi Silvia yang tidak stabil, menantu yang sedang pergi bertugas keluar. Kadang itu membuat Ibu Yuliana berfikir.

Inilah kehidupan, selalu berjalan pada porosnya meski di setiap langkah selalu menemukan hal baru dan baru. Tapi Ibu Yuliana yakin, semua pasti akan kembali seperti sedia kala. Jadi Ibu Yuliana tidak bisa marah pada Ludius tentang yang terjadi pada Silvia. Karena ini bagian dari Takdir.

"Aku paham Ibu, tadi itu hanya syok dan spontan karena kesal. Di saat akan video call dengan Ludius malah ponsel mati. Lain kali Silvia tidak akan membuat keributan." Silvia tersenyum menerima teguran dari Ibunya.

Ibu Yuliana menarik kembali selimut Silvia dan membaringkannya ke posisi semula. "Istirahatlah Silvia, nanti kalau makan malamnya sudah siap, Ibu akan antarkan ke kamarmu".

"Tidak perlu Bu, aku bisa makan di ruang makan kok. Biar kita bisa makan malam bersama – bersama".

"Baiklah, Ibu tidak akan mengganggumu lagi. Kamu istirahatlah, Nak". Ibu Yuliana mengusap kepala Silvia lalu pergi dari hadapannya.

Setelah Ibu Yuliana keluar dari kamarnya, Silvia berbegas beranjak dari tidurnya lalu dengan cepat menyambar laptop yang berada di meja belajar. "Ck ck ck.. mengapa tidak terpikirkan olehku sebelumnya? Lebih baik aku hubungi Ludius sekarang."

Laptop sudah di aktifkan , dan sudah membuka fitur video call. Lama panggilan dari Silvia terhubung, mungkin jaringannya sedang buruk. "Silvia, sabar.. kamu harus sabar menunggu, siapa tahu jaringannya sedang buruk." Gumam Silvia meski keningnya sudah mengerut menahan amarah.

Karen kesal, Silvia membawa laptopnya menuju sofa, sambil bersandar Silvia menunggu panggilannya tersambung. Ketidak sabaran Silvia kali ini persis seperti cacing kepanasan. Pecicilan mulu tidak jelas, sampai lupa lagi hamil kayaknya ini orang..

[Hallo, Sayang..] Sapa Ludius, ia sedang duduk di kursi. Kondisi masih di dalam pesawat.

[Hallo, suamiku.. Kamu nyebelin juga yah jadi orang! Mengapa baru sekarang kamu telepopn! Apa kamu tidak sadar dan tidak tahu kalau aku sudah menunggu teleponmu dari tadi!] cerocos Silvia. Ia memperlihatkan ekspresi marahnya pada Ludius. Namun ekspresi marah Silvia justru membuat Ludius tertawa.

[Ha ha ha,, ampun istriku, iya maafkan aku.. sejak tadi jaringannya sedang tidak bagus. Padahal aku sudah berusaha menelponmu, loh..] bujuk dan rayu Ludius pada istrinya. Ia bahkan memperlihatkan tampang manis dan imuetnya.

Benar – benar sedang meledek ini orang..?!

[Tidak ada ampun bagimu, Ludius! Aku marah nih!] kata Silvia sambil melipat kedua tangannya ke dada dan mengalihkan pandangannya.

[Jadi kamu beneran marah nih Sayang? Pdahal aku bilang apa adanya loh. Sinyal di sini buruk, Sayang. Jadi aku bisa menghubungimu tadi. Bisa kamu memaafkan aku, Sayang?] bujuk Ludius kembali. Ia memang paling bisa merayu ala – ala pria bucin. Dasar CEO bucin emang..

Lama Silvia tidak menjawab, ia masih membuang muka dari depan laptopnya. Sikap imut seperti ini memang yang akan membuat pria tergila – gila padanya.

[Masih tidak mau maafkan suami mu ini, ya sudahlah.. aku tutup nih teleponnya] kali ini salah satu alis Ludius, seperti ada kejutan lain yang menunggu Silvia.

Dengan secepat kilat Silvia memperbaiki cara duduknya dan memperhatikan perkataan Ludius dengan serius,

[Menyebalkan kamu Ludius! Siapa yang memperbolehkanmu menutup teleponnya?! Aku masih belum selesai berbicara dan menatap wajah tampanmu, suamiku..]

[Ho.. jadi istriku ini mengakui kalau suaminya tampan?! Hmm terima kasih Sayang.. kamu memang yang terbaik.]

[Iyakan saja lah.. orang narsis memang saat sedang narsis lebih baik di iyakan. Dari pada ngambek, susah nenanginnya]

[Baiklah, apapun yang istri tercintaku katakan, aku iyakan. Yang penting kamu senang]

[Hnng.. bisaan ngerayunya] kata  Silvia memberi senyum dan tampang remeh.

[Tentu bisa dong.. Ludius Lu.. tidak akan ada yang tidak bisa di lakukan ]

[Narsis,,!!] ejek Silvia.

[Baiklah syang. Kita sudahi sampai di sini curcolnya. Aku mau tanya Sayang, kamu sudah makan malam belum? Ingat jaga kesehatanmu, Sayang..]

[Belum, lagian aku juga belum laper. Nanti sajalah..] kata Silvia. Dari layar ponsel, Silvia memperlihatkan sikap enggan.

[Sayang, kamu harus makan yang teratur! Aku sudah meminta Bibi Yun untuk mengawasi pola makanmu. Aku hanya tidak ingin kamu menjadi istri yang jarang makan hanya karena jauh dariku. Itu tidak lucu loh!]

Silvia mengeryitkan keningnya, ia terlihat melebarkan senyumnya sambil melihat kearah Ludius.

[Suamiku, narsismu ternyata cukup parah juga yah.. apa perlu aku beri ciuman agar kamu sadar?]

-

Ludius terlihat sedang tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan istrinya di depan camera. Melakukan video call rupanya tidak buruk juga..

Nyatanya selalu ada saja yang di lihat dan di bicarakan. LDR dan menikmati fitur video call iitu ternyata menyenangkan.

Setelah selesai berbicara satu sama lain, Silvia menutup telefon nya dan video call mereka berakhir dengan sebuah candaan untuk menenangkan hati Silvia.

Hampir 1 jam lamanya Silvia melakukan video call dengan Ludius. Karena kondisi tubuhnya yang belum vit, Silvia memilih untuk tidur dan tidak ingin menunggu makan malam tiba.

"Lebih baik aku tidur sekarang. Besok akhir pekan dan aku ingin mengundang semuanya untuk barbeque an bareng." Silvia menarik selimutnya dan tidur menggapai malam.