Chapter 209 episode 209

" Kenapa tidak di tambahi huruf Z aja, di awal kata Orok. Kan keren kalau namanya jadi Zorok putra Raharsya." Ucap Kevin dengan gelak tawa. Walaupun dengan badan yang kedinginan dia masih bisa nyeletuk memberikan komentar yang lucu.

Ziko mengerem mendadak ketika pria yang jadi sok bos itu mengucapkan kata itu. Kevin terjerembab di belakang kursi Zira.

" Kenapa sih, kamu rem mendadak." Gerutu Zira kesal.

" Apa kamu tidak dengar apa yang di katakan bos jadi-jadian ini." Ucap Ziko kesal.

Kevin tidak merasa bersalah dia malah asik dengan perannya sebagai bos. Didalam benaknya kapan lagi dapat menikmati momen seperti ini.

" Baru satu hari jadi supir sudah mau buat kami celaka. Dasar enggak becus jadi supir." Ucap Kevin santai.

Zira tertawa mendengar ucapan pria di belakangnya. Ziko sudah mulai emosi, wajahnya memerah kalau bisa dilihat dengan mata batin, dari ubun-ubun ada keluar cerobong asap yang menandakan emosinya sudah sampai level 10.

Ziko membuka safety beltnya. Sebagian badannya sudah masuk ke celah antara kursi Zira dan kursi yang di dudukinya. Ziko berusaha menarik dan menggapai kerah kemeja Kevin. Tapi suara klakson dari belakang membatalkan niatnya. Ziko menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Dia memberhentikan mobil di area yang tidak padat lalu lintas.

" Kenapa berhenti lagi." Ucap Zira cepat.

Ziko sudah turun dari mobil. Dia ingin melampiaskan amarahnya yang tertunda. Ziko sudah membuka pintu mobil belakang, tepat pintu di belakang Zira. Zira sudah mulai melihat gelagat yang tidak baik.

" Stop Ziko. Kalau kamu masih mau menyetir mobil ini lebih baik kamu batalkan niat kamu memukulnya." Ucap Zira cepat sambil memutar badannya.

Ziko tidak menghiraukan ucapan istrinya lagi. Dia sudah memegang kerah kemeja Kevin. Ziko sudah mengepalkan tangannya ingin memukul Kevin lagi. Zira turun dari mobil dan langsung menjewer telinga suaminya.

" Masuk enggak." Ucap Zira cepat sambil tetap menjewer telinga suaminya.

Ziko membatalkan aksinya untuk memukul Kevin. Orang yang lewat melihat kejadian itu berasumsi sendiri.

Pasti suami takut istri tuh.

Mereka berasumsi aneh-aneh tentang kejadian itu. Zira membuka pintu belakang ada Kevin duduk di kursi itu.

" Geser." Ucap Zira memerintahkan Kevin untuk bergeser ke sebelah kanannya.

" Masuk." Ucap Zira memerintahkan suaminya masuk duduk di belakang.

" Apa? Kamu suruh aku duduk dengan hantu blau ini?" Ucap Ziko kesal. Dia tidak rela untuk duduk bersebelahan dengan Kevin.

" Terserah mau kamu bilang hantu blau, hantu deterjen terserah yang penting masuk." Ucap Zira tegas.

Dengan malas Ziko masuk dan duduk bersebelahan dengan Kevin.

" Siapa yang akan menyetir mobilnya?" Ucap Ziko lagi.

" Aku yang akan menyetir mobil ini, dan kalian berdua yang akan jadi bosnya." Ucap Zira tegas sambil memutari mobil dan duduk di belakang setir mobil.

" Nona, sebaiknya saya saja yang menyetir." Ucap Kevin.

" Kevin seperti yang telah aku bilang jangan panggil aku nona, panggil namaku." Ucap Zira sambil melirik dari kaca. Dia tidak mau jika harus duduk dengan Ziko. Jadi ini termasuk dalam rencana dirinya agar tidak duduk berdampingan.

" Apa? Aku tidak setuju kalau dia menyebutkan namamu tidak ada embel-embel nona di depannya." Ucap Ziko protes.

" Siapa yang minta persetujuan darimu." Ucap Zira cepat.

Zira menyalakan mesin mobil, tapi sebelumnya dia membalikkan badannya melihat kedua pria tersebut.

" Untuk kalian berdua, jangan ada yang bertengkar lagi, awas kalau masih bertengkar aku tabrakan mobil ini ke pohon." Ucap Zira tegas.

" Baik Zira. Memangnya mau di tabrakan ke pohon mana." Ucap Kevin cepat tidak ragu dengan menyebutkan nama majikannya sambil melihat sekeliling jalan yang tidak ada pohon sama sekali.

" Pohon toge." Ucap Zira cepat.

Ziko dengan mulut manyun mengejeknya ke arah Kevin. Dia tidak ikhlas kalau Kevin langsung menyebut nama istrinya tanpa ada gelar nona.

" Satu lagi baca doa." Ucap Zira sambil mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi. Ziko dan Kevin sampai miring kesana kemari sehingga mereka saling berdekatan. Mereka tidak memakai safety belt jadi badan mereka dengan gampang terhentak kesana kemari. Dan itu juga bagian dari rencana Zira agar dua orang kakak beradik beda ibu dan beda bapak yang hanya di satukan dalam ikatan pekerjaan saling bersahabat kembali.

" Istriku, hentikan aku mau muntah." Ucap Ziko cepat. Zira menghentikan mobilnya di jalanan yang sepi. Ziko keluar dari mobil langsung memuntahkan semua makanan yang baru saja di makannya yaitu rujak. Ketika sudah merasa lega dia menyandarkan tubuhnya ke samping mobil. Zira melihat suaminya muntah jadi ingin ikutan muntah. Zira sama-sama mengeluarkan rujak tersebut dalam muntahannya. Mereka saling berdekatan berdiri di samping mobil. Momen yang lucu di abadikan Kevin dari dalam mobil.

" Sekarang saya yang akan menyetir." Ucap Kevin cepat sambil keluar dari mobil.

" Aku masih kuat untuk menyetir mobil ini. Masuk! Kalian berdua masuk." Ucap Zira memerintahkan dua pria tersebut masuk ke dalam mobil.

" Aku tidak mau kamu yang menyetir. Kamu menyetir seperti seorang pembalap Rosa." Ucap Ziko cepat.

" Maaf tuan, kalau pembalap Rosa bukannya pembalap motor bukan mobil." Ucap Kevin protes.

" Sama saja, mau pembalap motor atau mobil pokoknya dia mirip sama Rosa." Ucap Ziko lemas.

Kevin sudah duduk di belakang setir mobil. Ziko menuntun istrinya untuk duduk di belakang. Dia enggan untuk duduk di sebelah suaminya apalah daya dia sudah lemas karena muntah yang lumayan banyak. Dan semua karena ulahnya sendiri. Mereka duduk saling bersebelahan. Sama-sama lemas, sama-sama saling menyandarkan kepalanya masing-masing bersebelahan.

Kevin tersenyum dari balik kaca mobil. Walaupun ada rasa senang ketika mereka berbaikan sementara, tapi ada rasa sedikit kecewa melihat hal seperti itu. Dan dia belum mengerti akan arti itu. Kevin melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Tanpa terasa dua orang di belakang tertidur. Kepala Zira sudah jatuh ke paha Ziko. Dan Ziko menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Mereka tidak sadar akan hal itu. Kevin mengabadikan lagi momen itu ketika berada di traffic light.

Setelah mobil menyusuri jalan demi jalan. Mobil sampai di sebuah supermarket terbesar di kota itu. Sebelumnya Zira sudah mengatakan kepadanya kalau dia ingin membeli sesuatu di sana. Kevin memarkirkan mobil di parkiran jauh dari pintu masuk. Dia masih menunggu dua orang di belakangnya bangun. Dia tidak ingin membangunkan keduanya. Dia mengirimkan sesuatu ke ponsel dua orang tersebut. Dia berharap dengan ini, kedua orang ini sadar akan kesalahannya dan saling memaafkan satu sama lain. Dia ingin semua bisa kembali seperti semula. Seperti pada saat mereka jadi trio Kwek Kwek. Selalu ada canda di antara mereka.

Perkawinan yang bahagia adalah penyatuan dua orang insan yang saling memaafkan dan saling memperbaiki diri menjadi lebih baik.

" Like komen dan vote yang banyak ya terimakasih."