Chapter 225 episode 224 (S2)

Tidak ada lagi pembahasan mengenai ngidam. Entah apa yang di rencanakan Ziko untuk memenuhi hasrat ngidam Istrinya. Dari ngidam minta ketemu artis sampai mau menjitak kepala preman pasar. Mungkin terkesan mengada-ada, tapi Ziko hanya mengambil pemikiran yang baik tentang itu. Dengan ngidam artis maka dia berharap anaknya jika perempuan akan berwajah cantik seperti artis tersebut dan berakhlak yang baik seperti ibunya. Dan untuk yang ngidam preman Ziko belum bisa membaca maksud Istrinya, walaupun sudah di katakan ngidam tapi menurutnya Zira seperti ada dendam kesumat dengan preman itu. Tapi itu entah benar entah tidak hanya Zira yang tau dengan rencananya.

Mobil melaju dengan lambat, karena ada perbaikan jalan di ujung sana sehingga menyebabkan jalanan macet. Ada kebosanan sama mereka bertiga.

" Vin, tadi seharusnya jangan lewat jalur yang ini, kenapa tidak lewat jalur yang lain." Ucap Ziko memberi ide kepada asistennya. Ada dua jalur untuk menuju pusat kota. Satu jalur melewati perkotaan dan jalur satu lagi melewati jalan-jalan singkat rumah penduduk.

" Tuan gimana kalau menghilangkan kebosanan di dalam mobil, kita main tebak-tebakan." Ucap Kevin memberikan ide.

" Bagus juga tuh idenya." Ucap Zira cepat. Zira melihat ke arah suaminya memastikan apakah setuju dengan ide Kevin.

" Ya terserah." Ucap Ziko malas.

" Baik di mulai dari aku." Ucap Zira semangat.

Pertanyaan pertama.

" Apa itu cemilan?

Kevin mengacungkan jarinya. Menurutnya itu pertanyaan yang gampang.

" Cemilan adalah makanan ringan yang di makan untuk mengisi waktu luang." Ucap Kevin mantap.

Zira menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dan jawaban Kevin ternyata salah. Zira melihat kearah suaminya untuk meminta jawaban.

" Nyerah." Ucap Ziko cepat malas berpikir.

" Cih malas banget kamu mikir." Gerutu Zira.

" Jawabannya cecudah celapan, cebelum cepuluh." Ucap Zira cepat sambil tersenyum tipis.

Kevin betepuk tangan dengan jawab asal dari istri bosnya. Tidak dengan Ziko, dia hanya bisa menggaruk kepalanya mendengar perkataan istrinya yang seperti anak kecil. Tapi menurutnya ok sih. Lanjut ke Kevin, sekarang dia yang mulai memberikan pertanyaan.

" Apa warna angin?" Ucap Kevin cepat.

" Angin mana punya warna, dan hanya bisa di rasakan saja." Ucap Zira komplen dengan arti dia tidak tau jawabannya. Dan Ziko hanya menggelengkan kepalanya tanpa mau berpikir panjang.

" Jawabannya merah kalau enggak merah kehitaman." Ucap Kevin cepat.

Zira sudah mau komplen dengan jawaban pria tersebut.

" Coba lihat hasil kerokan di badan orang yang masuk angin?" Ucap Kevin tersenyum. Zira manggut di paham. Menurutnya untuk jawab pria tersebut memang terkesan asal tapi bisa di benarkan juga karena kalau orang masuk angin yang lagi kerokan berwarna merah malah ada yang merah kehitaman tidak pernah berwarna pelangi. Giliran Ziko yang mulai membuat pernyataan.

" Kura-kura apa yang salam?" Ucap Ziko cepat sambil melihat kearah Istrinya. Zira berpikir kalau kura-kura tidak pernah pakai salam dan hanya pakai cangkang di badannya. Zira berpikir kalau pertanyaan berupa daun apa yang pakai salam, maka dengan cepat dia bisa menjawab daun salam. Dan Kevin juga tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

" Kurasakan ku sedang jatuh cinta ya salam." Ucap Ziko cepat sambil mengelus lembut wajah istrinya. Zira merasa berbunga-bunga mendengar gombalan suaminya. Kevin langsung memberi tebakan.

" Kenapa kalo kucing buang air besar selalu di tutup dengan pasir?"Ucap Kevin.

" Ah gampang tuh, karena takut di ambil sama kamu." Ucap Zira asal.

Tanpa terasa mobil sudah bisa keluar dari kemacetan. Awalnya membosankan tapi setelah main tebak-tebakan itu, waktu membosankan itu bisa hilang dengan sekejap.

Kevin mengantarkan istri majikannya ke butik. Zira ingin melanjutkan pekerjaannya yang banyak tertunda di butik itu. Sebelum Zira turun dari mobil tak lupa Ziko mengelus perut dan mengecup dahi Istrinya.

Mobil langsung menuju ke gedung Raharsya grup. Gedung menjulang tinggi yang menjadi primadona di kalangan perusahaan lain.

Koko menerima panggilan dari Zelin. Awalnya dia enggan menerima panggilan tersebut. Tapi karena ada rasa kangen ketika mendengar suara imut itu maka dia memberanikan diri menjawab panggilan dari Zelin.

" Apa kita bisa ketemu?" Ucap Zelin dari ujung ponselnya. Koko tidak menjawab, dia sudah berjanji kepada bosnya untuk menjauh dari kehidupan gadis tersebut. Tapi dia bingung harus mengatakan apa.

" Koko jawab aku?" Rengek Zelin dari ujung ponselnya. Koko mau menjawab, dari jauh dia melihat ada dua orang keluar dari lift khusus presiden direktur yaitu Ziko dan Kevin.

" Aih kenapa bisa muncul berbarengan seperti ini, adiknya di ujung ponsel ini malah kakanya sudah berada di depan mata." Gumam Koko.

" Koko, kamu ngomong apa sih." Ucap Zelin bingung, karena dia tidak mendengar ucapan pria tersebut.

" Aku lagi keselek layar komputer." Ucap Koko langsung menutup panggilan tersebut secara buru-buru.

Ziko dan Kevin sudah mulai mendekati mejanya.

" Pagi bos." Ucap Koko menyapa bosnya. Ziko menganggukkan kepalanya cepat. Dan bisa di artikan sama Koko kalau mood bosnya dalam keadaan baik. Dan dia tidak mau merubah mood bosnya. Jangan sampai terdengar di telinga bosnya kalau yang menelepon dirinya barusan adalah Zelin itu pikirnya. Ziko sudah masuk ke dalam ruangan.

" Pagi asisten Kevin." Ucap Koko cepat.

" Pagi Cici." Ucap Kevin cepat. Koko yang mendengar namanya di panggil Cici langsung manyun.

" Cici udah enggak ada yang ada hanya Koko." Ucap Koko gagah. Kevin hanya tertawa kecil mendengar penjelasan dari mantan pria gemulai tersebut. Dia belum bisa memastikan apakah pria tersebut benar-benar sudah sembuh dari gemulainya atau hanya pura-pura.

Di dalam ruangan.

Ziko sudah duduk di singgasananya. Penuh berkas di atas mejanya. Sudah lama dia meninggalkan pekerjaannya, karena kemaren dia sedang fokus menyelesaikan masalah rumah tangganya. Sekarang masalah rumah tangganya sudah selesai jadi Ziko bisa fokus memikirkan pekerjaan tanpa harus berbagi memikirkan yang lainnya.

" Tuan bagaimana dengan ngidam nona Zira." Ucap Kevin mengingatkan bosnya.

" Iya, aku juga belum memikirkan cara memenuhi permintaan istriku tentang artis itu."

" Bagaimana dengan preman itu?" Ucap Kevin lagi.

" Hemmmmm." Ziko memikirkan cara memenuhi permintaan Istrinya.

" Kamu kumpulkan semua preman yang ada pasar kalau perlu preman jalanan juga kumpulkan." Ucap Ziko cepat.

" Baik tuan, apa perlu copet juga di kumpulkan." Ucap Kevin memberikan ide.

" Iya kumpulkan mereka jadi satu tempat. Kalau bisa di sebuah aula. Dan bawa seorang ustadz untuk mereka." Ucap Ziko cepat.

" Untuk apa ustadz tuan?" Ucap Kevin penasaran.

" Ya untuk memberikan pengajian kepada preman-preman itu lah. Aku mau mereka berubah menjadi lebih baik. Bukan meresahkan warga. Kalau perlu bilang sama ustadz tema ceramahnya menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat." Ucap Ziko memberikan ide isi ceramah.

Kevin menganggukkan kepalanya mengerti.

" Apa lagi tuan." Ucap Kevin mengingatkan kembali sebelum dia melakukan rencananya.

" Tutup semua mata mereka. Aku tidak mau mereka melihat wajah istriku. Dan aku tidak mau mereka mengetahui siapa yang menjitak kepala mereka." Ucap Ziko cepat.

" Baik tuan." Kevin hendak pergi meninggalkan ruangan tersebut, dan ucapan Ziko menghentikan langkahnya.

" Beri santunan kepada mereka setelah selesai mendengarkan pengajian itu." Ucap Ziko lagi.

" Maaf tuan untuk apa santunan di berikan sama para preman itu?"

" Untuk modal mereka berwirausaha, biar mereka bisa lepas dari pekerjaan tersebut." Ucap Ziko menjelaskan.

Kevin manggut-manggut paham. Bosnya mempunyai hati yang mulia. Walaupun menurutnya bersakit-sakit dahulu karena kena jitak kemudian bersenang-senang karena mendapatkan santunan untuk modal wirausaha.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya terimakasih."