113 Taklukanku Adalah Lautan Bintang

Han Sen tidak dapat segera kembali sekarang, jadi dia teleportasi keluar dari Tempat Suci Para Dewa dan seketika dia berada di Persekutuan, dia melihat di jaringan komunikasi ada banyak panggilan yang tidak terjawab dari Fang Jingqi. Dia menelpon balik dan mendengar suara Fang yang lega, "Kau belum mati?"

"Orang baik tidak mudah mati. Beritahu Pria Peninju bahwa aku tidak dapat menemuinya sekarang dan akan mengembalikan tunggangan mutan." Kontrak mereka menyebutkan bahwa jika makhluk berdarah sakral berhasil diburu, Han Sen dapat memiliki tunggangan jiwa binatang mutan, tetapi karena armadillo bersisik sudah diambil oleh burung perak, komplotan Pria Peninju pasti tidak mendapatkan apa-apa. Tidak ada alasan bagi Han Sen untuk menyimpan tunggangan itu.

"Tidak perlu. Setelah kau memancing burung perak untuk pergi, komplotan itu berhasil membawa pulang tubuh armadilo bersisik. Mereka hanya kehilangan sedikit daging yang diambil oleh burung itu tetapi itu tidak masalah. Mereka lebih merasa kuatir bahwa kau sudah dibunuh oleh burung itu." Fang Jingqi tertawa.

"Sayangnya, aku tidak memiliki busur dan panah berdarah sakral, atau aku akan dapat menembak burung perak itu. Hanya keberuntungan," canda Han Sen.

"Jika kau memerlukan busur dan panah berdarah sakral, ini adalah kesempatanmu." Fang Jingqi menyeringai.

"Kesempatan apa? Kau tidak memintaku untuk mempertaruhkan nyawa lagi, bukan? Aku tidak berminat untuk melakukannya untuk kedua kali," kata Han Sen, sebenarnya merasa agak tertarik dalam hati.

Hari Kiamat memang bagus tetapi tidak cukup bagus untuk membunuh makhluk berdarah sakral.

"Dua bulan ke depan, Pria Peninju akan masuk ke Tempat Suci Para Dewa Tahap Dua dan akan menjual beberapa jiwa binatangnya, termasuk busur berdarah sakral. Jika kau tertarik, kau dapat melihatnya," kata Fang Jingqi.

"Aku akan melakukannya." Han Sen menutup telepon dan pergi ke luar. Yang Manli berdiri di gerbang stasiun teleportasi, menatap pada dirinya.

"Kemana saja kau? Apakah kau tidak tahu kalau ujian masuk ke Elang Hitam sudah dekat? Jika kau tidak diterima, jangan katakan aku yang melatihmu, karena aku tidak sanggup kehilangan muka seperti itu," seru Yang Manli dengan marah.

"Aku berburu seekor mahkluk dengan teman-teman dan tidak berjalan mulus. Aku baru saja kembali ke tempat penampungan. Aku sungguh-sungguh minta maaf." Han Sen tahu bahwa dia sudah pergi lebih lama daripada yang dia minta, pantas saja Yang Manli marah.

"Apapun itu, ujian masukmu tidak ada hubungannya denganku. Aku sebenarnya berharap kau tidak lulus ujian agar aku tidak perlu melihatmu setiap hari." Yang Manli sangat tidak puas dengan sikap acuh tak acuhnya.

Han Sen merinding. Dia tahu Yang Manli bukan orang jahat, tetapi dia selalu terdengar kejam. Dia pasti ingin Han Sen kembali berlatih.

Tetapi Han Sen harus pulang sekarang dan dia telah pergi sangat lama. Dia hanya dapat mengecewakan Yang Manli saat ini.

Melihat Han Sen tetap meninggalkan stasiun teleportasi dan tidak kembali ke kereta, dia berpikir, "Tidak mungkin bedebah ini diterima di Elang Hitam."

Han Sen pulang ke rumah dan memeriksa ibunya sebelum tidur.

Dia tidak terburu-buru mengambil jiwa binatang berdarah sakral. Dia dapat mengambilnya setiap saat di Tempat Penampungan Baju Baja sebelum kontes berikutnya dimulai.

Ujian masuk Elang Hitam hanya tinggal beberapa hari dan dia berencana untuk mengambil ujian itu sebelum mencari jalan dari Tempat Penampungan Yang Agung ke Tempat Penampungan Baju Baja. Tetapi dia harus kembali ke Tempat Penampungan Baju Baja lebih dahulu sebelum Pria Peninju melelang jiwa binatangnya. Dia sangat tertarik dengan busur jiwa bintang berdarah sakral. Selain itu, binatang penjerit seharusnya sudah menyelesaikan evolusi menjadi binatang berdarah sakral pada saat itu dan dia tidak dapat menyia-nyiakan itu.

Memikirkan tentang jiwa binatang, Han Sen memanggil jiwa binatang armadilo bersisik, yang adalah sebuah perisai bundar hitam yang sangat besar dengan lebar empat kaki. Perisai itu ditutupi dengan sisik dan duri dan terlihat mengerikan. Perisai ini lebih berfungsi untuk menyerang daripada bertahan, karena siapapun yang terbentur atau terpotong olehnya akan menderita luka parah.

"Barang yang sangat bagus, jika dipadukan dengan kecepatan pembantai berdarah, bahkan Qin Xuan juga tidak berani mendekatinya." Han Sen membayangkan scenario itu dan tertawa terbahak-bahak.

Di pagi berikutnya, Han Sen pergi ke stasiun teleportasi untuk berlatih, dan Yang Manli memberinya tes kebugaran yang lainnya.

Han Sen menggunakan Kulit Giok untuk mempertahankan nilainya antara 10 dan 11, membuat Yang Manli merasa cukup puas.

Han Sen tidak mengetahui berapa indeks kebugaran dia yang sebenarnya karena dia tidak terbiasa menggunakan kekuatan penuhnya dalam tes akhir-akhir ini. Selain itu, dia telah mendapatkan lima poin geno mutan tambahan dari memakan daging monyet mutan berekor hitam dan sekarang total poin geno mutan yang dia peroleh adalah 52.

Yang Manli memanfaatkan beberapa hari yang tersisa untuk memberikan pelatihan komprehensif kepada Han Sen, agar dia tidak dapat bermalas-malasan sama sekali.

Sebagai seorang prajurit, walaupun dia tidak menyukai Han Sen, dia tetap berusaha keras untuk melatih Han Sen karena itu adalah perintah Qin Xuan. Apakah dia dapat diterima nanti sama sekali bukan urusannya. Dia sebenarnya tidak ingin Han Sen diterima karena dia merasa Dollar adalah kandidat pemanah yang terbaik dalam pasukan ini.

Tetapi keberadaan Dollar tidak pernah dapat diprediksi dan dia bahkan tidak dapat menghubunginya, apalagi membujuknya untuk bergabung dengan pasukan, yang mana membuatnya cukup kesal.

Ketika ujian masuk hampir dimulai, Qin Xuan sebagai penguasa stasiun tidak akan meninggalkan stasiun untuk menemani han Sen ke Planet Elang di mana Akademi Militer Elang Hitam berada. Sebaliknya, dia memberikan Han Sen sebuah tiket pesawat ruang angkasa antar bintang, dan memintanya untuk menempuh ujian.

Han Sen telah berbincang dengan Luo Sulan tentang akan pergi ke akademi militer. Dia sangat mendukung keputusannya. Jika dia dapat masuk ke sekolah militer terkenal dan lulus dari sana, dia dapat bertugas sebagai petugas peringkat rendah dan bukan sebagai prajurit, walaupun jika nilainya hanya pas-pasan. Dengan demikian dia tidak perlu terlalu menderita dan kesempatannya untuk bertahan hidup di medan perang juga akan lebih tinggi.

Jika nilainya bagus, maka lebih baik lagi. Dengan demikian, mungkin dia akan ditugaskan di posisi yang relatif aman, yang merupakan keinginan Luo Sulan. Satu-satunya kekuatiran dia adalah Han Sen mungkin tidak dapat lulus ujian masuk ke sekolah sebagus Elang Hitam.

Bagaimanapun juga, Han Sen hanya lulusan sistem edukasi wajib integrasi dan kesempatannya untuk masuk ke akademi militer yang bahkan cukup sulit bagi banyak lulusan sekolah swasta memang cukup mengkhawatirkan.

Dalam pesawat ruang angkasa antar bintang, Han Sen melihat ruang tak terhingga di luar jendela dan jantungnya mulai berdetak kencang. Ini adalah pertama kali dia meninggalkan Planet Roca.

Pada saat ini, Han Sen teringat kata-kata dari sebuah buku yang pernah dia baca, "Taklukanku adalah lautan bintang."