Chapter 286 episode 285 (S2)

Di butik.

Hari ini di butik banyak yang harus dilakukan. Zira sibuk di belakang mejanya, dan karyawan yang lain sibuk menata barang-barang yang masuk sesuai dengan jenis modelnya.

Karena sibuknya hari ini, dia ikut serta membantu karyawannya di lantai dua dan satu. Dia memberikan instruksi kepada karyawannya dalam menata pakaian yang baru masuk.

Saking sibuknya dia harus mondar mandir naik dari lantai satu kelantai dua, begitu seterusnya.

Pada saat akan turun kaki Zira terpleset. Dia teriak sekencang-kencangnya. Karyawan mendengar suara teriakan itu. Mereka ramai-ramai mencari suara itu. Betapa kagetnya mereka, melihat Zira sudah mengeluarkan banyak darah.

Lina sebagai orang kedua di butik itu ikut panik. Dia mencoba menghubungi nomor Ziko. Tapi nomor Ziko tidak aktif, dia berlari ke lantai 3 membawa semua barang-barang berharga milik Zira.

Lina berinisiatif membawa Zira ke rumah sakit. Karyawan yang lain menghubungi taksi. Setelah taksi datang mereka membopong Zira untuk masuk ke dalam taksi.

Lina ikut menemani Zira ke rumah sakit. Karyawan yang lain menjaga butik. Di perjalanan Lina menghubungi nomor Ziko kembali menggunakan ponsel Zira.

Tapi pada saat di hubungi nomor Ziko tidak aktif. Dia mengingat sesuatu tentang orang yang selalu ada di samping Ziko, yaitu Kevin. Dia langsung menghubungi nomor itu melalui ponsel Zira.

" Halo." Ucap Lina.

" Halo." Ucap Kevin.

" Saya Lina asistennya mbak Zira. Kami sekarang dalam perjalanan ke rumah sakit. Mbak Zira mengalami pendarahan." Ucap Lina.

Kemudian panggilan terputus. Begitu sampai di rumah sakit, Zira di angkat perawat menuju ruang IGD. Perawat bertidak dengan cepat. Dokter IGD menanyakan penyebabnya kepada Lina.

Setelah mendapatkan penjelasan dari Lina. Dokter IGD menghubungi dokter spesialis kandungan. Dan Lina di perintahkan perawat untuk melaporkan ke bagian pendaftaran.

Lina berlari dengan paniknya ke bagian registrasi.

" Selamat pagi." Ucap bagian registrasi.

" Saya mau mendaftarkan pasien yang bernama Zira." Ucap Lina cepat.

" Silahkan isi ini dulu." Ucap bagian registrasi.

Lina melihat kertas yang di sodorkan bagaian registrasi. Dia harus mengisi data-data Zira. Tapi dia tidak tau harus mengisi apa. Untuk nama dia bisa tau, tapi untuk tempat tinggal dia tidak paham. Walaupun tas Zira ada dengannya tapi dia tidak berani untuk membukanya.

" Mbak bisa tidak isinya nanti. Tunggu suaminya, saya tidak tau." Ucap Lina cepat.

" Tidak bisa itu harus di isi." Ucap wanita di bagian registrasi.

" Tapi saya tidak tau." Ucap Lina ngotot.

" Kalau tidak di isi pasien tidak di akan di obati." Ucap wanita itu ketus.

" Bos saya lagi sekarat, hanya masalah biodata saja tidak di obati. Parah banget nih rumah sakit." Ucap Lina berteriak.

Semua orang yang ada di situ melihatnya.

" Dia mengalami pendarahan hebat." Ucap Lina lagi tetap teriak.

" Iya mbak, tapi datanya harus di isi." Ucap wanita itu lagi.

" Apa mbak takut kalau kami tidak membayar perobatan ini. Asal kamu tau ya, suaminya orang nomor satu di kota ini." Ucap Lina berteriak.

Pada saat itu Dokter Diki sedang lewat dan mendengar suara seorang wanita yang teriak-teriak. Dia dokter penanggung jawab di rumah sakit itu.

Dokter Diki menghampiri bagian registrasi dan menanyakan yang terjadi. Bagian registrasi menjelaskan semuanya.

Kemudian Dokter Diki menanyakan hal itu kepada Lina.

" Di mana pasien sekarang." Tanya dokter Diki ke Lina.

" Ada di IGD, dia sedang mengalami banyak pendarahan." Ucap Lina cepat.

Dokter Diki berlari kecil menuju ruang IGD, di ikuti Lina dari belakang.

" Itu Dokter pasiennya." Ucap Lina menunjuk jarinya ke arah tempat tidur yang di atasnya ada Zira.

Dokter Diki mendekati tempat tidur itu. Dia kaget wanita yang ada di tempat tidur itu adalah Zira.

" Zira." Ucap Dokter Diki kaget.

Lina ikut kaget karena dokter tersebut kenal dengan Zira. Dokter Diki memberikan perintah kepada dokter IGD dan dokter spesialis kandungan untuk langsung menangani Zira.

" Apa kamu sudah menghubungi suaminya." Tanya Dokter Diki.

" Ponsel tuan muda Ziko tidak aktif, tapi saya sudah menghubungi asistennya." Ucap Lina cepat.

Dokter Diki mengambil ponselnya yang ada di sakunya. Dia menghubungi keluarga Raharsya.

Zira langsung mendapatkan penanganan cepat.

" Dokter, pasien kekurangan darah dan bayinya juga mendapatkan benturan hebat." Ucap Dokter spesialis kandungan.

Lina mendengar itu langsung menangis, dia tidak bisa membayangkan. Zira masih setengah sadar. Walaupun wajahnya pucat, tapi dia bisa mendengarkan percakapan Dokter itu.

" Selamatkan anak saya." Ucap Zira pelan.

Dokter yang berada di situ harus mengambil tindakan cepat. Tapi pihak keluarga belum juga datang.

Dokter Diki berbicara agak menjauh dengan para dokter di situ.

" Apa kemungkinan bayinya akan selamat." Tanya Dokter Diki kepada Dokter spesialis.

" Kami mengecek jantung bayi masih berdetak tapi tidak terlalu kencang. Mungkin karena benturan itu." Ucap Dokter spesialis menjelaskan.

" Lakukan yang terbaik." Ucap Dokter Diki.

Perawat mendorong tempat tidur yang di atasnya ada Zira. Mereka membawa Zira ke ruang bersalin.

Lina ikut panik dan hanya bisa menangis. Dia tidak bisa membayangkan sakit yang teramat besar yang di alami Zira.

Lina menunggu di depan ruang bersalin, hampir setengah jam dia disitu. Tidak berapa lama keluarga Raharsya datang.

Di mobil.

Kevin sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

" Kita mau kemana?" Ucap Ziko penasaran.

Kevin diam, dia tidak ingin membuat bosnya panik. Dia bisa membayangkan yang terjadi jika Ziko mendengar kalau istrinya mengalami musibah.

" Kenapa kamu tidak menjawab." Ucap Ziko penuh selidik.

" Maaf tuan, nanti anda akan tau." Ucap Kevin pelan.

" Jangan buat aku mati penasaran." Ucap Ziko emosi sambil menendang bagian kursi belakang Kevin.

Mobil sudah masuk ke kawasan rumah sakit. Dan langsung memarkirkan mobilnya dengan cepat.

" Siapa yang sakit?"

Ziko sudah mulai panik. Tapi dia langsung berlari masuk kedalam rumah sakit. Dia bingung harus mencari kemana.

Kevin di belakang mengikutinya dan mencoba menghubungi nomor Zira. Panggilan terhubung dan Lina langsung menjawab panggilan itu.

" Di mana?" Ucap Kevin cepat.

" Kami menunggu di depan ruang bersalin." Ucap Lina cepat.

Kemudian panggilan terputus.

" Tuan ke arah sini." Ucap Kevin cepat.

Ziko mengikuti Kevin dari belakang. Di ujung ruangan sudah ada keluarganya yang menunggu. Dari mama dan papanya beserta Zelin ada di situ. Dan ada satu wanita yang wajahnya tidak asing. Tapi Ziko lupa kapan dan di mana dia melihat wanita itu.

Ziko berjalan mendekati kedua orang tuanya. Dia langsung membuat asumsi sendiri.

" Mana Zira?" Ucap Ziko panik.

" Tenang sayang." Ucap Nyonya Amel menenangkan anaknya.

" Mana Zira." Ucap Ziko berteriak.

" Iko, Zira ada didalam." Ucap Papanya pelan sambil memegang bahu anaknya.

" Apa yang terjadi dengan Zira?" Ucap Ziko teriak lagi.

Semua yang ada berada di situ, tidak berani mengatakannya hal yang sebenarnya.

" Kenapa semua diam. Apa yang terjadi dengan Zira ku." Ziko teriak lagi.

" Sayang kamu harus tenang, Dokter Diki ada didalam bersama Zira dan dokter yang lainnya." Ucap Nyonya Amel menenangkan kembali anaknya.

Ziko menoleh ke arah wanita yang tidak asing di lihatnya. Sekarang dia mengenali siapa wanita itu.

Dia berjalan mendekati Lina.

" Kamu yang ada di butik. Apa yang terjadi dengan Zira ku?" Ucap Ziko dengan intonasi yang tinggi.

Lina menundukkan kepalanya sambil memegang tas Zira di tangannya.

" Jawab." Ucap Ziko sambil memukuli tembok dengan tangannya.

Lina sudah menceritakan kejadian yang di alami Zira kepada keluarga Raharsya. Tapi kepada Ziko, dia tidak berani mengatakannya.

Semuanya tidak berani menjelaskan peristiwa yang di alami Zira.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."