Di dalam pesawat Intan melihat ke luar jendela. Ia melihat sayap pesawat terbang dan awan serta burung yang berterbangan. Intan merasa takjub dan sangat senang. Ricko yang melihat tingkah Intan yang katrok menjadi senyum - senyum sendiri.
Tadi malam Intan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terlalu senang akan naik pesawat terbang, sehingga tidak lama kemudian ia merasa mengantuk dan tidur di bahu Ricko.
'Sudah mau lulus SMA, kelakuan masih seperti anak - anak. Benar - benar sangat polos.' Batin Ricko sambil geleng - geleng kepala dan tersenyum.
Ketika pesawat akan mendarat, Ricko membangunkan Intan. Kalau di rumah mungkin Ricko akan menggendong Intan ke kamar seperti biasanya. Berhubung sekarang mereka berada di pesawat, dan Ricko harus membawa koper mereka, jadi ia membangunkan Intan.
"Sudah sampai ya Mas?" Tanya Intan saat membuka matanya.
"Sebentar lagi. Aku membangunkanmu supaya nanti tidak kaget dan pusing." Jawab Ricko.
Intan pun membuka matanya lebar - lebar dan menggeliat supaya kantuknya hilang.
Tidak berapa lama pesawat pun mendarat. Ricko dan Intan turun dari pesawat. Intan memeluk lengan Ricko dengan senangnya.
"Mas... aku senang sekali. Akhirnya bisa menginjakkan kakiku di luar negri." Ujar Intan pada Ricko. Ricko hanya tersenyum melihat tingkah Intan yang seperti anak kecil.
Ricko dan Intan meninggalkan bandara menuju apartemen menggunakan taksi. Ricko ingin istirahat terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit.
Sesampainya di apartemen, pembantu Bu Sofi sudah menyiapkan makanan untuk Ricko dan Intan karena Ricko sudah mengabari Bu Sofi sebelumnya bahwa ia akan menjenguk papanya hari ini.
"Mau makan dulu?" Tanya Ricko pada Intan saat sudah memasuki apartemen.
"Nanti aja Mas. Aku pengen istirahat. Aku mual. Mungkin aku mabok perjalanan." Jawab Intan lalu duduk di sofa menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.
"Bi, tolong bikinkan minuman jahe panas ya!" Ucap Ricko pada pembantunya.
"Iya Mas..." Jawab pembantunya lalu pergi ke dapur.
"Ayo ke kamar. Biar bisa istirahat dengan nyaman." Ajak Ricko lalu membantu Intan berdiri.
"Mas aku nggak kuat. Udah pengen muntah." Ucap Intan saat sampai di depan kamar. Ricko segera mengangkat tubuh Intan dan membawanya masuk ke dalam kamar mandi. Intan pun mengeluarkan semua isi perutnya. Ricko membantu memijat tengkuk Intan.
"Kamu sakit?" Tanya Ricko saat melihat Intan sudah tidak muntah lagi.
"Mungkin masuk angin dan mabok perjalanan Mas. Tadi malam kan aku nggak bisa tidur..." Jawab Intan lalu keluar dari dalam kamar mandi. Ricko mengikutinya.
"Buka bajumu biar aku kerokin!" Perintah Ricko. Intan pun menuruti kata - kata Ricko untuk membuka bajunya.
"Sekalian pijit ya Mas. Aku capek banget." Balas Intan.
"Hmmmm." Gumam Ricko lalu keluar kamar untuk meminta minyak angin pada pembantunya.
Tidak berapa lama Ricko kembali ke kamar. Setelah menutup pintu ia ngerokin dan memijit punggung Intan.
Tok tok tok pintu kamarnya di ketuk seseorang.
"Mas Ricko minuman jahe nya sudah jadi." Ucap pembantunya dari balik pintu.
"Bawa masuk Bi!" Perintah Ricko.
Pembantu itu pun masuk membawa minuman jahe panas yang di minta Ricko dan menaruhnya di meja. Ia melihat Ricko sedang memijit punggung Intan yang kemerahan setelah di kerokin Ricko.
"Eleuh eleuh Mas Ricko mah dulu aja kalo dimintain tolong mijit sama bapak atau ibu nggak pernah mau. Sekarang istrinya mabok gitu aja perhatiannya nggak karuan." Gumam Bi Mina setelah keluar dari kamar Ricko.
Setelah selesai memijit Intan, Ricko memberikan minuman jahe pada Intan supaya mualnya berkurang. Setelah itu mereka tidur untuk menghilangkan penat setelah melakukan perjalanan jauh.