Chapter 746 - Membunuh Kalajengking Ungu

Meskipun saat ini peri itu terus mengejarnya, Han Sen masih memutuskan untuk maju dan melarikan diri. Lagi pula, kalajengking berekor dua hanyalah makhluk super generasi pertama, berbeda dengan makhluk generasi kedua yang mengincar nyawanya.

Han Sen sangat ingin keluar dari labirin bawah tanah itu. Meskipun energinya terkuras, dia masih harus mempertahankan kunci gennya terbuka untuk bisa melarikan diri. Dia hanya berharap semoga kalajengking berekor dua itu tidak menyadari keberadaannya.

Tetapi dewi keberuntungan tidak tersenyum pada Han Sen, karena kalajengking itu melihatnya. Dengan capitnya yang menggertak, dia tidak menunggu lama untuk berlari ke arah Han Sen.

Han Sen menggertakkan giginya saat jantungnya berpacu sangat kencang. Dia memusatkan kekuatan di tangannya; dia melompat ke udara bagaikan burung yang terbang, dan berputar sambil melakukan lingkaran untuk menghindari kombinasi sengatan ekor dan capitan kalajengking. Setelah meluncur tepat ke arah kepala kalajengking dan dengan sukses menghindari serangan musuhnya, Han Sen tetap melayang di udara saat kabur menuju pintu keluar.

Saat dia terbang, dia menyimpan dan memanggil kembali malaikat kecil, berharap semoga kaljengking itu akan mengalihkan perhatiannya kepada malaikat kecil dan berurusan dengannya untuk sementara waktu.

Akan tetapi, kalajengking itu mengeluarkan jeritan berdesing dan berbalik untuk lanjut mengejar Han Sen. Ayunan kaki dan capitnya luar biasa cepat, dan dia bergerak dengan sangat cepat, dia mungkin juga akan mengeluarkan sayap.

Si peri juga menyusulnya sekarang, dan dia bahkan tidak memperdulikan si kalajengking. Yang dia lakukan hanyalah terbang melewati kalajengking yang sepenuhnya terpaku pada Han Sen.

"Hari ini bukanlah hari yang baik. Bagaimana bisa aku sesial ini?" Jantung Han Sen berpacu dengan cepat, tetapi tidak lama kemudian, dia disambut oleh langit biru di atas lereng pegunungan.

Tetapi Han Sen bukanlah satu-satunya yang sangat ingin keluar dari sana, karena peri dan kalajengking itu juga dengan cepat meluncur keluar dari labirin bawah tanah. Han Sen merespon dengan memanggil dan memindahkan malaikat kecil, berharap dia bisa mengalihkan perhatian si peri untuk sementara dan membuatnya sibuk. Untuk sementara waktu, Han Sen berlari ke arah Kota Batu Kuning.

Dengan adanya malaikat kecil yang menahan si peri, langkah pertama Han Sen berhasil, dan lawannya tidak bisa mengejarnya lagi. Itu adalah sebuah keberuntungan, karena saat ini, Han Sen telah melambat. Namun, kalajengking itu masih mengejarnya, dan dia berhasil untuk menyengat bokongnya beberapa kali dengan ekornya.

Untungnya, dia masih mengenakan jubah super amuk, dan jubah ini memberikannya perlindungan yang sangat dia perlukan. Meskipun sengatan ekor itu berhasil menembus permukaan jubah, kerusakan yang bisa ditimbulkan berkurang secara signifikan dan rasa sakit di bokongnya hanya membuatnya berteriak.

Ekor kalajengking itu sangat tajam, dan jika bukan karena perlindungan yang diberikan jubah itu, dia mungkin telah membuat tubuh Han Sen seperti tusuk sate.

Tubuh Han Sen telah mencapai batasnya, tetapi dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan rasa capeknya. Tanpa henti, dia terus berlari ke arah penampungan yang sebelumnya dia tinggalkan. Tempat itu kini sudah di depan mata, dan hanya dengan melihatnya membuat semangat Han Sen yang tadinya melemah menjadi berkobar kembali.

Zhou Yumei telah menunggu kembalinya Han Sen selama dua hari, tetapi dia tidak muncul-muncul juga. Dia marah sekaligus sedih karena kehilangan Han Sen.

"Brengsek. Bajingan mesum. Sampah. Aku tidak percaya dia meninggalkanku begitu saja seperti ini. Aku sumpahi dia supaya dimakan oleh para makhluk!" Zhou Yumei sangat jarang begitu bersemangat rendah, dan karena itu dia hanya berbaring lesu di atas kursi di luar gerbang penampungan.

Berada sendirian selama lebih dari satu tahun telah membuat Zhou Yumei tersiksa, dan interaksi singkatnya dengan Han Sen membuatnya sadar betapa menakutkan berada sendirian seperti sekarang ini. Bertemu dengan Han Sen adalah keberuntungan yang sangat langka, dan meskipun dia tidak menyukai karakter Han Sen, kehadirannya masih membuatnya merasa gembira.

Setidaknya dia tidak harus bertahan di bawah sengatan matahari di padang gurun seorang diri. Bahkan berdebat dengan pria jahat lebih baik dari pada berada seorang diri sampai mati kebosanan.

Yang lebih buruk lagi adalah kenyataan bahwa dia pergi begitu saja tanpa mengatakan satu patah kata pun. Matanya kini membengkak merah saat mengingat tidak ada salam perpisahan.

Saat Zhou Yumei menyumpahinya habis-habisan, dia tiba-tiba melihat seorang pria berlari ke arahnya dengan kecepatan sangat tinggi. Hal itu membuatnya sangat gembira, dan dia segera berdiri dan berseru pada Han Sen, "Tuan bajingan! Aku kira kau pergi untuk selamanya; apa yang membuatmu kembali?"

Han Sen melepaskan jubahnya dan menghampiri Zhou Yumei bagaikan angin. Dia tidak mengatakan apa-apa kebadanya; dia hanya menarik pinggangnya dan membawanya masuk ke dalam kota.

"Dasar mesum; lepaskan aku!" Zhou Yumei sedikit malu dan mencoba berteriak sambil meronta-ronta.

"Lihat dulu apa yang mengikutiku. Apa kau benar-benar mau aku meninggalkamu sebagai camilan makan siang mereka?" Han Sen dengan santai berkata kepadanya sambil terus berlari maju.

Zhou Yumei lalu melihat dengan seksama, dan dia melihat kalajengking berekor dua yang mengikuti mereka dengan menggebu-gebu. Dia juga melihat malaikat kecil jauh di belakang mereka, tetapi tidak melihat si peri. Peri itu terlalu kecil untuk bisa dilihatnya dari jarak tersebut.

Tetapi Zhou Yumei dengan cepat mengerti apa yang terjadi dan wajahnya berubah dengan cepat bagaikan membalik halaman buku. Dia berkata, "Kakak besar, berlarilah lebih cepat!"

Kalajengking itu mengayunkan ekornya saat mendekat, mencoba untuk menyengat mereka, dan jantung Zhou Yumei melompat setiap kali makhluk itu mencoba untuk menyerang mereka. Dengan setiap elakan, tarikan nafas dan air mata pun mengikuti.

Han Sen tidak punya waktu untuk merespon, dan hanya berlari ke dalam penampungan. Dia berbalik untuk memeriksa keadaan dan melihat bahwa hanya kalajengking yang mengikutinya ke dalam kota. Peri itu tampaknya takut akan sesuatu dan berhenti mengejar mereka di dekat gerbang. Dia mengepakkan sayapnya di udara tetapi tidak masuk ke dalam.

Kejadian ini membuat Han Sen senang. Jika dia hanya menghadapi kalajengking saja, dia bisa melakukannya, dan dia tidak lagi terpaksa harus kabur demi menyelamatkan nyawanya.

Han Sen berlari ke alun-alun dan hanya menunggu malaikat kecilnya untuk berurusan dengan kalajengking itu.

"Meong!"

Oranye Kecil melihat Zhou Yumei dikejar-kejar oleh kalajengking itu, dan dia menanggapinya dengan menggeram marah. Dengan murka, dia berlari menuju makhluk itu untuk menghadapinya.

"Oranye Kecil!" Zhou Yumei dengan cemas berseru.

Meskipun Oranye Kecil telah melompat ke arah kalajengking itu, makhluk jahat itu bertindak sesuai dengan namanya dan merentangkan ekornya menjadi dua. Dengan dua ekornya, dia menusuk Oranye Kecil, membuat kucing itu menjerit kesakitan.

"Tolong selamatkan dia; Oranye Kecil tidak bisa menghadapi kalajengking itu. Dia biasanya kabur ketika kami melihat makhluk itu sebelumnya." Zhou Yumei berderai air mata saat dia memohon bantuan dari Han Sen.

Han Sen tidak bergerak, tetapi rubah perak bertindak mewakili dirinya dan melemparkan panah petir perak untuk menyerang kepala kalajengking dengan ganas.

Pang!

Kalajengking itu tersentak oleh petir tersebut, dan Oranye Kecil berhasil membebaskan diri. Tetapi kemudian, Oranye Kecil menancapkan giginya ke salah satu ekor kalajengking itu dan membuat suara mendesis.

Saat dia merintih kesakitan, kalajengking berekor dua itu mengangkat ekornya yang lain dan mengarahkannya ke kepala Oranye Kecil.

Rubah perak melompat turun ke dekat kalajengking itu dan menggigit ekornya yang lain, berusaha mati-matian menyelamatkan nyawa Oranye Kecil.

Saat malaikat kecil akhirnya tiba, dia mengayunkan pedang besarnya ke arah kepala kalajengking di bawah perintah Han Sen. Cangkang kepalanya pun terbelah, dan cairan hijau menyembur keluar dari tempurung yang hancur itu.

"Hzzh!" Kalajengking berekor dua mendesis dan memekik karena sakit yang tak tertahankan. Dia menggoyangkan dua ekornya, berusaha melepaskan Oranye Kecil dan rubah perak yang menempel padanya menggunakan gigi mereka. Tetapi usahanya sia-sia karena gigi mereka telah menancap dalam dan mereka menggenggamnya dengan sangat erat.

Wajah malaikat kecil terlihat dingin ketika dia mengangkat pedang besarnya. Dia mengayunkannya lagi dan memotong capit dan cakar kalajengking itu untuk mencegah serangan yang mungkin akan ditimbulkan.

Klang!

Malaikat kecil mengayunkan pedang besarnya ke kepalanya terus-terusan setelah itu, yang sepenuhnya memperlihatkan isi kepala makhluk itu. Pada serangan terakhir, malaikat kecil menggenggam erat pangkal pedangnya dengan dua tangan dan mengayunkannya tepat menembus kepala kalajengking itu, membuatnya terpaku di tanah.

"Grrr..." Si kalajengking, sembari perlahan menuju ke pelukan kematian, dia mengibaskan ekornya lebih cepat dari yang sebelumnya dan berhasil melepaskan Oranye Kecil dan rubah perak. Dengan beberapa sentakan terakhir, dia pun menyerah pada kematian.