Chapter 509 - Istana Kristal

Melihat tidak ada bahaya yang terjadi, Han Sen dengan cepat berjalan mendekati kotak harta karun kristal dan memeriksanya.

Han Sen mengedipkan mata dan diam terpaku. Di dalam kotak harta karun ada seorang wanita, dengan bagian bawah tubuhnya berbentuk ekor ikan. Bagian atas tubuhnya telanjang dan pucat, dengan dua kerang menutupi payudaranya.

Rambut biru panjangnya terjatuh bagaikan air terjun, dan kupingnya seperti sirip biru, nampak cantik namun aneh.

"Apakah ini putri duyung?" Han Sen menatap wanita di dalam kotak harta karun dan melihat dua benda di sampingnya.

Salah satunya adalah sejenis tongkat seperti batu koral biru, dan satunya lagi adalah batu permata yang berkilauan.

"Tongkat roh… Batu roh… Apakah putri duyung ini adalah roh?" Han Sen melihat dua benda itu dan menatap putri duyung di dalam kotak dengan kaget.

Berdasarkan logika, saat penampungan ditaklukkan, roh tidak bisa kabur. Dia harus memilih antara memberikan kesetiaannya atau menghancurkan dirinya bersama dengan batu roh. Mengapa putri duyung yang seperti roh ini ditempatkan di dalam kotak?' Tiba-tiba, sebuah ide membuat mata Han Sen berbinar. "Perahu ini tidak tampak seperti buatan manusia. Mungkinkah perahu kristal ini sebenarnya adalah penampungan?"

Dengan suara dari luar, Han Sen tahu kepiting emas tampaknya telah kembali. Dia cepat-cepat mengambil batu roh itu.

Jika putri duyung ini memang roh, selama Han Sen menggenggam batu roh itu, roh itu akan jadi miliknya.

Saat Han Sen baru saja menaruh tangannya pada batu roh, si kepiting emas berlari ke dalam aula. Setelah dia melihat Han Sen, dia pun murka, berlari menghampiri Han Sen sambil mengayunkan capitnya.

Dia mengambil batu roh di tangannya dan berlari mengelilingi aula. Dia menggunakan teknik Dongxuan Sutra dan melarikan diri dari kepiting emas dengan menggunakan pilar dan benda lainnya sebagai penghalang.

Han Sen dan si kepiting berlari di dalam perahu kristal, dan tidak ada yang bisa dilakukan si kepiting emas terhadap Han Sen.

Saat Han Sen berlari, dia tiba-tiba mendengar suara. Suara itu berasal dari kotak yang menyimpan roh putri duyung.

Saat Han Sen menoleh, dia melihat putri duyung itu telah duduk. Dengan tangan putihnya, dia menggosok matanya dan meregangkan badan. Sepertinya dia telah tidur nyenyak.

Saat si putri duyung bangun, dia melihat Han Sen dan batu roh di tangannya. Mata birunya tiba-tiba tercengang, dan dia membeku untuk sesaat.

Si kepiting emas masih mengejar Han Sen. Saat Han Sen hendak lanjut berlari, dia tiba-tiba melihat si putri duyung mengambil tongkatnya dan mengarahkannya pada kepiting emas. Kepiting emas langsung menyingkir dan tidak mengejar Han Sen lagi.

Si putri duyung keluar dari kotak kristal dengan tongkat di tangannya. Saat dia berjalan, ada ombak bergerak di bawah ekornya yang membantunya bergerak maju.

Si putri duyung menghampiri Han Sen, membungkuk padanya dengan tangan di dada bagian kanannya. Dan dia lalu berkata, "Putri duyung berharap untuk memberikan jiwa murninya kepada tuannya dan menjadi pelayan setianya."

"Putri duyung. Putri duyung ini adalah roh kerajaan!" Han Sen mendengar ucapannya dan sangat gembira. Dia tidak menyangka sebuah kemalangan akan menjadi sebuah berkat. Hanya dengan berkeliaran di dalam air, dia telah memperoleh roh kerajaan.

Ada dua jenis roh kerajaan. Salah satunya adalah Putri dan yang lainnya adalah Pangeran. Karena Putri Duyung adalah seorang putri, dia tentunya adalah roh kerajaan.

Han Sen tidak ragu-ragu lagi dan menaruh batu roh di keningnya. Dalam cahaya biru, batu roh dan putri duyung pun menyatu. Dua-duanya menjadi cahaya dan memasuki lautan jiwa Han Sen.

Putri Duyung : Roh Kerajaan.

"Dia memang roh kerajaan." Han Sen mengecek informasi si Putri Duyung. Meskipun dia sudah menduganya, dia masih merasa sangat gembira.

Setelah Putri Duyung menjadi milik Han Sen, kepiting emas tiba-tiba menjadi ganas lagi. Dia tidak lagi terikat oleh roh dan menyerbu Han Sen lagi.

Han Sen berlari ke luar kabin untuk menghindari serangan kepiting emas. Dia berlari sampai ke bawah perahu kristal dan kepiting emas menyerah untuk mengejarnya.

Han Sen berjalan lebih jauh dari perahu dan memanggil Putri Duyung. Dia lalu memerintahkan, "Singkirkan kepiting menyebalkan itu."

Karena dia adalah roh kerajaan, maka kemampuannya seharusnya setara dengan makhluk berdarah sakral. Dengan kecerdasannya yang unik, dia seharusnya mampu menandingi si kepiting meskipun tidak bisa membunuhnya.

Akan tetapi, si Putri Duyung tidak bergerak sesuai perintah Han Sen. Dia menarik nafas dalam-dalam, dadanya yang membusung di dalam kerang putih bergetar, dan dia berkata, "Tuan, aku tidak punya kemampuan untuk membunuhnya."

Han Sen tercengang dan menatapnya. "Bukankah kau roh kerajaan? Bahkan jika kau tidak bisa membunuh kepiting itu, kau pasti bisa melawannya kan?"

"Maaf, tuan. Aku bukanlah roh petarung. Aku tidak punya kemampuan bertarung," kata si Putri Duyung.

"Jadi apa kemampuanmu?" tanya Han Sen penasaran.

Dia telah mendengar tentang roh yang bukan petarung, yang cukup langka. Akan tetapi, hal itu pada umumnya terjadi karena roh yang manusia peroleh itu terbatas.

"Aku bisa mengoperasikan Istana Kristal." Putri Duyung menunjuk ke arah perahu kristal.

"Apa gunanya?" Han Sen terpaku menatap si Putri Duyung. Kemampuan roh kerajaan ini hanyalah mengoperasikan perahu. Han Sen tidak bisa memikirkan apa yang bisa diperoleh dengan melakukan hal itu.

Putri Duyung merasa sedikit kesal ketika Han Sen mempertanyakan keahliannya. "Istana Kristal tidak bisa dihancurkan dari dalam. Dia bisa mengarungi semua tempat dalam air, dan dia bisa ke dasar laut. Selain kenyataan bahwa istana ini tidak bisa meninggalkan air, Istana kristal bisa ke mana saja."

Han Sen berpikir dan mengakui bahwa kemampuan ini lumayan bagus. Karena perahu ini adalah perahu kerajaan, Han Sen kini telah memiliki istana yang bisa berpindah-pindah di laut dengan Putri Duyung. Dia bisa berburu tanpa susah payah, yang menyelesaikan masalahnya dalam kekurangan makhluk.

Berpikir itu adalah hal yang bagus, Han Sen memerintah Putri Duyung lagi, "Oke, bawa Istana Kristal kemari sekarang."

"Maaf, tuan. Aku tidak bisa." kata roh itu tak berdaya.

"Mengapa kau juga tidak bisa melakukannya? Bukankah kau bilang kau bisa mengoperasikan Istana Kristal?" Han Sen menatap roh itu curiga.

"Aku harus duduk di kursi kendali di Istana Kristal untuk mengontrolnya," jawab si Putri Duyung.

Han Sen merasa sedikit tertekan. Si kepiting emas menjaga kabin itu. Jadi, tidak mungkin baginya untuk masuk ke dalam. Ditambah lagi, siapa yang tahu kalau di dalam sana ada makhluk yang lebih kuat atau tidak.

"Lupakanlah. Saat aku terpikirkan cara untuk membunuh kepiting itu, aku akan mengambil Istana Kristal kembali." Han Sen menyerah untuk merebut perahu itu dengan paksa. Lagi pula orang lain tidak memiliki Putri Duyung, jadi mereka tidak akan bisa mengambil perahu itu jika mereka menemukannya.