Keunggulan kumbang perak hanyalah jumlah dan mulut tajam mereka. Sebenarnya, kekuatan mereka tidak terlalu mengesankan.
Akan tetapi, dengan menggunakan jubah emas dan simbol arca, Han Sen bisa sepenuhnya menangkis kumbang perak. Selain itu, seluruh tubuhnya terlindungi, jadi tidak ada celah bagi kumbang perak untuk mendekatinya.
Meskipun kumbang perak mengusir para manusia, para makhluk juga ikut terusir. Mengambil kesempatan dari kekacauan itu, dia bisa masuk ke penampungan kerajaan dan mungkin ada kesempatan baginya untuk mendapatkan batu roh.
Han Sen mengeluarkan jubah dan simbolnya, menyelinap ke dalam penampungan di tengah kekacauan.
Tepat saat dia mendekati medan perang, gerombolan kumbang perak menghampirinya, menenggelamkan Han Sen dengan tubuh kecil mereka.
Han Sen merasakan gemeretak pada luar jubahnya saat kumbang perak mencoba menggigit jubahnya. Akan tetapi, karena dua jiwa binatang berdarah sakral, mulut tajam mereka pun tidak bisa melukai jubah itu sama sekali.
Han Sen merasa tenang dan bergegas ke penampungan kerajaan di tengah lautan para kumbang. Di bawah tirai kumbang perak, tidak ada yang akan menyadari dirinya.
Di luar penampungan kerajaan, Han Sen melompat melewati benteng dan memasuki penampungan kerajaan yang tampak megah.
Sebagian besar makhluk telah lari ketakutan karena kumbang perak. Di sana jelas terdapat lebih sedikit makhluk dalam penampungan kerajaan, tetapi jumlahnya masih mengejutkan.
Melihat roh gadis berambut perak berjalan menuju tengah-tengah penampungan dari kejauhan, Han Sen menggertakkan gigi dan berlari ke arahnya.
Di dalam penampungan tidak ada kumbang perak, tetapi banyak makhluk segera menyerbu Han Sen.
Han Sen tidak diam dan membentangkan sayap mimpi buruknya, menangkis sebagian besar makhluk dan pergi menuju roh gadis itu.
Para burung aneh dan monster bersayap hitam di langit datang ke arah Han Sen. Han Sen mengepakkan sayapnya dan menghindari segerombolan monster dan burung bagaikan kupu-kupu berkat kecepatan sayap berdarah sakral amuk. Dia dengan cepat sampai di tempat roh gadis itu berdiri.
Roh gadis itu telah sampai di bangunan besar kuno. Merasakan keributan di langit, dia menoleh ke belakang sambil berdiri di tangga. Melihat Han Sen di langit, pupil matanya yang keperakan membesar.
Meskipun dia tertutup jubah, gadis berambut perak itu masih mengenali Han Sen yang pernah membunuhnya sekali. Dia tidak bergantung pada penglihatannya, tetapi pada aroma yang ditinggalkannya pada tubuh Han Sen saat membunuhnya.
Raut wajahnya menjadi dingin. Gadis berambut perak itu mengayunkan tongkatnya dan para burung dan monster menyerbu Han Sen. Burung perak berkepala dua dan banteng hitam bersayap ikut menyerangnya.
Han Sen tidak mempedulikan burung dan monster biasa, karena mereka jauh lebih lambat dan lemah dari Han Sen. Han Sen bisa membunuh mereka semaunya. Akan tetapi, burung perak dan banteng terbang jelas makhluk berdarah sakral. Mereka menghalangi jalan Han Sen di antara para makhluk.
Setelah melakukan hal itu, roh gadis berambut perak tidak mempedulikan Han Sen lagi dan lanjut pergi ke dalam bangunan misterius itu.
Setelah roh gadis itu masuk ke dalam bangunan, dua ular hitam kembar memanjat di tiang gerbang sambil menjentikkan lidah mereka.
Han Sen pernah melihat salah satu dari ular itu sebelumnya. Ketika roh itu menyerang Penampungan Roda Bintang, dia membawa ular hitam itu, yang juga merupakan makhluk berdarah sakral.
"Bagaimana bisa ada begitu banyak makhluk berdarah sakral di penampungan kerajaan ini?" Han Sen mengerutkan dahi.
Tidak semua penampungan kerajaan memiliki sejumlah besar makhluk berdarah sakral. Jumlah makhluk berdarah sakral di penampungan kerajaan tergantung pada ukuran penampungan, jumlah makhluk berdarah sakral di sekitarnya, dan kemampuan si roh.
Menurut ukuran dan jumlah para makhluk berdarah sakral itu, penampungan kerajaan ini luar biasa, yang menunjukkan betapa kuatnya gadis berambut perak itu.
Kembali atau tetap maju adalah keputusan selanjutnya yang harus Han Sen buat. Begitu banyak makhluk disini sehingga Han Sen tidak boleh terkepung. Sekali saja dia terjebak, dia tidak bisa kabur lagi.
Dalam sedetik saja, Han Sen membuat keputusan.
Dia telah memasuki penampungan, jadi itu adalah kesempatan yang sempurna, dan dia tidak punya alasan untuk kembali.
Jika tiga pasukan itu tidak bisa menaklukkan penampungan kerajaan ini saat mereka bersatu, karena sebagian besar makhluk berdarah sakral bahkan tidak ada di dalam penampungan saat ini, dia tidak akan pernah sempat untuk mencoba lagi jika dia melewatkan kesempatan ini.
Dengan matanya yang dingin, Han Sen memperhitungkan seluruh gerakan dan langkah para makhluk yang dia lihat. Di dalam pikirannya terdapat gambar holografis dan rute yang akan membawanya masuk ke dalam bangunan kuno itu.
Duar!
Sambil mengepakkan sayapnya, Han Sen meluncur, menghindari burung perak dan banteng terbang.
Akan tetapi, karena dia bergerak lebih lambat, banyak makhluk di tanah yang mulai melompat ke arahnya, menyerbu Han Sen yang terbang rendah.
Tetap tenang, Han Sen mendarat di bangunan itu. Saat dia terbang, dia menghindari serangan para makhluk di tanah dan terbang lagi.
Di angkasa, burung perak berkepala dua dan para makhluk lainnya menyerbu lagi. Han Sen mendarat lagi, mengganti posisinya terus-menerus dan menghindari serangan dari makhluk yang berbeda, sambil menuju bangunan kuno misterius bagaikan orang gila.
Tidak mungkin dia bisa dihentikan. Han Sen bergerak dengan cepat di antara bangunan yang ada, sambil terbang dari waktu ke waktu. Dia dengan sempurna menggunakan jarak di antara bangunan dan para makhluk, dan akhirnya menuju bangunan kuno itu. Para makhluk itu selalu agak sedikit terlambat, tidak membuat Han Sen terancam.
Dua makhluk berdarah sakral itu juga termasuk, karena mereka tidak pernah bisa menghentikan Han Sen.
Akan tetapi, karena dia menggunakan keadaan lapangan dan para makhluk, Han Sen tidak bergerak lurus dan membuat lingkaran besar untuk sampai di bangunan kuno.
Dua ular hitam turun dari pilar raksasa, menghalangi pintu batu yang tertutup. Mereka membuka mulut mereka dan berteriak pada Han Sen, menunjukkan taring mereka yang mengerikan, membuatnya tampak menakutkan.
Han Sen tidak berhenti dan menuju tangga, menghampiri dua ular hitam itu. Di belakangnya ada segala macam makhluk ganas, yang tampak seperti hantu dari neraka. Mereka mengikuti Han Sen dan mencoba mengalahkannya.