Chapter 508 - Kotak Harta Karun Kristal

Han Sen khawatir kalau si kepiting akan mencuri bagiannya setelah menghabisi punyanya, jadi dia memanggil sang malaikat, memberinya belut perak yang tersisa untuk dimakan.

Si malaikat adalah kekuatan utamanya dalam membantu memburu makhluk super, jadi penting bagi Han Sen supaya dia bertransformasi lagi. Daging berdarah sakral tidaklah sia-sia diberikan padanya.

Ditambah lagi, belut perak tebalnya seperti ember dan panjangnya lebih dari 30 kaki. Bagian Han Sen panjangnya sekitar 18 kaki. Daging itu terlalu banyak untuk dia makan, sementara si malaikat bisa memakannya dengan mudah. Mulutnya bergerak tanpa henti, dia tidak terpengaruh oleh racun sama sekali. Belut perak pun lenyap dengan cepat.

Han Sen akhirnya sempat mengecek jiwa binatang belut perak. Han Sen merasa dia sedikit beruntung belakangan ini. Selama dia berburu makhluk berdarah sakral, dia menerima jiwa binatang, yang bahkan membuat diri Han Sen agak sedikit takut. Dia takut kalau dia mungkin telah menggunakan keberuntungannya dan menjadi tidak beruntung.

Tipe jiwa binatang belut perak berdarah sakral : tunggangan air.

"Tunggangan air!" Han Sen pun kegirangan. Dia baru saja berpikir bagaimana dia bisa kembali ke tempat ini lagi. Lagi pula, manusia tidak tinggal dalam air dalam waktu lama dan tempat ini begitu dalam. Han Sen tidak yakin apakah dia mampu menyelam begitu dalam. Dengan tunggangan belut perak akan mudah baginya untuk turun ke bawah.

Kekurangan satu-satunya jiwa binatang itu adalah tidak bisa digunakan di daratan. Akan tetapi, itu tidak masalah bagi Han Sen sama sekali. Dia memiliki singa emas di darat dan tidak butuh apa-apa lagi.

Saat si malaikat menikmati belut perak, Han Sen mengecek perahu kristal dan memanjat ke geladak.

Perahu itu begitu besar dan dipahat dari kristal. Namun, tidak ada yang bisa dilihat di dalam perahu, yang membuatnya merasa cukup ganjil.

Kepiting emas menghilang ke dalam kabin, jadi Han Sen ingin melihat apakah ada benda lainnya di dalam kabin. Akan tetapi, sebelum dia masuk, kepiting emas tiba-tiba keluar, melambaikan capitnya dengan ganas pada Han Sen.

"Kawan, janganlah cemas. Aku hanya melihat-lihat dan tidak bermaksud jahat," Han Sen mundur dan berkata sambil tersenyum, melihat kepiting emas hanya menjaga pintu masuk dan tidak mengejarnya.

Akan tetapi, kepiting emas tidak tahu apa yang dikatakan, sambil mengancamnya untuk tidak mendekat dengan capitnya.

Semakin kepiting itu melawan, Han Sen semakin ingin melihat apa yang ada dalam kabin itu. Akan tetapi, dia melihat keseluruhan perahu kristal dan mendapati pintu masuknya hanya satu. Karena dijaga oleh kepiting emas, tidak mungkin Han Sen bisa masuk.

"Bagaimana bisa kau tidak keracunan?" Han Sen menjadi kesal, karena dia tidak bisa melihat isi perahu, dia mencoba menjulurkan kepalanya dan melihat.

Han Sen bukanlah lawan kepiting emas, jadi dia harus mundur sementara untuk memikirkan cara lain. Saat ini, Han Sen sangat penasaran tentang benda di dalam perahu kristal dan tidak terburu-buru untuk pergi.

Selain itu, dia penasaran apakah orang-orang dari Penampungan Dewa Hitam masih berjaga-jaga di luar, jadi dia tidak perlu keluar dari air.

'Saat aku keluar, aku pasti akan menghabisi Penampungan Dewa Hitam.' Han Sen memutuskan bahwa selama Penampungan Dewa Hitam masih ada, dendamnya tidak akan hilang. Ditambah lagi, Penampungan Dewi dikelilingi lautan dari tiga penjuru. Untuk berkembang, dia harus memperluas sampai ke medan es, yang berarti dia harus menaklukan tempat ini.

Kini Dewa Hitam telah membantunya dengan menjadi musuh, Han Sen tidak akan segan-segan padanya. Dia memperhitungkan bagaimana dia bisa membunuh sekelompok orang itu dan mengambil tempat mereka untuk dirinya.

Han Sen sudah mendengar dari Li Xinglun bahwa Dewa Hitam adalah yang terkuat di antara tiga pasukan di medan es dengan sumber daya paling banyak. Li Xinglun dan pasukan lainnya hanya bisa menandinginya saat mereka bersatu, mempertahankan keseimbangan di antara ketiganya.

Sebelumnya, saat Penampungan Roda Bintang diserang oleh roh dan penampungan lainnya diganggu, Penampungan Dewa Hitam tidak berusaha menolong. Mereka mungkin ingin menyatukan seluruh medan es setelah Penampungan Roda Bintang dilenyapkan.

Jelas, tidaklah mudah untuk menaklukkan Penampungan Dewa Hitam.Dewa Hitam sendiri lebih kuat dari Han Sen, jadi dia sepertinya telah melampaui poin geno sakralnya. Indeks kemampuannya seharusnya lebih dari 120.

Terlebih lagi, Han Sen terhalang oleh jurus pisau Dewa Hitam. Sampai kini, Han Sen masih gagal memahami bagaimana serangan itu menghilang, dan jika dia tidak mengerti, dia akan menderita lagi saat berhadapan dengan Dewa Hitam.

"Jika aku tidak bisa mengalahkannya, aku akan merampoknya. Penampungan Dewa Hitam memiliki wilayah yang begitu luas sampai-sampai aku tidak yakin mereka bisa menjaga semua tempat jika aku menyerangnya satu per satu." Han Sen membulatkan tekadnya untuk menyerang wilayah Dewa Hitam saat dia keluar.

Saat dia kembali ke lantai bawah kapal, dia melihat si malaikat hampir menghabisi tubuh belut perak, dengan hanya tinggal kepalanya saja. Han Sen berpikir dan menghentikan makan besar si malaikat , membawanya kembali ke dalam lautan jiwa.

Han Sen melihat ke sekeliling dan menggantung kepala belut perak dengan tambang di depan perahu dan bersembunyi di sayap kiri perahu.

Setelah menunggu selama beberapa jam, dia memang melihat kepiting emas mengendap-endap keluar. Akan tetapi, karena hanya ada satu tambang,si kepiting tidak bisa memanjat dengan kakinya. Dia harus melompat untuk meraih kepala belut dengan capitnya. Melihat kepiting emas itu meninggalkan kristal, Han Sen diam-diam memanjat ke dalam geladak dan mengendap-endap ke dalam kabin.

Saat kepiting emas berada di bawah belut perak, dia melompat dua kali tetapi tidak sampai ke kepala belut perak. Han Sen diam-diam merasa puas. Dia telah memperhitungkan tinggi lompatan si kepiting, dan dia sengaja membuatnya sulit menggapainya. Namun, si kepiting tidak menyerah juga. Dengan begini, dia memiliki cukup waktu.

Berdiri di depan pintu masuk, Han Sen melihat ke dalam kabin. Ada aula di dalamnya. Semua dipahat dari kristal, nampak sangat rapuh dan indah.

Di tengah aula, terdapat meja kristal. Han Sen tadinya berpikir itu adalah meja, tetapi saat dia masuk, dia mendapati bahwa itu bukanlah meja, tetapi kotak harta karun kristal, dengan gembok kristal di luarnya.

Akan tetapi, gemboknya tidak dikunci, jadi itu benar-benar tidak efisien.

"Apakah di dalamnya ada harta karun perompak atau kutukan perahu?" Han Sen mendadak merasa ragu, tidak yakin apakah dia harus membuka kotak raksasa ini. Benda itu sungguh aneh sampai-sampai mungkin ada sesuatu yang berbahaya di dalamnya.

Rasa tamak dan penasaran akhirnya mengalahkan logika. Han Sen mendengar suara kepala belut perak terjatuh dan tahu bahwa kepiting emas akan segera kembali. Dia menggertakkan gigi, memanggil Perayu Salju, berdiri di samping pintu kabin, dan meminta Perayu Salju untuk membuka kotak kristal itu.

Kesetiaan roh adalah mutlak terhadap tuannya. Setelah mendengar perintah, dia melepas gemboknya dan mengangkat tutup kotak itu.