Chapter 527 - Kumbang Perak

"Maaf mengecewakanmu. Aku adalah musuh Dewa Hitam, jadi akan tidak nyaman bagiku untuk pergi denganmu?" Han Sen tersenyum dan berkata.

"Kau yang melukai Dewa Hitam dan mencuri raja ikan ular?" Li Xinglun tiba-tiba teringat, menatap Han Sen terkejut.

"Tidak ada yang lain selain aku. Aku pikir kita sebaiknya tidak pergi bersama. Saat kau mulai bertarung, aku akan bergabung saat itu," kata Han Sen.

"Boleh juga. Namun, kau harus berhati-hati. Saat itu, semua petarung handal di Penampungan Dewa Hitam ada di sana. Jika Dewa Hitam melakukan sesuatu padamu, sulit bagimu untuk melarikan diri. Aku bertugas menyerang dari arah barat, kau bisa pergi ke sisiku," Li Xinglun berpikir dan berkata.

"Siapa yang bertugas menyerang pintu utama?" tanya Han Sen.

"Dewa Hitam adalah yang paling kuat, jadi dia yang melakukannya."

Setelah Han Sen menanyakan beberapa hal detail, dia beranjak pergi. Akan tetapi, dia telah bertekad pergi ke pintu utama tempat Dewa Hitam berada.

Tentu saja, sebelum menaklukkan penampungan, Han Sen tidak akan menghalangi usaha Dewa Hitam. Namun, setelah menaklukan penampungan roh, Han Sen tidak akan segan lagi.

Ini pertama kalinya bagi evolver manusia untuk bekerja sama di medan es. Skalanya sangat besar. Para evolver bersiap-siap dan memindahkan pasokan di semua tempat yang terlihat. Beberapa petarung yang lebih hebat bertugas memburu makhluk di sekitarnya.

Karena sumber daya begitu terbatas di medan es, manusia hanya mampu bertarung menghadapi penampungan kerajaan setelah berkembang selama seratus tahun lebih dan beberapa generasi.

Karena itu tidak ada yang berani berleha-leha. Akan tetapi, banyak hal yang perlu dihabiskan di medan supaya semua manusia bisa sukses. Jika manusia kalah, mereka akan mengalami kekalahan besar.

Ditambah lagi, ada beberapa masalah mengenai pemerintahan. Saat penampungan itu ditaklukkan, tidak ada yang bisa menjamin bahwa manusia tidak akan bertarung satu sama lain untuk membagi-bagi hasil yang mereka dapatkan.

Han Sen tidak terburu-buru pergi ke sana. Tidak ada gunanya pergi terlalu dini. Dia akan pergi setelah peperangan dimulai.

Memang, seperti yang Li Xinglun katakan, tiga pasukan bersatu meluncurkan serangan melawan penampungan dua hari kemudian. Penampungan Dewa Hitam bertugas menyerang pintu utama penampungan kerajaan.

Dari kejauhan, Han Sen melihat sekelompok makhluk menghambur keluar dari penampungan kerajaan, melawan evolver manusia.

Dewa Hitam membawa belasan evolver yang memiliki tingkat kekuatan di atas seratus, mencoba masuk ke dalam penampungan. Akan tetapi,mereka segera dihentikan oleh makhluk berdarah sakral.

Dari dua arah lainnya, para manusia juga dihentikan oleh para makhluk. Suara pertempuran terdengar di mana-mana, sementara roh gadis berambut perak berdiri di atas benteng penampungan, memandang semuanya dengan dingin, tidak berencana untuk menggerakan jari sedikit pun.

Han Sen akhirnya menyaksikan pertarungan skala besar. Han Sen tidak bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi pada Li Xinglun dan Philip. Namun, melawan belasan evolver dengan tingkat kekuatan di atas seratus, hampir 20 makhluk berdarah sakral menyerbu keluar dari penampungan kerajaan, menghalau serangan dari penampungan Dewa Hitam sepenuhnya.

Ini jelas bukanlah seluruh kemampuan penampungan kerajaan. Pastilah ada makhluk berdarah sakral lagi di dalam penampungan, yang bertarung melawan musuh dari dua arah lainnya. Penampungan kerajaan ini luar biasa kuat.

"Satu orang tidak akan pernah bisa menaklukkan penampungan kerajaan besar seperti yang satu ini." Han Sen merasa cukup terkesan. Tanpa menggabungkan pasukan di medan es, seseorang tidak akan pernah bisa menaklukkan penampungan seperti ini kecuali dia memiliki kekuatan makhluk super.

Ular-ular raksasa sepanjang 300 kaki, para monster besar yang tampak seperti raksasa, para monster bersayap dan para burung berterbangan di udara. Seluruh medan peperangan begitu kacau. Pemandangan itu ratusan kali lebih mengesankan dari sebuah film.

Hal ini sama menakjubkannya dengan peperangan antar bintang. Ditambah lagi, pemandangan berdarah adalah hal yang tidak biasa dilihat di medan ini.

Bahkan Han Sen yang bersiap untuk mencuri beberapa rampasan perang merasa darahnya mendidih, berharap untuk bertarung berdampingan dengan para evolver.

Dewa Hitam lebih pandai dalam memerintah dari yang Han Sen pikir. Selain itu, sebagian besar evolver telah menempuh wajib militer, jadi mereka tidak asing untuk bertarung bersama-sama. Saat mereka mengepung para makhluk, mereka bekerja sama dengan baik. Faktanya, tidak ada banyak korban.

Ditambah lagi, beberapa evolver yang lebih lemah bertugas mengurusi logistik. Jika ada yang terluka,dia akan dikirim keluar dari medan perang secepatnya. Tidak banyak orang yang mati.

"Dewa Hitam cukup mengesankan. Dia mampu memerintah peperangan berskala besar. Cukup berbakat," pikir Han Sen dalam hati. Akan tetapi, musuh adalah musuh tidak peduli betapa hebatnya dia.

Karena selama lebih dari ratusan tahun manusia ditindas oleh penampungan kerajaan itu dan bertarung berkali-kali, manusia cukup memahami betapa kuat penampungan kerajaan itu. Setelah berdiskusi, tiga pasukan itu meluncurkan serangan dengan persiapan. Meskipun roh kerajaan cukup kuat, dia mulai melemah. Tampaknya penampungan itu tidak bisa menahan serangan dari tiga pasukan untuk waktu yang lama.

Akan tetapi, roh berambut perak tidak berencana untuk menyerang. Dia menonton medan peperangan dengan dingin dari atas benteng, menggerakkan tongkatnya sesekali, memerintahkan para makhluk untuk bertarung.

"Jika ini berlanjut, penampungan itu akan ditaklukkan jika roh berambut perak tidak memiliki makhluk lain untuk membantunya," gumam Han Sen.

Jika ini adalah penampungan bangsawan, Han Sen sudah ada di dalam untuk mencuri batu roh. Namun, ini adalah penampungan kerajaan dan dia tidak tahu apakah ada lebih banyak lagi makhluk berdarah sakral di dalamnya. Bahkan jika Han Sen masuk ke dalam, dia mungkin tidak akan mampu menemukan batu roh.

Saat Han Sen berpikir, dia melihat roh berambut perak meninggalkan medan perang. Dia tidak ikut berperang, melainkan kembali ke dalam penampungan.

Han Sen terkejut dengan tindakannya. Saat ini, peperangan menjadi panggung yang sangat panas. Gerombolan makhluk itu terpojok. Jika mereka kehilangan perintah dari roh itu, bukankah mereka akan kalah lebih cepat?

Saat Han Sen merasa heran, dia tiba-tiba melihat tanah mulai berguncang di medan peperangan yang berada di depan penampungan. Banyak bebatuan hancur, dan kumbang-kumbang perak mulai keluar seperti sapuan ombak.

Kemana pun kumbang perak itu terbang, tubuh para manusia dan makhluk dilahap habis, yang membuat bulu kuduk merinding.

Celah-celah semakin banyak bermunculan di tanah, dan sejumlah kumbang perak menghambur keluar. Tiba-tiba, seluruh medan perang menjadi kacau. Para manusia serta makhluk berlarian menyelamatkan diri. Tidak ada yang berniat melanjutkan pertarungan.

Para manusia dan makhluk yang saling bertarung semenit yang lalu mulai kabur berbarengan. Sulit dibayangkan kalau mereka baru saja bertarung mati-matian.

Bahkan ular besar dan monster raksasa berlari secepat mungkin. Sepertinya mereka sangat takut terhadap kumbang perak.

Han Sen juga lumayan takut. Akan tetapi, setelah mengamati dengan seksama, dia mendapati bahwa setiap kumbang perak tidaklah sekuat itu. Mereka hanya sedikit lebih kuat dari makhluk primitif, tetapi lebih lemah dari makhluk mutan. Namun, mereka terlalu banyak dan mulutnya sangat tajam. Bahkan makhluk berdarah sakral sekalipun memiliki kelemahan, jadi akan menyakitkan bagi mereka saat kumbang perak masuk ke dalam tubuh mereka.

Seketika Han Sen merasa kesempatannya telah datang.