Chapter 234 episode 233 (S2)

Zelin dan Kevin masih duduk menunggu pasangan suami istri itu. Begitu mereka keluar, Zelin langsung berdiri. Dia menunggu sebuah penjelasan dari kakaknya.

" Kita makan di luar siang ini." Ucap Ziko cepat.

Zelin bengong, di pikirannya akan ada pembahasan masalah dirinya dengan Koko tetapi hanya terlontar dari mulut kakaknya mengenai makan siang di luar.

" Kakak." Rengek Zelin.

" Kenapa?"

" Aku enggak ikut." Ucap Zelin cepat.

" Ya sudah." Jawaban singkat dari kakaknya.

Zira yang melihat merasa geram melihat tingkah suaminya. Bukan merayu adiknya untuk ikut malah cuek bebek.

Ziko sudah keluar dari ruangan tersebut di ikuti Kevin di belakangnya. Zira dan Zelin masih di dalam ruangan.

" Kakak, apa kakak tidak menanyakan kepada kak Ziko?" Ucap Zelin penasaran.

" Ada kok, dia hanya berpesan agar kamu bisa jaga diri. Dan bisa memilih jalan hidup yang lebih baik. Tidak langsung memutuskan suatu perkara tanpa mengecek ataupun mencari tau terlebih dahulu." Ucap Zira menjelaskan.

" Jadi mengenai hubungan aku dengan Koko bagaimana?" Ucap Zelin lagi penasaran.

" Ya kamu nilai aja sendiri. Apakah dia baik atau tidak. Apakah dia bisa di jadikan

pasangan atau hanya sekedar teman. Jangan cepat memutuskan ya. Pikirkan saja dulu." Ucap Zira menarik tangan adik iparnya.

Di luar ruangan.

" Kita akan makan siang di luar. Kamu juga ikut." Ucap Kevin cepat.

" Baik Pak." Ucap Koko sopan.

Mereka semua turun ke loby dan menunggu di depan pintu loby. Kevin mengambil mobil di area parkiran beserta Koko juga. Koko di perintahkan Kevin mengendarai mobil Zelin.

Di area parkiran sekilas Kevin melihat sebuah motor gede. Dia mengingat plat motor itu. Motor itu adalah motor yang dia lihat pada saat di halte.

" Kenapa Pak?" Ucap Koko pelan.

" Apa ini motor kamu?" Ucap Kevin cepat.

" Bukan Pak, motor saya ada di sana." Ucap Koko menunjukkan motornya yang di parkir di ujung.

" Siapa yang punya motor ini?" Ucap Kevin penasaran.

" Kalo saya tidak salah liat. Itu motor sekuriti kita." Ucap Koko lagi.

Kevin manggut-manggut, dia seperti bisa menemukan jejak wanita setengah genre itu. Ternyata jejaknya tidak jauh dari penglihatannya.

" Kenapa Pak?" Ucap Koko penasaran juga.

" Tidak aku kirain punya kamu." Ucap Kevin bohong.

Kevin menyalakan mesin mobil Raharsya. Dan Koko sudah meluncur ke depan Pintu loby terlebih dahulu. Kevin ada di belakangnya.

Koko menyerahkan kunci mobil kepada Zelin.

" Kamu yang menyetir mobil Zelin. Dan Zelin ikut sama kami." Ucap Ziko cepat.

Zira membisikkan sesuatu ketelinga suaminya.

" Biarkan mereka pergi satu mobil. Kasih kesempatan untuk mereka berbicara." Ucap Zira berbisik.

" Zelin ikut sama Koko saja." Ucap Zira cepat.

Ziko mau melarang tapi sudah di tarik lengannya sama istrinya. Zira menarik suaminya mendekati mobil.

Kevin sudah membukakan pintu untuk mereka berdua.

" Tapi." Ucap Ziko pelan.

" Sudah masuk saja dulu." Ucap Zira cepat mendorong tubuh suaminya dengan susah payah agar bisa masuk ke dalam mobil.

Sedangkan Zelin sudah berada di dalam mobilnya berdua dengan Koko.

" Cepat ikuti mereka." Ucap Ziko memerintahkan Kevin. Kevin menyalakan mesin mobil dan mengikuti mobil Zelin dari belakang.

" Sayang kamu kenapa sih? Jangan norak deh. Biarkan saja mereka berbicara. Kasih kesempatan dong." Ucap Zira mengingatkan suaminya agar tidak terlalu over protective.

" Kalau dia macam-macam bagaimana?" Ucap Ziko khawatir.

" Tenang sayang, Koko tidak akan macam-macam. Dia hanya satu macam saja." Ucap Zira menenangkan.

Ziko tidak bisa duduk tenang, dia terus melihat kedepan dengan perasaan was-was. Zira hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya yang terlalu berlebihan.

Di dalam mobil Zelin.

Dua manusia yang beda jenis kelamin itu hanya dia membisu. Tidak ada yang saling berbicara. Ada rasa sungkan untuk mereka memulai pembicaraan. Di dalam terasa hening hanya suara kendaraan yang terdengar lalu lalang di jalanan.

Koko melirik sekilas begitupun Zelin. Mereka saling lirik-lirikkan. Koko memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.

" Maafkan aku, karena telah membuat kamu menangis." Ucap Koko pelan.

Zelin hanya diam dan melirik sekilas. Menurutnya tidak ada yang perlu di jawab. Biarkan Koko mengakui kesalahannya sendiri.

" Aku tau, tidak pantas aku berbicara seperti itu kepadamu. Aku tidak bermaksud membuat kamu sedih atau kecewa." Belum selesai Koko dengan kalimatnya, Zelin langsung memotong pembicaraannya.

" Ya tapi kamu telah mengecewakanku." Ucap Zelin emosi.

Koko diam, ingin rasanya dia mengatakan perasaannya yang sesungguhnya. Tapi dia tidak punya daya dan kuasa untuk mengatakannya.

" Apa sebelumnya kamu tidak mempunyai perasaan kepadaku?" Ucap Zelin lagi.

Deg jantung Koko berdebar kencang seperti perlombaan pacuan kuda. Dia tidak mungkin mengatakan iya dan tidak mungkin mengatakan tidak.

" Jawab aku jangan diam saja?" Ucap Zelin sedikit teriak.

" Aku, aku belum tau mengenai perasaanku kepadamu."

Wajah Zelin sudah terlihat sendu ketika mendengar kalimat yang terlontar dari pria di sebelahnya. Koko melanjutkan kalimatnya.

" Tapi aku senang ketika bertemu denganmu apalagi dekat denganmu. Momen itu yang selalu aku tunggu." Ucap Koko pelan.

Zelin bisa tersenyum tipis ketika mendengar ucapan Koko. Dia bisa mengambil kesimpulan sendiri. Perasaan Koko terhadap dirinya sama seperti perasaan dia kepada pria itu.

" Dan apa yang kamu ucapkan di kantor tadi benar?" Ucap Zelin penasaran.

Koko bingung mau menjawab apa. Ini sebenarnya kesempatannya untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi dia merasa khawatir dengan ancaman yang di berikan bosnya.

" Aku, aku sebenarnya menyukaimu. Dan aku tidak mempunyai kekasih." Ucap Koko pelan hampir tidak terdengar sama Zelin ucapan pria tersebut.

" Apa! Apa kamu menyukai aku?" Ucap Zelin menanyakan balik.

Koko menganggukkan kepalanya pelan. Zelin terlihat bahagia mendengarkan pengakuan pria itu.

" Tapi."

Ekspresi bahagia Zelin langsung berhenti ketika Koko melanjutkan kalimatnya.

" Tapi aku sadar kita tidak bisa bersama. Status sosial kita berbeda. Tidak mungkin kita bersama jadi aku harap kita hanya sebagai teman saja." Ucap Koko lagi.

Zelin ingin teriak. Mengapa semua orang selalu membuat perbedaan dengan status sosial. Di saat dia dekat dengan pria. Si pria mundur karena status sosial mereka yang berbeda.

" Kenapa?" Ucap Zelin teriak.

" Aku tidak bisa memiliki kekasih orang kaya sepertimu. Bisa di bayangkan apa kata orang-orang kalau kamu jadi kekasihku. Secara aku manusia yang hina." Ucap Koko merendah.

" Tidak kamu jangan berpikir seperti itu. Tidak semua orang kaya memandang status sosial seseorang untuk menentukan jodoh anaknya. Seperti orang tuaku. Dia tidak pernah memandang rendah orang lain. Semua sama di mata mereka. Sama-sama sederajat." Ucap Zelin menjelaskan.

" Sudahlah, kita berteman saja. Biarkan pertemanan kita seperti sediakala tanpa ada perasaan di dalamnya. Boleh ada perasaan tapi hanya perasaan sebagai sahabat." Ucap Koko menengahi masalah perbedaan itu.

Zelin tidak bisa memaksakan hubungan dengan pria itu. Menurutnya sudah mengetahui perasaan pria itu kepada dirinya sudah merupakan hal yang sangat membahagiakan. Dia juga setuju lebih baik mereka menjalani apa adanya. Dia yakin suatu saat Koko akan memperjuangkan cintanya. Dan suatu saat dia akan menjadi gadis yang paling bahagia ketika pria itu memperjuangkan hatinya. Dengan memperjuangkan hatinya lambat laun pasti kakaknya akan setuju dengan hubungan mereka.

" Like, komen dan Vote yang banyak ya. Terimakasih."