Chapter 740 - Ulat Sutra Es

Han Sen menyimpan energinya dan segera mundur, kemudian menggunakan Kulit Giok untuk membuka kunci gennya.

Meskipun Kitab Dongxuan dan Kulit Giok bisa dibandingkan setelah membuka kunci gen, masih terdapat perbedaan yang mencolok. Kulit Giok juga berfokus pada meningkatkan indra ketujuh, meskipun tidak sedetail Kitab Dongxuan, jarak jangkauannya lebih besar.聽Jarak jangkauan Kitab Dongxuan dalam meningkatkan indra ketujuh dibatasi oleh jarak aura Dongxuan.

Han Sen menatap hutan bambu dengan waspada, seolah-olah dia telah mengaktifkan mode dewa. Dengan indranya, dia mampu memastikan bahwa sesuatu sedang berjalan ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Saat ini dia berada sejauh tiga mil, tetapi jarak tersebut dengan pasti mendekat dengan cepat.

Han Sen bisa merasakan perkiraan ukurannya, dan menyimpulkan ukurannya sebesar kucing peliharaan rata-rata. Bentuknya seperti tabung, seperti buruan yang baru saja dia panen. Tetapi dia tidak lambat. Tidak seperti para serangga tersebut, yang datang ke arah Han Sen sangatlah cepat. Seperti kelinci kesetanan, dia berlari menghampirinya.

"Apakah itu Ulat Sutra Hitam berdarah sakral?" Pikiran tersebut membuat Han Sen cukup senang.

Seiring waktu berjalan, musuh yang tidak terlihat memperkecil jarak di antara mereka. Saat dia muncul, Han Sen akhirnya bisa melihat bahwa itu adalah ulat yang sangat besar. Tubuhnya mengkilap seperti es. Aura es mengelilinginya, dan dia meninggalkan jejak es saat dia bergerak.

Han Sen mengganti kunci gennya menjadi Kitab Dongxuan dan mengamati monster es yang mendekatinya. Energi kehidupannya jauh lebih kuat dari mutan, dan kemungkinan besar memang ulat sutra berdarah sakral.

Rasa senang menjalari pikiran Han Sen, dan kemudian dia mengeluarkan busur silang merak miliknya dan mengisinya dengan panah baja-z. Dia membidik ke arah hutan bambu, dan ketika musuhnya cukup dekat, dia akan menarik pelatuknya dan dengan mulus mengakhiri hidupnya. Terlebih lagi, dia ingin melihat apakah ada jiwa binatang yang bisa diperoleh dari makhluk itu.

Akan tetapi, saat jarak di antara Han Sen dan ulat sutra es semakin kecil dan mengecil, dia mulai merasa ada sesuatu yang salah. Semakin dia mendekat, semakin kuat energi kehidupan ulat sutra tersebut. Makhluk itu dengan cepat melampaui nilai makhluk sakral manapun yang pernah dia hadapi sebelumnya.

"Apakah itu makhluk super?" raut wajah Han Sen berubah. Dia memindainya beberapa kali untuk mendapatkan penjelasan yang lebih akurat, tetapi makhluk itu masih membuatnya kebingungan. Makhluk itu jelas bukan seekor makhluk super.

"Makhluk berdarah sakral amuk, mungkin?" Han Sen memicingkan matanya. Dia jarang menemui makhluk berdarah sakral amuk di hutan, jadi dia terkejut menemukan salah satunya di tempat ini.

Menyaksikan ulat sutra es semakin dekat dan mendekat, dia kini berada di dalam jangkauan seribu meter dari Han Sen. Han Sen mengarahkan kembali busur silang meraknya, tetapi kemudian dia mendengar suara lain dari hutan bambu.

Kresek! Kresek!

Kini sepertinya ada segerombolan makhluk dengan cepat berlari melintasi hutan. Mendengarkan hal tersebut, wajah Han Sen pun berubah. Sekarang, dia melihat sejumlah besar ulat sutra es muncul entah dari mana di dalam hutan bambu. Menurut hitungan cepatnya, dia bisa menghitung ada seratus ekor di sana.

"Mustahil! Bagaimana bisa ada begitu banyak makhluk berdarah sakral di satu tempat?" Han Sen sangat terkejut. Mereka tidak membuatnya takut, karena dia tahu mereka bukanlah lawan baginya鈥攄ia hanya berpikir jumlah mereka begitu mengerikan.

Han Sen bisa menerima kehadiran belasan makhluk berdarah sakral, tetapi makhluk berdarah sakral amuk jauh lebih langka. Rasio makhluk berdarah sakral dengan makhluk berdarah sakral amuk kira-kira sekitar 100:1. Tetapi sekarang, makhluk berdarah sakral amuk muncul dalam kelompok besar. Jika ada begitu banyak makhluk berdarah sakral amuk, maka seharusnya ada pula ribuan ulat berdarah sakral biasa di suatu tempat di area ini.

Tetap saja, kejadian seperti ini seharusnya mustahil.

Ulat sutra es yang saat ini dia rasakan lebih kuat dari sebagian besar makhluk berdarah sakral. Kekuatan aliran energi mereka tidak jauh dari shura bertanduk darah yang dia hadapi belum lama ini.

Seekor ulat sutra berada di depan yang lainnya, dan jarak di antara makhluk itu dan Han Sen kini kurang dari lima ratus meter. Dia mengeluarkan busur silang meraknya, membidik, dan menarik pelatuknya.

Daripada hanya sekedar menerka, Han Sen ingin membunuh satu ekor dan menemukan kebenarannya.

Tali busurnya bergerak dan panah baja-z pun terbang melesat. Panah itu bagaikan sorotan cahaya lampu, yang melintasi lima ratus meter dalam sekejap mata. Panah itu menembus tubuh ulat sutra es dan membuatnya jatuh tergeletak di tanah.

Han Sen terkejut, merasa bahwa ulat sutra itu lebih mudah dibunuh dari yang dia bayangkan sebelumnya. Jika ini adalah makhluk berdarah sakral amuk, dia kira makhluk itu akan mampu bereaksi atau bahkan menghindari panah. Tetapi tidak begitu; ulat itu tertusuk dan mati, sesederhana itu.

"Makhluk Mutan Ulat Sutra Hitam dibunuh. Tidak mendapatkan jiwa binatang. Makan dagingnya untuk mendapatkan poin geno mutan secara acak dari nol sampai sepuluh."

Han Sen tiba-tiba membeku dengan mulut menganga. Dia seperti itu untuk waktu yang cukup lama.

"Ini tidak benar. Ini pasti salah. Bagaimana bisa itu adalah ulat sutra mutan? Bagaimana bisa makhluk mutan memiliki energi kehidupan yang begitu tinggi?" Han Sen tidak bisa mempercayai ulat sutra es itu adalah makhluk yang sama dengan Ulat Sutra Hitam sebelumnya.

Tetapi pemberitahuan di kepalanya tidak mungkin salah. Ini adalah aturan yang dimiliki oleh dunia yang dia tinggali. Jika suara itu mengatakan dia membunuh makhluk mutan, maka dia memang membunuh makhluk mutan.

Melihat semakin banyak ulat sutra yang mendekat, Han Sen berlari maju untuk membunuh mereka semua. Mereka adalah Ulat Sutra Hitam mutan, sama dengan yang dia telah bunuh di dalam dan di luar dahan bambu sebelumnya.

Han Sen sangat bingung, dan tidak mampu menemukan alasan mengapa tubuh mereka bisa sangat berbeda. Energi kehidupan di tubuh mereka jauh lebih kuat, dan tidak ada alasan yang jelas mengapa para makhluk mutan ini bisa memiliki kekuatan sedemikian rupa.

"Ini tidak benar. Ini benar-benar tidak benar! Ini aneh. Ini gila. Hal ini sangatlah aneh. Bagaimana bisa ulat sutra di dalam bambu juga mengeluarkan es? Bahkan makhluk berdarah sakral tidak bisa melakukan sesuatu seperti itu. Pasti ada kekuatan dari luar yang mempengaruhi makhluk es kecil ini, sesuatu yang aku belum ketahui. Apa pun itu, hal itu memberikan mereka kekuatan yang mengerikan." Han Sen membunuh seratus ulat sutra besar yang mendekat dan berhasil memperoleh satu lagi jiwa binatang.

Han Sen dengan cepat mengeluarkannya untuk melihatnya. Keterangannya tetap sama, tetapi tampilan fisiknya berbeda. Kepalanya lebih besar dan tubuhnya seperti es.

Han Sen melemparkannya ke dinding seperti yang sebelumnya untuk memeriksanya. Benda itu jauh lebih kuat dari yang lain, dan kabut es yang dikeluarkan memiliki jarak jangkauan tiga meter.聽Udara dingin yang dimiliki pun jauh lebih kuat.

"Jika mereka berdua adalah Ulat Sutra Hitam mutan, mengapa ada perbedaan yang begitu jelas di antara mereka? Jika aku sebelumnya membunuh yang masih kecil, dan baru saja membunuh yang dewasa,聽seharusnya itu tidak mempengaruhi jiwa binatang yang aku terima. Jiwa binatang tidak didasari oleh faktor usia makhluk. Misteri ini semakin dalam; aku penasaran, apa yang menyebabkan kelainan yang ganjil ini?" Han Sen mengamati dahan bambu dengan wajah keheranan dan rasa ingin tahu yang kuat.

"Aku harus memeriksa dan menganalisanya lebih jauh. Aku perlu pergi lebih dalam lagi dan aku ingin menemukan apa yang mempengaruhi ulat sutra yang aneh ini. Ulat sutra memiliki gen yang hebat, tetapi mereka sangat banyak dan mereka pasti tidak seluruhnya adalah tipe mutan. Pasti ada makhluk biasa juga di antara mereka. Kenyataan bahwa mereka semua adalah Ulat Sutra Hitam mutan hampir sulit untuk bisa dipercaya." Han Sen merenungkan hal ini sedikit lebih lama lagi, dan kemudian memutuskan untuk memanggil rubah perak untuk turun dan bergabung dengannya. Dengan rubah perak, dia berjalan lebih jauh ke dalam hutan bambu.

Dengan rasa takut terhadap rubah perak, seluruh ulat sutra pergi bersembunyi. Jika mereka tidak bisa kabur, mereka akan bersembunyi di dalam dahan bambu mereka dan menggigil ketakutan, yang bahkan membuat dahan mereka bergetar, yang menghasilkan suara seperti gemerisik daun yang ditiup angin.