Karena asap abu yang membumbung itu cukup berbahaya, Jin Rijie dan Sun Minghua terpaksa kembali mundur. Namun, Han Sen tetap diam.
Ini mungkin kesempatan terbaik untuk membunuh makhluk super. Jika dia mundur saat ini, dia tidak yakin kalau dia bisa mengambil sari kehidupan, dan dia pasti tidak akan mampu memperoleh jiwa binatang mana pun.
Han Sen sangat menginginkan jiwa binatang super lebih dari sari kehidupannya. Jika dia bisa memperoleh jiwa binatang super yang sangat kuat, mungkin dia akan mampu membunuh makhluk super sendirian, daripada bersembunyi dan menyelinap seperti ini.
"Han Sen, ayo pergi. Terlalu berbahaya di sana," Jin Rijie berseru pada Han Sen.
"Pergilah duluan. Aku akan disini sebentar lagi," Han Sen menggertakkan giginya dan berkata, sambil melakukan Kulit Giok pada saat yang bersamaan.
Dengan perlindungan dari jubah semut phantom berdarah sakral dan Kulit Giok, Han Sen bisa tinggal dan menyaksikan pertarungan dua makhluk itu. Meskipun pandangannya kabur karena asap abu, dia tidak berani mendekati makhluk itu dan harus menunggu kesempatan datang.
Raungan dan pekikan berbunyi, lahar dan air berbenturan, dan asap abu membumbung naik. Han Sen terkadang bisa melihat sekilas dua makhluk itu.
"Ratu peri!" Han Sen tidak tahu apa yang sedang terjadi dan keadaan semakin buruk. Dia segera menyimpan jubah semut phantomnya dan berubah wujud menjadi ratu peri. Rambutnya menjadi pirang dan berjubah merah. Dengan menggunakan daya pandang yang kuat dari ratu peri, dia lanjut menonton pertarungan itu.
Ratu peri memang efektif. Han Sen melihat bahwa makhluk itu telah kehilangan potongan besar daging di belakang kepalanya, tulangnya terlihat dan darah terus mengalir. Dari retakan tulangnya, Han Sen samar-samar bisa melihat otaknya.
"Jika aku bisa menusukkan tombak ke dalam retakan ini, Aku akan punya peluang besar untuk membunuhnya langsung." Han Sen mengeluarkan tombak berputar dari ranselnya.
Tentu saja, dia tidak mau turun hanya seperti itu. Dia bukanlah tandingan kura-kura ataupun makhluk itu. Dengan satu serangan oleh salah satu dari mereka, tubuhnya akan hancur lebur.
Han Sen mengeluarkan tombak untuk menggunakannya seperti sebuah panah.
Han Sen juga mengeluarkan busur tanduk dan menggunakan Mantra Klenik dan Kelebihan Muatan. Kekuatan yang luar biasa memenuhi tubuhnya, ototnya menjadi sekeras besi, dan pembuluh darahnya menonjol di sekujur tubuh. Mata keemasan Han Sen tertuju pada dua makhluk yang bergulingan di antara asap, lahar, air, dan bebatuan.
Dia menarik busurnya sampai mentok. Tombak itu terlalu tebal dan panjang sebagai panah. Tidak mudah untuk menembakkannya.
Akan tetapi, Han Sen tidak punya pilihan lain. Jika dia menggunakan panah tawon hitam mutan, itu tidak cukup untuk membunuh makhluk tersebut.
"Tunggu… aku harus menunggu… untuk saat yang tepat…" Han Sen menatap makhluk itu menembus asap. Meskipun dia bisa melihat retakan di tengkorak itu dua kali, Han Sen tidak menembakkan tombak berputarnya.
Tombak berputar bukanlah panah jiwa binatang, dan tidak bisa ditarik kembali sekalinya ditembakkan. Dia hanya memiliki satu kesempatan, dan harus memilih saat yang tepat untuk membunuh makhluk itu dalam satu serangan. Jika tidak, dia akan kehilangan satu-satunya kesempatan.
Mata Han Sen tenang seperti es.
Meskipun makhluk itu terluka parah, dia masih mampu melawan kura-kura. Kura-kura itu juga berpikiran sama dengan Han Sen. Dia juga mencoba menggigit luka di belakang kepala makhluk itu, tapi makhluk itu tidak memberinya kesempatan.
"Apa yang mau dia lakukan?" Sun Minghua samar-samar bisa melihat Han Sen masih berdiri di jurang.
Jin Rijie dan Jin Qiuli tersenyum masam. Mereka tidak tahu apa yang ingin Han Sen lakukan. Dari jauh, mereka sudah berkeringat bagai babi karena panas yang tak tertahankan.
Namun, Han Sen diam berdiri di jurang bagaikan menara dalam asap abu. Jin Rijie dan Jin Qiuli merasa mereka telah kalah dari Han Sen dalam hal ketahanan.
"Apa dia mencoba untuk membunuh dua makhluk itu?" kata Jin Qiuli tiba-tiba.
"Apa itu mungkin?" Jin Rijie terdiam dan menjawab. Membunuh makhluk seperti itu seakan tidak mungkin bagi manusia.
Jika itu adalah orang lain, Jin Rijie akan mengatakan itu mustahil tanpa ragu. Menilai betapa buasnya makhluk itu berkelahi, mudah baginya untuk mengatakan bahwa membunuh mereka adalah di luar kemampuan manusia.
Namun, karena Han Sen yang berdiri di sana, Jin Tijie merasa hal itu mungkin. Han Sen adalah orang yang tidak bisa dipahami Jin Rijie.
Jin Rijie telah bertemu banyak orang di Penampungan Agung. Namun, dia belum pernah bertemu orang seperti Han Sen. Kemampuan Han Sen terlalu luar biasa untuk orang yang belum berevolusi.
"Karena itu adalah dirinya, mungkin ada kesempatan?" Jin Rijie berkata dengan senyum tipis.
Sun Minghua dengan cemas berkata, "Sepertinya terlalu berbahaya. Kita harus memanggilnya kembali. Saat dua makhluk itu hampir sekarat, dia kemudian bisa mengambil dagingnya."
"Aku khawatir tujuannya lebih dari daging, tapi juga jiwa binatang," kata Jin Rijie sambil menggelengkan kepala
Tiba-tiba, mereka mendengar teriakan yang membuat darah berdesir.