Chapter 471 - 471. Mimpi Buruk

Teriakan Ludius dari balik telefon membuyarkan pikiran Ibu Yuliana. Beliau bergegas masuk ke dalam kamar dan meletakkan ponselnya terlebih dahulu baru membangunkan putrinya.

"Silvia.. bangun Nak, ini Ibu.." seru Ibu Yuliana, ia menepuk – nepuk pelan pipi putrinya agar terbangun.

"Nak.. Bangun..." kata beliau mengulangi agar anaknya terbangun.

"Jangan.. jangan lakukan itu...!". suara Silvia cukup keras hingga ia membuka matanya dengan paksa. "Hufft.. Huft.." nafas Silvia seketika memburu, matanya terbelalak, dengan keringat dingin bercucuran. Ia terbangun seperti orang ling lung yang kehilangan arah.

Ibu Yuliana yang khawatir dengan kondisi putrinya langsung duduk di samping Silvia dan menyeka keringat Silvia yang bercucuran dengan handuk yang tersampir tidak jauh dari ranjang. "Nak.. sebenarnya kamu mimpi apaan toh, kok sampai mengigau begitu?". Tanya Ibu Yuliana.

Dengan kesadaran yang seadanya Silvia menjawab pertanyaan Ibunya, "Entahlah Bu, begitu bangun yang ada Cuma kaget, nafasnya sesak dan mimpinya samar – samar dan nggak kelihatan." Silvia paksakan tersenyum ke arah Ibu Yuliana. Untuk mengalihkan perhatian Ibunya, Silvia dengan manjanya menyandarkan kepalanya di pangkuan Ibunya.

"Hmmm.. pengen di manja toh.. " ledek Ibu Yuliana, ia membelai surai rambut panjang putrinya  untuk menenangkannya.

"He he he.. Ibu bisa saja.. habisnya Ibu sekarang sudah jarang manjain aku, kan. Kangen tidur di pangkuan Ibu, kalau kayak gini nyaman sekali Bu". Ujar Silvia beralasan.

"Yo wes, Ibu temenin sebentar. Lagi pula kamu udah dewasa Nak. Kamu juga sudah bersuami. Masa iya masih ingin meminta di manjain Ibu, malu dong.."

"Habisnya menantu Ibu itu sibuk di luar kota kalau tidak luar negara, aku yang lagi hamil ini saat ingin di manja, mana bisa tiba – tiba minta suami untuk pulang dan di manja." Silvia berbicara dengan mensungutkan bibirnya.

Namun hatinya masih merasa aneh, mimpi apa barusan yang membuatnya bahkan sampai teriak histeris? Hati Silvia masih mempertanyakannya, namun ia tidak berani mempertanyakan hal ini pada orang lain.

"Nak, sebentar lagi adalah empat bulanan kehamilanmu, kamu mau adakan syukuran di mana?" tanya Ibu Yuliana menyinggung masalah 4 bulanan Silvia yang memang tinggal 1 minggu lagi.

"He he.. aku juga tidak tahu, Bu. Menurut Ibu sebaiknya kita adakan syukurannya di mana? Apa lebih baik kita pulang ke Indo dan adakan itu di rumah serta undang anak – anak panti untuk datang?". Kata Silvia memberi saran.

"Boleh, siangnya adakan acara santunan anak – anak panti malamnya baru undang panatua dan bapak – bapak dari majlis yang biasa Ibu datengin untuk mulai bacakan barzanji" sahut Ibu Yuliana.

"Jadi kita kembali ke Indonesia kapan dong, Bu? Di tambah lagi Ludius entah kapan dia pulangnya. Apa kita kembali dulu ke Indo dan biarkan Ludius menyusul nantinya?". Celetuk Silvia yang buntu memikirkan Ludius yang lama tinggal di Hardland.

"Hustt.. mana boleh seperti itu. Kalau kamu mau kembali ke Indonesia ya harus bersama suamimu, Nak. Kalau kamu pulang sendiri itu bisa jadi gunjingan orang. Lebih baik tunggu suamimu pulang dulu saja. Yakinlah, dia pasti pulang tepat waktu".

"Ya.. aku harap semua yang di pikirkan Ibu benar. Dia tidak akan melupakannya dan bisa kembali tepat waktu".

Silvia terlihat begitu murung, ia seolah pesimis dengan memikirkan Ludius akan pulang tepat waktu. Di lihat dari posisi manapun tidak ada alasan untuk Ludius pulang selagi dia tidak mengingat acara ini.

Di saat pembicaraan Ibu Yuliana dan Silvia berlangsung, tanpa sadar Ludius mendengar percakapan mereka karena pada waktu Ibu Yuliana panik, beliau lupa mematikan panggilannya dan secara tidak langsung Ludius mendengar semua percakapan mereka.

***

#Istana Leozard, Ibu Kota Lorand Kerajaan Hardland.

Petang ini Ludius menghubungi Ibu Yuliana untuk mengetahui keadaan Silvia dari sudut pandang beliau sang Ibu mertua. Namun ketika Ludius baru memulai percakapan dengan Ibu mertuanya, ia tersentak kaget mendengar suara keras dari balik telefon.

Ludius saat itu sedang dalam posisi berbaring di kasur untuk merilekskan diri terhentak, dan tanpa sadar beranjakk dari tempatnya mendengar suara teriakan Silvia yang cukup keras.

[Ibu! Itu seperti suaranya Silvia!] seru Ludius di telefon.

Ludius saat ini sedang bersantai untuk beberapa saat setelah seharian sibuk menyelidiki tentang Denim George, perasaan lelah tersebut berubah  menjadi cemas namun apa daya Ludius yang jauh dari istrinya. Ludius hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apapun.

Saat Ibu Yuliana sedang  menenangkan Silvia, tanpa sadar beliau belum mematikan ponselnya. Dari situ Ludius mendengar semua pembicaraan anak dan Ibunya, tidak terkecuali membicarakan tentang dirinya.

"Sayang, maafkan aku yang sudah meninggalkanmu begitu lama. Aku janji, setelah sebagian masalah di sini selesai. Aku akan pulang secepat mungkin dan menemanimu menjalani acara 4 bulanan di Indonesia. Mungkin aku masih akan berada di Kerajaan Hardland  3 hari lagi" gumam Ludius setelah mendengar percakapan Silvia dan Ibunya.

Dada Ludius bergemuruh, perasaan rindu yang tak bisa di ungkapkan dengan kata – kata membuatnya bagai orang yang kehausan. Ludius baru tahu jika rindu bisa seberat ini dan membuat perasaan dan nafasnya sesak.

Apalagi saat mendengar setiap isi hati Silvia yang di curahkan pada Ibunya, ingin sekali Ludius keluar dari situasi saat ini dan kembali pada istri tercintanya.

Ia meletakkan kembali ponselnya ke meja setelah selesai mendengarkan semua isi hati Silvia. Perasaan sesak yang masih memenuhi rongga dadanya membuat Ludius ingin keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Ludius mengambil jas hitamnya yang tersampir di kursi lalu memakainya sambil berjalan keluar kamar.

Begitu keluar dari kamar, Ludius melihat langit malam cerah dengan bertaburan bintang. Karena memang desain Istana Leozard ini adalah terbuka mirip seperti kastil kuno ala romawi. Jadi setiap keluar ruangan maka akan terlihat langit yang tampak biru di siang hari dan bertaburan bintang di malam hari.

Belum puas dengan hal ini, Ludius keluar dari istana dan mengambil mobil yang memang sudah di siapkan untuk di pakai dirinya sewaktu – waktu dirinya keluar. Di bagasi mobil, terdapat mobil BMW hitam yang bertengger bersama mobil lain, tidak lupa ada seorang sopir yang siap mengantar tamu kemanapun mereka pergi.

"Tuan, saya yang bertugas menjadi pemandu sekaligus sopir anda.  Anda ingin keluar malam ini, Tuan?" tanya sang sopir di yang baru saja keluar dari ruang tunggu,

"Boleh, antar aku kemana saja tempat yang bisa di datangi malam hari!". Jawab Ludius dengan wajah tidak bersahabat

"Anda terlihat sedang tidak dalam mood baik. Saya bisa antar anda ke club di sekitar Ibu Kota, Bagaimana?". Tawar Pak sopir.

"Terserah!" Ludius mengikuti saja kemana pak sopir  akan membawanya.

Author Note :

Hallo kakak readers semua di manapun kalian berada? bagaimana dengan bab kali ini? adakah yang bisa embun bantu. kalau ada  yang perlu di pertanyakan silahkan tulis di kolom komentar atau di review yah.. embun bakal lihat satu persatu kok kalau embun lagi ada waktu senggang.

ngomong - ngomong soal novel nya embun, menurut kalian bagian mana yah yang nggak menarik atau perlu di revisi? biar embun telaah lagi dan perbaiki kedepannya. embun usahakan dengan sepenuh hati kok. soalnya embun juga masih sibuk di kekhidupan nyata.

tapi demi kakak semua embun mau revisi jika memang tidak sesuai dengan harapan kalian, tapi tetap bertahap yah,

ada salamsalam nih dari pemain Novelnya embun, salam  dari abang Lu, Silvia Zhuan, Longshang, Wangchu, Kakak Lian, Linzy abigail, Putri Nadia, Putri Emilia, Pangeran Richard.

kalau gitu, di tunggu kritik saran, Komentar, PS serta reviewnya dong. biar embun makin semangat ngetiknya. kalau bisa buka babnya pakai koin yah,,, biar embun dpt penghasilan walau dikit ttp di syukuri kok.

embun juga nggak maksa, bagi yg mau ajh. kalian udah mau baca ajh embun udah terima kasih bgt..