Chapter 208 episode 208

Zira sudah menghabiskan rujaknya begitupun dengan suaminya, hanya mereka yang merasa nikmat dengan hidangan tersebut. Zira beranjak dari kursinya, di ikuti dengan pria di sebelahnya.

" Ayo cepetan." Ucap Zira cepat ke arah Kevin, sambil jalan keluar. Ziko mengikutinya dari belakang, begitupun dengan Kevin, dia juga mengikuti majikan barunya.

Ziko menghadang langkah Kevin ketika istrinya sudah berada di luar warung.

" Jauhi istriku." Ucap Ziko memperingatkan.

" Maaf tuan, saya lebih mendengarkan ucapan majikan saya." Ucap Kevin cepat.

Ziko jengkel dan merasa cemburu, ketika berada di dalam warung, dia berusaha untuk menahan diri agar tidak menunjukkan kemarahannya. Kevin sudah berjalan melewati pria di belakangnya.

" Hey, aku belum selesai dengan kamu." Ucap Ziko sambil menarik bahu Kevin.

" Maaf tuan, silahkan anda memberitahukan hal ini kepada nona Zira." Ucap Kevin langsung menepis tangan pria di depannya dengan keras. Selama ini Kevin tidak pernah berani melakukan hal itu, tapi setelah dia bersama dengan Zira, dia berani melakukan itu. Ini bukan sikap perlawanan atau berontak kepada mantan bosnya. Tapi ini adalah sikap pengabdian dirinya kepada bos barunya.

Zira sudah menunggu di samping mobil Kevin. Kevin menyalakan remote mobil untuk membuka kunci mobil. Zira langsung duduk di sebelah kiri di samping kemudi setir. Ziko melihat hal itu, dia langsung bergegas dan menghampiri Kevin. Ketika Kevin hendak masuk ke mobilnya, badannya di geser oleh Ziko. Dengan otomatis Ziko yang masuk terlebih dahulu ke dalam mobil tersebut, dan duduk di belakang kemudi setir.

" Hey, untuk apa kamu di sini, seharusnya Kevin yang berada di situ." Gerutu Zira sambil melihat Kevin yang sudah berdiri di samping mobil, tepat di sebelah Ziko.

" Tuan ini mobil saya."

" Yang bilang mobil aku siapa? Ini pakai mobilku." Ucap Ziko memberikan kunci mobilnya kepada Kevin. Kevin tidak mengambil kunci mobil itu, dia masih berdiri di samping mobilnya.

" Cepat kamu keluar dari sini." Ucap Zira kesal sambil mendorong lengan suaminya.

" Aku akan tetap berada di sini." Ucap Ziko bertahan.

" Baik, kalau kamu tidak mau keluar, aku yang akan keluar." Ucap Zira cepat sudah membuka pintu mobil. Ziko menahan lengan Istrinya agar tidak keluar dari mobil.

" Lepaskan." Ucap Zira menunjuk lengannya hanya dengan lirikan matanya.

" Sayang aku mohon, izinkan aku ikut mengantarkan kamu pulang." Memohon.

" Siapa yang mau pulang, aku itu mau shoping." Ucap Zira cepat.

" Nah terserah, kamu mau shoping atau kamu mau pulang pokoknya aku yang antar." Ucap Ziko cepat masih tetap memohon.

" Enggak, aku kan mau berpisah dengan kamu, untuk apa kamu mendekatkan dirimu lagi kepadaku." Ucap Zira cepat sambil membuka genggaman tangan suaminya di lengannya.

Ziko hening, dia tidak menyangka Istrinya mengucapkan kata itu lagi. Ziko berusaha bersabar dengan semua kenyataan yang akan di hadapinya kelak.

" Sayang, apa salahnya jika kita tidak bertengkar seperti ini, seandainya pun kita berpisah aku mau berpisah dengan damai tanpa ada permusuhan." Ziko sengaja mengucapkan kalimat seperti itu agar dia bisa terus bersama dengan Zira. Dia yakin jika mereka terus bersama lambat laun Zira akan menarik gugatan tersebut.

" Enggak, aku bilang enggak ya enggak." Ucap Zira keras.

Kevin sudah duduk dibelakang. Dia merasa capek harus berdiri terus di luar.

" Maaf tuan dan nona sekalian, ini adalah mobil saya, jika anda berdua mau bertengkar silahkan pindah ke mobil yang lain. Jangan tambah kotoran di telinga saya dengan pertengkaran kalian." Ucap Kevin tegas sambil menyandarkan kepadanya diatas kedua tangannya.

Pasangan suami istri itu saling pandang dan menoleh ke arah pria yang ada di belakang mereka. Ziko langsung memukul pria tersebut dengan tangannya.

" Sejak kapan kamu berani seperti ini." Ucap Ziko tegas.

" Sejak pertengkaran kalian yang tidak pernah kunjung selesai, semenjak itu keberanian saya muncul." Ucap Kevin menyindir. Dia sengaja melakukannya agar dua orang tersebut behenti bertengkar.

" Ayo nyalakan mesin mobilnya, saya ingin merasakan nikmatnya seperti apa ketika mobil ini di kemudikan bos sendiri." Ucap Kevin tersenyum tipis.

" Kamu lama-lama melunjak ya!" Ucap Ziko tegas.

" Hahahaha." Gelak tawa Zira terdengar suaminya. Ziko yang tadinya berniat ingin memukul Kevin, kini melihat aneh ke arah Istrinya.

" Kenapa kamu tertawa, apanya yang lucu?" Ucap Ziko bingung.

" Lucu aja membayangkan kalau kamu yang mengemudikan mobil ini, dan si asisten ada di belakang. Kapan lagi melihat Ziko jadi supir dari asistennya." Ucap Zira masih dengan gelak tawanya.

Apa yang di katakan Istrinya seperti mengejek dirinya. Dia sudah membuka pintu, salah satu kakinya sudah keluar tapi dia memikirkan sesuatu.

Jangan-jangan ini rencana dia, agar aku keluar dari mobil ini.

" Karena hari ini perasaanku sedang baik, maka aku akan menjadi supir untuk kalian berdua." Ucap Ziko merapatkan giginya seperti tidak rela, sambil menutup pintu mobil kembali dengan keras.

" Tuan kalau pintu mobil saya lepas, bagaimana?" Ucap Kevin khawatir dengan mobilnya.

" Ganti aja pakai tirai." Ucap Ziko cepat.

Ziko sudah menyalakan mesin mobil. Dan melajukan mobil tersebut ke jalanan. Zira manyun, rencananya gagal. Dia tidak menginginkan kehadiran Ziko di sisinya. Tapi dengan berat hati dia ikhlas. Menurutnya biarlah ini sebagai awal perkenalan anak dengan Bapaknya.

Pusat kota di penuhi dengan kendaraan. Banyak kendaraan yang lalu lalang di jalanan. Dan ada kendaraan yang terjebak macet, karena memang lalu lintas pada saat itu lumayan ramai.

Asap knalpot mengudara dimana-mana. Asap yang sangat tidak sehat karena bisa mengganggu tenggorokan manusia. Banyak gedung di sana sini, membuat udara semakin terasa panas. Begitupun dengan Zira, dia merasa gerah. Dia menyetel AC mobil yang paling kencang. Karena faktor hamil, jadi Zira merasa gampang gerah. Mungkin akan nikmat bagi Zira ketika dia sudah merasa adem tubuhnya, tapi tidak dengan dua orang pria yang berada di dalam mobil. Mereka merasa kedinginan.

" Nona, kenapa kencang banget menyetel AC mobilnya." Ucap Kevin sambil melipatkan kedua tangannya kedada.

Zira melirik sekilas dan tidak menghiraukan lagi. Menurutnya suhu yang ada di dalam mobil itu sudah pas. Ziko menyetel kembali AC mobil dengan suhu yang normal. Tapi Zira langsung menepuk tangan suaminya.

" Jangan di ganti-ganti." Ucap Zira cepat sambil mengembalikan suhu yang paling dingin.

" Sayang jangan buat kami beku seperti ini. Cukup hati Kevin saja yang beku." Ucap Ziko dengan suara bergetar.

" Cih, apa kamu tau? Ini adalah permintaan si orok." Ucap Zira cepat sambil menunjuk ke arah perutnya.

" Sayang apa nama anak kita sudah berubah dari Zokoh menjadi orok?" Ucap Ziko dengan suara bergetar. Ziko memang tidak mengerti dengan istilah yang di utarakan istrinya. Menurutnya orok itu adalah sebuah nama.

Zira menepuk dahinya, tidak percaya dengan pria di sebelahnya. Seorang CEO bisa tidak mengerti dengan istilah yang di ucapkannya.

" Aih kamu itu sekolah tinggi-tinggi sampai keluar negeri, tapi tidak mengerti istilah orok. Orok itu adalah sebutan untuk bayi." Ucap Zira menjelaskan.

Ziko manggut-manggut mulai paham.

" Tapi bagus juga kalau nama anak kita Orok putra Raharsya." Ucap Zira tertawa kecil. Ziko yang melotot, dia tidak rela jika yang memberikan nama anaknya adalah Zira. Menurutnya jika Zira yang memberikan nama untuk anaknya pasti hancur tidak ada bagus-bagusnya.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."