Lu Weinan memang pandai melarikan diri. Menggunakan kecepatan kakinya yang hebat, dia mampu menarik tangannya dan lari dari harimau itu.
Meowth hampir menerkam Lu Weinan dan siap meluncurkan serangan selanjutnya.
"Meowth, sini makan lagi." panggil Han Sen. Dia mengandalkan Lu Weinan untuk mengantarnya dan tidak ingin dia terbunuh.
Weinan menunjuk Meowth dan berseru, "Bukannya dia peliharaan jiwa binatang? Bagaimana bisa..."
Han Sen tidak menjawab dan lanjut makan. Lu Weinan langsung mengerti, "Dia berevolusi!"
Lu Weinan melempar tatapan iri pada Meowth, dan berkata, "Bung, kau sangat beruntung. Bahkan peliharaan mutanmu sudah berevolusi. Sekarang pasti lebih bernilai dibandingkan jiwa binatang berdarah sakral lainnya."
"Iya, aku beruntung."
Han Sen berpikir dalam hati, "Kalau kau lihat malaikat suci, kau akan tahu seperti apa rupa peliharaan yang benar-benar berharga."
Memikirkan malaikat suci, Han Sen sedikit kesal. Dia mencoba memberinya makan daging mutan, dan dia bahkan tidak meliriknya.
Saat Han Sen memakan daging berdarah sakral, dia sangat tertarik. Sayangnya, Han Sen belum mampu daging berdarah sakral.
Setelah dua orang dan satu kucing kenyang, mereka melanjutkan perjalanan. Karena kelabang itu terlalu besar, Han Sen tidak bisa memperoleh satu pun poin geno mutan dengan sekali makan.
Setelah terbang selama beberapa hari di Rawa Gelap, mereka sampai di tujuan. Sayangnya, semua makhluk mutan yang mereka lihat terlalu besar, dan Han Sen hanya memperoleh satu poin geno mutan.
Sekarang mereka berada di tepi rawa. Di rerumputan, berdirilah seekor kuda terbang, dan di punggungnya duduklah seorang ksatria terbalut baju besi hitam bercahaya dengan tombak hitam di tangannya.
Meski dari jauh, Han Sen yakin itu bukanlah manusia, seperti yang Lu Weinan katakan.
Jubah ksatria itu bukanlah besi atau batu, lebih menyerupai cangkang kura-kura atau sejenis kumbang. Dan tidak ada celah antara bagian baju pelindungnya.
Ini sangatlah aneh. Han Sen yakin itu adalah makhluk berdarah sakral yang sangat sulit untuk dihadapi.
Dia jauh lebih kuat dari manusia batu yang Huangfu pernah tunjukkan padanya. Hanya dengan melihat tombak dan tunggangannya, Han Sen yakin itu bukanlah makhluk berdarah sakral biasa.
Makhluk humanoid memang sudah sangat kuat, dan yang satu ini memiliki tunggangan, sesuatu yang bahkan belum pernah Han Sen dengar sebelumnya.
"Bung, benar kan? Ini adalah makhluk berdarah sakral?" sambil bersembunyi di rerumputan, Lu Weinan berbisik pada Han Sen.
"Iya, itu memang makhluk berdarah sakral. Namun, dia kelihatannya sangat kuat dan aku tidak yakin bisa menghadapinya." Han Sen mengatakan yang sebenarnya.
Makhluk berdarah sakral itu sangat aneh. Han Sen tidak berpikir dia lebih lemah dari malaikat suci dari pulau misteri. Akan tetapi, dia tidak punya cadangan kupu-kupu hantu berdarah sakral saat ini.
Untungnya, dia memiliki pedang berlian. Bahkan meski makhluk ini sekuat malaikat suci, dia masih punya kesempatan.
"Bung, aku perbolehkan dirimu untuk membagi hasilnya." Lu Weinan berpikir mungkin Han Sen tidak puas terhadap usulnya..
"Aku takut kita berdua tidak mampu mengalahkannya." Han Sen percaya kuda terbang hitam itu pasti memiliki kemampuan khusus selain hanya sebagai tunggangan.
Lu Weinan sangat optimis dan berkata, "Coba saja dulu. Jenis makhluk berdarah sakral ini pasti sangat berharga. Jika kita bisa memperoleh jiwa binatangnya, maka kita akan kaya raya."
"Baiklah. Jadi, mari kita bicara soal pembagian hasilnya dulu. Aku khawatir usulmu tidak berlaku," kata Han Sen.
"Apa pendapatmu?" Lu Weinan menatap Han Sen dan berkata dengan hati-hati.
"Karena kau telah memberikan informasi, kau bisa mengambil 20% dari keuntungan kita. 80% sisanya akan dibagi menurut kontribusi kita dalam perburuan. Bagaimana menurutmu?" Han Sen memikirkannya dan menyarankan.
"Oke." Lu Weinan setuju dengan syarat Han Sen. Dengan ini, dia setidaknya dapat 20%, sementara komplotan besar mungkin hanya memberinya 10% bagian.
Selain itu, jika Lu Weinan memberikan kontribusi, dia akan mendapat lebih banyak. Lu Weinan awalnya ingin berusaha membantu, karena dia mungkin bisa memperoleh jiwa binatang jika ada kesempatan untuk melakukan serangan terakhir.
Setelah selesai berdiskusi, mereka mengendap-endap menuju makhluk berdarah sakral yang bersembunyi di rerumputan. Han Sen pikir, tidak peduli sekuat apapun makhluk berdarah sakral itu selama dia tidak bisa terbang, tidak akan terlalu berbahaya untuk mereka berdua.
Saat mereka berada 500 kaki dari makhluk berdarah sakral itu, dia tiba-tiba menoleh ke arah mereka.
Han Sen melihat dengan sangat jelas kalau di belakang topi pelindung makhluk berdarah sakral itu ada sepasang mata merah, semerah api neraka.
Sebelum Han Sen dan Lu Weinan bisa bereaksi, makhluk berdarah sakral itu dengan cepat menyuruh kuda terbang hitam untuk menyerang mereka dan mengangkat tombak hitamnya.
"Awas! Dia sangat kuat!" Han Sen menggenggam pedang berliannya dengan kedua tangan dan menggunakan Kulit Giok semaksimal mungkin.
Kuda terbang itu kecepatannya luar biasa. Dia juga mampu mengapung di atas air dan tidak tenggelam.
Dengan segera, makhluk berdarah sakral itu berada hanya beberapa kaki dari Han Sen. Dengan kecepatan tinggi, dia dengan cepat menggunakan tombaknya untuk menusuk dada Han Sen.