Sore hari Ricko dan Intan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Bambang setelah istirahat dan makan di apartemen.
Sesampainya di rumah sakit, Ricko segera menuju kamar Pak Bambang seperti minggu lalu. Tapi ternyata Pak Bambang sudah di pindahkan ke kamar lain karena kamar itu sedang di renovasi.
Ricko pun kembali ke lobby rumah sakit menuju meja informasi untuk menanyakan dimana Pak Bambang di pindahkan. Intan mengikuti di belakang Ricko.
“Di ruang mana pasien bernama Bambang Argadinata dipindahkan?” Tanya Ricko pada wanita yang menjaga meja informasi menggunakan bahasa Inggris. Intan yang mendengarkannya pun ingin muntah.
“Sok Inggris…” Gumam Intan seraya menoleh ke belakang dan nyengir sambil mengarahkan matanya ke atas.
![](http://up.pic.mangatoon.mobi/contribute/fiction/130912/markdown/4951927/1578292864948.jpg-original600webp?sign=cf6b663046cdc5ae09e3dd954722d19a&t=5e72b600)
“Ruang Alamanda nomor 3 lantai 6. Lift nya di sebelah sana Pak.” Jawab wanita itu setelah mengecek di komputernya sambil menunjuk lift di sudut lobby dengan menggunakan bahasa Inggris juga tentunya.
Ricko pun mengerti dan segera menuju lift yang di maksud wanita itu. Intan mengikuti Ricko masuk ke dalam lift.
Sesampainya di lantai 6, pintu lift terbuka. Ricko dan Intan keluar dari pintu lift dan melihat petunjuk di depan mereka.
Setelah menemukan ruangan Pak Bambang, Ricko mengetuk pintu ruangan itu takutnya salah kamar. Tidak berapa lama pintu pun terbuka dan muncullah Bu Sofi.
"Assalamu'alaikum Ma..." Ucap Ricko sambil mencium punggung tangan Bu Sofi. Begitu juga dengan Intan.
"Ayo masuk. Papa sudah menunggu dari tadi..." Balas Bu Sofi mempersilahkan Ricko dan Intan masuk.
Saat Ricko dan Intan masuk, mereka melihat Pak Bambang sedang duduk. Ini suatu kemajuan karena sebelumnya Pak Bambang hanya bisa berbaring di ranjang.
"Bagaimana keadaan Papa sekarang?" Tanya Ricko saat sudah duduk di kursi samping ranjang Pak Bambang.
"Sangat lebih baik Rick. Papa sangat senang dan sudah tidak sabar ingin segera pulang dan menantikan kelahiran anakmu..." Jawab Pak Bambang sambil tersenyum.
Deg!
Jantung Ricko dan Intan tiba - tiba berdetak lebih kencang setelah mendengan ucapan Pak Bambang. Intan menjadi pusing dan ingin muntah. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi dan mengeluarkan isi perutnya.
'Moment yang bagus. Pasti Papa mengira Intan muntah - muntah karena hamil. Padahal hanya mabuk perjalanan. Hehehe.' Batin Ricko.
Setelah muntah - muntah, Intan duduk kembali di sofa samping Bu Sofi.
"Kamu hamil?" Tanya Bu Sofi sambil berbisik.
"Enggak Ma... hanya masuk angin karena kurang tidur dan mabuk perjalanan." Bisik Intan sambil meringis merasa tidak nyaman pada perutnya.
"Perbanyaklah istirahat kalau hamil muda. Tidak perlu repot - repot menjenguk papa. Ricko ajaklah istrimu pulang untuk istirahat. Papa sudah lebih baik sekarang." Ujar Pak Bambang pada Ricko sambil tersenyum.
Ricko pun menuruti saran papanya. Ia juga kasian sama Intan yang muntah - muntah terus dari tadi siang.
Setelah keluar dari ruangan Pak Bambang, Ricko mengajak Intan ke UGD. Ricko ingin memeriksakan Intan apakah ada yang salah dengan perutnya.
"Ngapain kita kesini Mas?" Tanya Intan saat sudah sampai di depan UGD.
"Memeriksakanmu. Wajahmu pucat terlalu banyak muntah." Jawab Ricko.
"Aku nggak mau. Aku nggakpapa Mas. Aku hanya butuh istirahat saja." Balas Intan menolak. Sejujurnya ia sangat takut dengan jarum suntik.
"Ya sudah ayo pulang." Ajak Ricko lalu mengajak Intan naik taksi yang berjajar di depan rumah sakit.