Han Sen menonton kalajengking itu sejenak saat dia terus menggali. Dia terus menggali sampai dia menghilang dari pandangan, dan yang Han Sen bisa lihat hanyalah lubang yang masih menganga.
Han Sen mengeluarkan sayapnya dan terbang tinggi untuk melihat lubang itu dari atas. Dari yang diamati, dia memperhatikan bahwa lubang itu sedalam belasan meter dan akhirnya membentuk sebuah gua atau sejenisnya.
"Pasti ada sesuatu yang menarik di bawah sana." Han Sen terkejut, dan kemudian mengeluarkan jubah supernya dan berjalan ke dalam sana dengan rubah perak di tangannya.
Saat dia turun ke dalam gua, dia menyadari terdapat sebuah celah di salah satu dinding itu. Dia berjalan lebih dekat untuk memeriksanya dan apa yang dia lihat membuat dirinya kaget.
Ada sebuah gua di dalamnya yang sangat luas. Dia bahkan tidak bisa memperkirakan seberapa besar gua tersebut. Gua itu dihiasi oleh tumbuh-tumbuhan seperti bambu, yang sebagian besar menyentuh langit-langit gua. Pemandangan itu sangat luar biasa.
Kalajengking berekor dua ada di dalam, mematahkan tanaman seperti bambu itu. Bambu itu memiliki lubang kosong di dalamnya, tetapi banyak diantaranya terdapat serangga putih, yang tampak seperti ulat sutra. Mereka hanya sepanjang sepuluh sentimeter, tetapi mereka tampak lezat dan gemuk.
Kalajengking memakan serangga putih dan bambu itu bersama-sama, yang menghasilkan suara mengunyah yang menggema.
"Apakah para serangga putih itu jangan-jangan adalah makhluk? Jika kalajengking itu memakannya, kemungkinan besar dia sedang hamil." Han Sen meninjau kembali situasi tersebut dan menanyakan sejumlah pertanyaan kepada dirinya sendiri.
Bambu dan serangga putih di dalam gua tersebut dimakan habis-habisan oleh kalajengking yang kelaparan. Akhirnya, dia tampak kenyang dan ingin meninggalkan tempat itu, dan kemudian dia mulai kembali ke arah Han Sen.
Han Sen dengan cepat keluar dan menghindar dari pandangan kalajengking itu. Tidak lama kemudian, kalajengking itu muncul keluar, dan saat dia melakukannya, dia pun pergi ke gunung.
Han Sen tidak mengejar kalajengking tersebut. Jika dia benar-benar hamil, dia tahu akan sia-sia untuk membunuhnya sekarang. Dia lebih baik memilih untuk menunggu sampai kalajengking itu melahirkan sebelum membasmi makhluk itu beserta bayinya.
Tetapi Han Sen masih sangat tertarik dengan bambu yang berada di bawah sana, dan serangga putih yang berada di dalamnya. Dia menunggu sampai kalajengking itu pergi cukup lama dan kemudian, dengan memerintahkan rubah perak untuk berjaga-jaga, dia pun kembali ke dalam sana. Dia tidak ingin mengambil resiko apabila kalajengking itu kembali dan membuatnya terpojok.
Ada banyak tanaman seperti bambu di gua tersebut, dan mereka semua memiliki diameter sekitar tiga puluh sentimeter. Banyak diantaranya telah dipatahkan menjadi dua oleh kalajengking itu saat dia berkunjung, jadi ada banyak benda berserakan di lantai. Serangga putih yang kalajengking itu lewatkan juga termasuk di dalamnya.
Serangga putih itu berwarna pucat dan setengah transparan, dan kau bisa melihat pembuluh darah di dalamnya.
Para serangga yang berada di tanah berjalan menggeliat. Mereka mencoba merayap kembali ke dalam potongan bambu yang rusak, tetapi mereka sedikit kesulitan.
Mereka tidak bisa memasuki bambu yang masih bagus.
Han Sen memungut potongan bambu yang rusak dan mencoba untuk mematahkannya dengan tangan tetapi gagal. Dia harus menambah kekuatannya dan mengerahkan seluruh energinya untuk akhirnya bisa mematahkannya.
"Bambu ini sangat keras." Han Sen melempar bambu itu ke tanah dan mengeluarkan busur silang merak miliknya. Dia mengisinya dengan panah baja-z dan mengarahkannya ke salah satu serangga yang mencoba merangkak masuk ke dalam lubang bambu yang rusak.
Panah baja-z menancap menembus tubuh serangga putih, yang membuatnya memekik dan melepaskan kabut putih. Suhu udara pun mulai turun, dan area kecil di sekeliling serangga itu pun membeku. Serangga itu lalu membeku, seolah-olah dia baru saja dikeluarkan dari mesin pendingin.
"Makhluk Mutan Ulat Sutra Hitam dibunuh. Tidak mendapatkan jiwa binatang. Makan dagingnya untuk memperoleh poin geno mutan secara acak dari nol sampai sepuluh."
Suara pun bergema di kepala Han Sen, yang membuat Han Sen terkejut. "Ini adalah makhluk mutan, tetapi bagaimana bisa makhluk mutan melepaskan udara dingin? Ini aneh. Aku pikir hanya makhluk super yang bisa menggunakan serangan elemen."
Han Sen penasaran, dan lalu mengeluarkan Jarum Rex Berapi miliknya untuk membunuh lebih banyak lagi ulat sutra di lantai. Lagi dan lagi, suara pemberitahuan terus bermunculan.
Saat ulat sutra hitam dibunuh, mereka masing-masing mengeluarkan udara dingin. Para makhluk itu lemah dan tidak mampu bertarung, jadi Han Sen bisa membunuh mereka dengan santai dan tanpa khawatir.
"Makhluk Mutan Ulat Sutra Hitam dibunuh. Mendapatkan jiwa binatang. Makan dagingnya untuk memperoleh poin geno mutan secara acak dari nol sampai sepuluh." Setelah Han Sen membunuh tiga puluh ekor ulat sutra, dia akhirnya mendengar pemberitahuan yang menunjukan dia memiliki jiwa binatang Ulat Sutra Hitam
Han Sen lalu segera memeriksa informasi jiwa binatang tersebut, tertarik untuk mengetahui tipe apa yang dia dapatkan.
Ulat Sura Hitam Mutan : Senjata Rahasia Sekali Pakai
Han Sen sangatlah senang, karena sudah lama sekali sejak dia terakhir melihat jiwa binatang sekali pakai. Sangat langka untuk menemukan senjata rahasia jiwa binatang, dan dia penasaran seperti apa bentuknya.
Han Sen mengeluarkan Ulat Sutra Hitam mutan, yang muncul di telapak tangan Han Sen dengan berbentuk serangga besar, putih, dan gemuk. Benda itu lumayan berat.
Dia menatapnya sejenak, tidak yakin benda apakah itu. Setelah berpikir, dia melemparkannya ke dinding gua.
Pang!
Serangga gemuk itu menghantam dinding dan meledak. Dia mengeluarkan kabut putih tebal. Jarak jangkauan kabut tersebut sekitar satu meter, dan dinding batu yang terkena lemparannya dilapisi oleh lapisan es.
"Ini menarik." Han Sen lumayan kaget saat melihatnya. Ini hanyalah jiwa binatang mutan, tetapi dia bisa melepaskan tenaga es yang besar. Ini tidak normal sama sekali.
"Aku penasaran apakah ada Ulat Sutra Hitam berdarah sakral di sini? Jika aku bisa mendapatkan Ulat Sutra Hitam berdarah sakral, itu akan sangat berguna."
Han Sen membunuh semua ulat sutra yang dia bisa temukan tetapi cukup kecewa saat mengetahui mereka semua adalah jenis mutan. Tidak peduli seberapa banyak yang dia bunuh, sepertinya jenis berdarah sakral tidak ada di sana.
Ada enam puluh ekor ulat sutra mati tergeletak di lantai sekarang, dan setelah berpikir untuk beberapa saat, dia menggunakan Jarum Rex Berapi untuk menghajar bambu itu. Dia menyaksikan betapa banyak ulat sutra yang terbang keluar dari bambu itu.
Setelah membunuh seratus ekor lagi ulat sutra yang menggeliat, dia berhasil mendapatkan dua jiwa binatang mutan lainnya. Tetapi tetap saja, tidak ada jenis yang berdarah sakral.
"Sudahlah. Aku akan mengemas ulat yang telah aku bunuh dan keluar dari area ini. Jika aku mengeringkannya dan menggerus mereka menjadi bubuk, orang yang memakannya akan mampu meningkatkan poin geno mutan mereka dengan mudah. Itu tidaklah buruk." Han Sen menggunakan karung untuk mengumpulkan ratusan tubuh ulat sutra yang membeku dan beranjak pergi keluar dan mengeringkan mereka.
Ada banyak ulat sutra di hutan bawah tanah tersebut, dan tampaknya ada paling sedikit sepuluh ekor di setiap dahan bambu. Jika dia ingin memanen mereka semua, dia tidak bisa membayangkan seberapa lama waktu yang diperlukan.
Han Sen berencana untuk sementara menghentikan perburuan ulat sutra tersebut, dia ingin menunggu sampai kalajengking itu kembali, mengisi perutnya, dan melahirkan. Saat urusan dengan kalajengking sudah beres, Han Sen berencana untuk kembali ke sini untuk memanen dan mengumpulkan sisa ulat sutra, tanpa hambatan.
Setelah Han Sen memungut semua ulat sutra yang telah dia bunuh, Han Sen tiba-tiba mendengar suara yang datang dari dalam hutan bambu. Tampaknya sesuatu muncul keluar jauh dari dalam sana.