Chapter 287 episode 286 (S2)

Semua tidak mempunyai keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi. Mereka menunggu dokter untuk menjelaskan.

Tidak berapa lama pintu ruang bersalin terbuka. Semua keluarga langsung mendekat.

" Nona Zira membutuhkan donor darah." Ucap salah satu dokter.

" Apa yang terjadi dengan istri saya Dok." Ucap Ziko panik.

" Nona mengalami banyak pendarahan. Kami membutuhkan golongan darah A." Ucap Dokter itu.

" Apa di PMI tidak ada?" Ucap tuan besar.

" Lagi kosong Pak." Ucap Dokter itu lagi.

Tuan besar tau semua golongan darah keluarganya. Tidak ada yang bergolongan darah A.

" Ambil darah saya." Ucap Ziko cepat.

" Iko golongan darah kamu O, kamu tidak bisa mendonorkannya untuk Zira." Ucap Tuan besar lagi.

" Aku harus bagaimana." Ucap Ziko stres.

" Dokter ambil darah saya. Saya bergolongan darah A." Ucap Kevin cepat.

Semua melihat kearah Kevin. Menurut mereka Kevin seperti malaikat penyelamat.

Dokter masuk ke dalam ruangan. Kemudian tidak berapa lama perawat keluar.

" Bapak yang mau mendonorkan darahnya, silahkan ikuti saya." Ucap perawat cepat.

Kevin mengikuti perawat itu. Dia di bawa ke salah satu ruangan. Di sana ada satu dokter dan dua orang perawat yang sedang menunggunya.

Sebuah jarum di pasangkan ke pergelangan tangan Kevin. Bagaian lab mengambil sampel darah Kevin. Dan membawanya ke laboratorium untuk mengecek golongan darah Kevin.

Tidak beberapa lama, bagian lab kembali keruangan yang ada Kevin di dalamnya. Dia membawa sebuah kertas dan menunjukkan kepada Dokter.

" Pak golongan darah Bapak sama dengan pasien. Jadi Kami akan mengambil darah Bapak." Ucap dokter menjelaskan.

" Silahkan." Ucap Kevin cepat.

Dokter dan perawat melakukan kegiatannya. Memindahkan darah Kevin ke dalam kantong. Sampai kantong itu penuh. Setelah penuh, mereka mengganti lagi kantong itu dengan kantong yang baru.

Kantong yang berisi darah di bawa ke ruang bersalin. Kantong itu di alirkan ke tubuhnya Zira dengan selang yang mengalir ke pergelangan tangannya.

Dokter Diki dan dokter spesialis masih memantau keadaan Zira.

Ada sebuah layar yang terhubung langsung keperut Zira. Dari situ bisa di pantau keadaan bayi di dalamnya.

" Dokter jantung bayi melemah." Ucap Perawat mengatakan kepada dokter Diki dan dokter spesialis.

Mereka kembali sibuk, dengan melakukan yang terbaik. Mereka ingin menyelamatkan ibu dan bayinya.

Tidak berapa lama jantung si bayi tidak berdetak lagi. Dokter saling pandang.

" Selamatkan nyawa ibunya. Dan keluarkan bayinya." Ucap Dokter Diki sambil keluar ruang bersalin.

Pintu di buka oleh Dokter Diki. Semua langsung mendekatinya.

" Bagaimana kondisi Zira dan bayiku." Ucap Ziko cepat.

Dokter Diki diam, dia melihat semua orang yang ada didepannya.

" Cepat jawab." Ucap Ziko sambil memegang kerah kemeja Dokter Diki.

" Maaf Ko, kami tidak bisa menyelamatkan bayinya." Ucap Dokter Diki pelan.

" Apa!" Ziko langsung mundur dan terduduk di lantai.

Dia menangis sejadi-jadinya. Bayi yang selama ini di nantikannya meninggal dunia. Nyonya Amel menangis dalam pelukan suaminya. Zelin ikut menangis sesenggukan. Dan Lina ikut serta menangis mendengar penjelasan dari dokter.

Ziko menangis sejadi-jadinya. Firasatnya dari awal sudah ada. Dia enggan melepaskan Zira dan anaknya.

Pagi hari sebelum pergi, Ziko sudah menasehati Zira untuk tidak pergi. Tapi kejadian itu tidak bisa dielakkan. Karena semuanya sudah kehendak sang pencipta.

Dan pelipis mata Zira yang bergerak seperti tanda akan adanya air mata yang keluar. Dan terbukti air mata Ziko mengalir deras.

Ziko tidak bisa melakukan apapun. Dia seperti orang bodoh. Tuan besar duduk di lantai bersama dengan anaknya. Dia berusaha menenangkan anaknya.

" Ko, papa tau, ini cobaan berat buat kamu. Kamu harus mengikhlaskannya. Semua sudah kehendak sang pencipta." Ucap papanya.

Ziko hanya diam, derai air matanya terus saja mengalir.

Di sisi lain tepatnya di depan pintu ruang bersalin. Nyonya Amel menanyakan keadaan menantunya.

" Zira mengalami banyak kehilangan darah. Dengan donor darah itu, keadaan Zira akan pulih kembali." Ucap Dokter Diki menjelaskan.

" Berapa kantong yang di butuhkan untuk Zira." Tanya Nyonya Amel lagi.

" Untuk sementara tiga kantong. Ini baru masuk satu kantong. Dua jam lagi kami akan memasukkan lagi donor darah itu." Ucap Dokter Diki menjelaskan.

" Dokter, lakukan yang terbaik untuk menantu saya. Jika perlu cari pendonor darah lainnya. Karena tidak mungkin semuanya dari Kevin." Ucap Nyonya Amel cepat.

" Baik Tante." Kemudian Dokter Diki masuk ke dalam lagi.

Di dalam dokter sedang berusaha mengeluarkan bayi yang ada didalam perut Zira dengan melakukan operasi.

Kevin sudah selesai di ambil darahnya. Tapi dia belum di ijinkan untuk bergerak dan turun dari tempat tidur. Karena kondisinya yang masih pusing.

Dokter melakukan dengan sangat hati-hati. Mereka memberikan obat bius kepada Zira. Dalam beberapa jam bayi dapat dikeluarkan.

Jika kondisi Zira sadar maka dengan mudah Zira bisa mengeluarkan bayi dengan mengedan seperti proses melahirkan normal.

Setelah bayi dapat dikeluarkan mereka memandikan bayi kecil itu seperti memandikan jenazah.

Dokter Diki membawa bayi kecil itu dengan kedua tangannya. Dan menyerahkannya kepada Ziko.

Ziko yang masih duduk di lantai langsung bangun. Melihat anaknya yang sudah di bungkus dengan kain kafan.

" Anakku." Ucap Ziko menangis sesenggukan.

Semua yang ada di situ nangis sesenggukan. Melihat bayi kecil tidak berdosa ada dihadapan mereka.

" Jenis kelaminnya laki-laki." Ucap Dokter Diki.

Ziko menerima jenazah anaknya dan membawanya dengan kedua tangannya. Bayinya seperti boneka sangat-sangat kecil.

Ziko di dampingi papanya dan dokter Diki menuju mesjid yang ada di kawasan rumah sakit. Mereka melakukan sholat jenazah untuk bayi mungil itu.

Setelah selesai jenazah bayi itu di bawa Ziko

kembali. Mereka membawa jenazah itu kepemakaman keluarga.

Di dalam mobil ada Ziko dan tuan besar dan Dokter Diki.

Dokter Diki yang mengemudikan mobil itu. Dan tuan besar duduk di belakang untuk menenangkan anaknya.

Dengan perasaan hancur lebur Ziko melihat tubuh anaknya yang mungil. Bayi itu sudah kembali kepada sang pencipta. Dia hanya bertahan empat bulan lebih di dalam perut Istrinya.

Air mata Ziko tidak bisa di bendung. Dia merasa bersalah atas semuanya.

" Ko, kamu harus mengikhlaskannya. Hidup, jodoh, rezeki dan maut semua sudah di tentukan oleh sang Pencipta. Kita hanya harus mengikhlaskanya." Ucap papanya.

Ziko menganggukkan kepalanya. Walaupun berat tapi dia berusaha untuk mengikhlaskan anaknya. Karena Tuhan lebih sayang kepada anaknya di bandingkan dirinya.

Mereka sampai di pemakaman keluarga ada seorang ustadz di sana yang telah menunggu mereka. Pemakaman hanya di lakukan oleh mereka bertiga, dan sebagian orang yang mengurusi tanah pemakaman itu juga ikut serta dalam pemakaman itu.

Lagi-lagi air mata Ziko mengalir ketika melihat anaknya di kubur. Tak kuasa dia melihat anaknya. Diki memeluk temennya agar bersabar dengan cobaan ini.

Ziko menuliskan nama anaknya di batu nisan sementara. Nama itu terlintas di benaknya. Nama yang sering di ucapkan istrinya. Dan sekarang nama itu di gunakannya.

Dia menulis nama anaknya Zokoh Putra Raharsya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."