Ricko pun akhirnya mengawasi kemanapun Intan pergi dari ponselnya. Ia membawa ponselnya kemana - mana. Ia turun dan menyuruh pembantunya memasak dengan bahan yang ada di kulkas.
"Kenapa dia pergi nggak pamit? Dan lokasi ini 8 kilometeran dari rumah. Rumah siapa ini? Apa lelaki itu? Makanya dia pergi diam - diam?" Gumam Ricko.
Sementara itu Intan di rumah Melly sedang belajar bersama. Intan tidak cerita apa - apa kepada sahabatnya tentang rumah tangganya. Ia hanya butuh teman untuk mengalihkan rasa kesalnya dengan belajar bersama Melly. Melly pun tidak curiga dengan Intan yang tiba - tiba datang. Intan belajar, makan, dan sekaligus tidur siang di rumah Melly. Tanpa Intan tahu, Ricko di rumah khawatir, marah, dan menunggu kepulangannya.
"Ntan sudah sore loh. Kamu nggak pulang? Bukannya ngusir tapi aku takut kamu di marahi." Ucap Melly pada Intan khawatir.
"Nanti ya Mel. Sudah lama aku nggak main ke rumah kamu. Aku masih kangen nich..." Jawab Intan bohong. Sebenarnya ia tidak ingin pulang dan tidak ingin bertemu Ricko. Ia merasa menjadi wanita paling bodoh yang bisa dipermainkan laki - laki dewasa seperti Ricko.
Jam 7 malam Intan baru keluar dari rumah Melly. Sebelum pulang Intan mampir dulu ke apotek membeli pil KB. Ia takut sewaktu - waktu Ricko melakukannya dan ia tidak mau hamil. Ia masih ingin menyelesaikan sekolahnya dan lanjut kuliah. Ricko pun melihat setiap pergerakan Intan.
"Ngapain di berhenti di apotek? Apa dia membeli obat untukku?" Gumam Ricko.
Setelah Intan mendapatkan obatnya dengan dalih membelikan ibunya, Intan pun pulang kembali ke rumah Ricko. Rumah itu gelap seperti tidak berpenghuni.
"Apa Mas Ricko pergi?" Guman Intan. Tapi saat ia masuk ke garasi mobil Ricko ada di sana. Ia pun berpikir kalau Ricko sudah tidur karena sekarang sudah jam 8 malam. Intan masuk ke dalam rumah mengendap - endap hendak masuk ke kamarnya. Saat ia melewati ruang tengah tiba - tiba ia mendengar suara Ricko di kegelapan. Intan pun menghentikan langkahnya, menggigit bibir bawahnya dan memejamkan matanya.
"Dari mana kamu?" Tanya Ricko dingin. Lalu menyalakan lampu.
"Mmm dari rumah teman Mas." Jawab Intan takut. Ricko pun mendekatinya.
"Kamu tahu sekarang jam berapa? Suamimu sedang sakit di rumah. Kamu malah kelayapan nggak jelas. Sudah keluar nggak ijin, malam hari baru pulang. Apa setiap hari kamu seperti ini hah?" Ucap Ricko dengan marah. Intan mendengarkannya masih dengan mata terpejam. Ia sangat takut. Ini pertama kalinya Ricko marah padanya.
"Asal kamu tahu, aku tidak menyentuhmu karena aku tidak mau mengganggu ujianmu. Tapi kalau kamu seperti ini. Ayo masuk kamar!" Ucap Ricko sambil menarik tangan Intan ke kamar Intan lalu melepaskannya di atas ranjang.
"Mas Ricko mau apa?" Tanya Intan ketakutan dan panik saat melihat Ricko melepas kaosnya. Setelah itu Ricko naik ke atas tubuh Intan.
"Layani suamimu malam ini sayang..." Bisik Ricko di telinga Intan. Intan membelalakkan matanya. Jantungnya berdebar - debar. Spontan ia mendorong tubuh Ricko berharap bisa kabur. Tapi tenaga Ricko lebih kuat darinya. Ricko membuka paksa jaket dan kaos yang dipakai Intan. Lalu membuka pengait bra Intan dan membuangnya ke lantai. Intan menutupi payudaranya yang tidak terbungkus apa - apa. Ia mulai menangis. Ia benar - benar ketakutan.
"Mas... jangan... aku mohon..." Ucap Intan memohon sambil menangis. Ricko tidak menjawabnya. Ia mencekal kedua tangan Intan di kedua sisi kepalanya lalu menciumi serta menghisap bibir, leher, dan dada Intan sehingga meninggalkan tanda merah di beberapa tempat. Intan menangis dan pasrah tidak bisa melawan. Setelah itu Ricko melepaskan tangan Intan, turun dari tubuhnya, mengambil kaosnya lalu keluar dari kamar Intan dan membanting pintunya. Intan segera mengambil selimut di dekatnya lalu menutupi tubuhnya.