Chapter 207 episode 207

Pelayan masih sibuk dengan uang pemberian dari Zira. Dia melakukan seperti yang sering di iklankan di televisi tentang mengecek keaslian uang kertas. Setelah di cek, pelayan tadi merasa gembira karena uang tersebut asli.

Zira sudah duduk berhadapan dengan Kevin. Ziko melihat dan berjalan ke arah meja Zira. Walaupun ada rasa marah ketika melihat istrinya dengan pria lain, tapi dia berusaha untuk menahan emosinya. Ziko berdiri di samping meja. Zira dan Kevin melihat ke arahnya.

" Mau apa kamu di sini." Ucap Zira ketus.

" Mau duduklah." Ucap Ziko cepat.

Zira melihat sekeliling warung, masih banyak kursi yang kosong di dalam warung itu.

" Kenapa kamu harus duduk di sini, kan masih banyak kursi yang kosong." Ucap Zira menunjuk ke arah kursi yang kosong.

" Sayangku, apa kamu lupa, aku itu takut akan kesendirian." Ucap Ziko cepat langsung duduk di sebelah istrinya.

" Hey siapa yang mengizinkan kamu duduk di sebelahku." Ucap Zira lagi.

" Istriku sayang, kita sama-sama mengidam jadi tidak baik duduk saling berjauhan." Ucap Ziko asal mencari alasan agar bisa duduk berdekatan dengan istrinya. Zira memikirkan sesuatu.

Apa si ubi kayu benar-benar mengidam juga, apa hanya alasan saja. Tapi ngapain juga dia datang ke warung rujak ini, jangan-jangan dia ikutan ngidam juga.

Ziko terus memandangi wajah istrinya dari samping. Dia mengelus lembut rambut Istrinya.

" Ih ngapain sih." Ucap Zira kesal dengan tingkah pria di sebelahnya. Zira langsung menepis tangan suaminya dengan keras.

" Ada kutu di rambut kamu." Ucap Ziko cepat. Ziko merasa alasannya terlalu di buat-buat.

" Kenapa enggak kamu bilang aja ada jangkrik di rambutku." Ucap Zira cepat.

Kevin tersenyum melihat dua orang di depannya. Mereka bertengkar kembali suasana seperti ini yang selalu di kangenin dirinya.

" Ngapain kamu tersenyum sendiri." Ucap Ziko cepat.

" Saya kesurupan tuan." Ucap Kevin asal sambil tertawa kecil.

" Cih, kalau kamu kesurupan tidak berpengaruh kepadaku, mau kamu ayan mau kamu muntaber enggak ada pengaruhnya kepadaku." Ucap Ziko cepat.

Kevin hanya tersenyum tidak membalas apapun. Tanpa sengaja Kevin menyenggol kaki Ziko. Ziko kembali menendang ke arah Kevin. Dia melakukan berulang kepada Kevin. Zira memperhatikan kedua pria tersebut secara bergantian.

" Kalian berdua kalau mau main bola jangan di bawah meja. Main bola di bawah meja, kalau berani main tuh di tengah jalan." Ucap Zira ketus sambil menunjuk ke jalanan.

Kedua pria tersebut saling diam tidak melakukan tindakan apapun. Walaupun Ziko belum puas menendang kaki Kevin, dia merasa kalau Kevin sengaja melakukannya. Ziko berusaha untuk lebih tenang di depan Istrinya.

Pelayan datang membawakan pesanan mereka. Satu porsi untuk Zira, satu porsi lagi untuk Kevin. Dan dua porsi langsung di hadapkan pelayan di depan Ziko.

" Kenapa aku dua porsi?" Ucap Ziko bingung karena yang lain hanya mendapatkan satu porsi.

" Bukannya tadi tuan bilang pesan yang sama dengan mbak ini." Ucap Pelayan tersebut.

" Mbak, mbak, dia ini istriku." Ucap Ziko meralat omongan pelayan tersebut. Pelayan tersebut menganggukkan kepalanya.

" Mbak terima kasih atas uangnya, uangnya ternyata asli bukan palsu." Ucap Pelayan tersenyum senang.

Zira menganggukkan kepalanya cepat. Pelayan tadi langsung pergi meninggalkan meja. Zira sudah mulai memakan rujaknya. Zira memakan rujaknya sangat teliti. Dia memakan buah jambu terlebih dahulu, ketika buah jambu habis dia melanjutkan makan buah bengkuang seperti itu seterusnya. Ziko memperhatikan cara makan istrinya dia mengikuti semuanya tanpa ada celah. Zira melirik sekilas dan langsung merencanakan sesuatu ingin mengerjai suaminya. Zira mengambil potongan buah pepaya dan memasukkan ke dalam mulutnya, Ziko mengikutinya dan menelannya, tapi tidak dengan Zira, dia mengeluarkan buah pepaya itu dari dalam mulutnya dan meletakkan di atas tisu.

" Aih kenapa kamu keluarkan lagi buah itu." Ucap Ziko heran.

" Cih apa kamu tau, sekarang bukan jadwalnya buah pepaya yang masuk ke dalam perutku masih ada buah timun yang belum aku habiskan." Ucap Zira cepat.

" Terus bagaimana dengan buah yang aku telan tadi, apakah akan berpengaruh pada iler anak kita." Ucap Ziko ragu. Karena setau dia, kalau tidak mengikuti kemauan si jabang bayi biasanya anaknya akan ileran. Jadi menurut dia, apa yang di lakukan Zira adalah kemauan anaknya.

" Enggak anakku enggak akan ileran tapi kamu yang akan ileran." Ucap Zira lagi sambil mengunyah rujaknya.

" Jangan bercanda kamu, memangnya ada yang seperti itu ya?" Ucap Ziko ragu. Dia memang belum paham mengenai semuanya baik tentang ngidam dan yang lainnya.

" Iya benar." Ucap Zira lagi cepat.

" Memangnya kalau suami ileran dari mananya?" Ucap Ziko penasaran.

" Dari sini." Ucap Zira menunjukkan lubang hidungnya.

Ziko menutup mulutnya ketika melihat lubang hidung istrinya.

" Sayang kenapa bulu hidung kamu lebat seperti hutan." Goda Ziko.

" Ini bukan bulu hidung tapi bulu ketek aku pindahkan kesini." Ucap Zira cepat.

Ziko mau berbicara lagi tapi sudah di marahi istrinya.

" Stttt diam, aku mau makan, jangan buat selera makanku rusak." Ucap Zira cepat.

Ziko diam, selama dia menikah baru ini dia di bentak sama istrinya. Tapi dia tidak mengambil perasaan atau perilaku Zira kepadanya.

Zira menyeruput minumannya dan Ziko ikut menyeruput minuman istrinya.

" Hey kenapa kamu minum punyaku." Ucap Zira kesal.

" Ah sayang apa kamu lupa, kita makan sepiring berdua dan minum segelas berdua." Ucap Ziko mencari alasan.

" Cih itu dulu, sekarang tidak ada berduaan denganmu." Ucap Zira lagi.

" Kenapa? Apa sebegitu bencinya kamu dengan diriku." Ucap Ziko sambil melihat kearah istrinya.

" Ya aku sangat benci benci sama kamu." Ucap Zira tegas.

Ada rasa perih ketika Zira mengucapkan kata itu. Tapi Ziko bertekad untuk lebih bersabar dalam menghadapi istrinya.

" Sayang kalau kamu benci sama aku, kenapa kamu tidak mengusirku duduk bersebelahan denganmu." Ucap Ziko lembut.

Zira baru tersadar seharusnya dia sudah mengusir pria yang berada di sampingnya dari tadi. Tapi entah setan apa yang merasukinya sehingga dia tidak bisa berbuat seperti itu kepada suaminya.

" Aku itu hanya mewujudkan kemauan anakku." Ucap Zira lagi cepat.

" Memangnya apa kemauan anak kita." Ucap Ziko penasaran.

" Anak kita, anak kita, ini anakku ya." Ucap Zira sedikit emosi.

" Ya anak kamu dan anak kita." Ucap Ziko cepat.

" Enggak anak ini bukan anak kamu."

" Ok, kalau memang itu bukan anak aku, jadi itu anak siapa? Memangnya kamu bisa hamil sendirian tanpa ada bantuan dari aku. Secarakan aku yang banyak bekerja keras pada saat itu." Ucap Ziko asal.

Zira langsung menutup mulut suaminya. Kevin tidak bisa membayangkan ungkapan yang di ucapkan Ziko.

" Maaf tuan, seperti apa kerja keras maksud anda." Ucap Kevin polosnya

Zira langsung menepuk dahinya.

" Kamu sudah keluar dari Raharsya group masih saja . Memangnya di kasih makan apa kamu sama majikan barumu." Ucap Ziko menyindir Zira.

" Makan pantat ayam." Ucap Zira lagi.

Tidak tau apa yang dipikiran Kevin, kata kerja keras menurutnya berkaitan dengan fisik dan yang terlintas dalam benaknya adalah bekerja untuk menafkahi keluarga.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."