Chapter 316 episode 315 (S2)

Pagi hari waktu luar negeri, Kevin terbangun dari tidurnya. Dia mendengar suara kebisingan dari luar.

Kevin langsung keluar dari kamarnya menuju kebisingan itu. Didalam kamar orang tuanya, dia mendapati papanya telah jatuh dari tempat tidur.

" Apa yang terjadi." Tanya Kevin.

" Tidak tau, mama tadi di dapur sedang masak. Tiba-tiba ada suara sesuatu jatuh." Ucap mamanya.

Kevin langsung mengangkat dan memindahkan tubuh papanya ke atas kursi roda.

" Kak, apa mungkin papa turun dari tempat tidur sendiri." Tanya Jesy.

Kevin memandang wajah papanya.

" Apa papa berusaha untuk turun dari tempat tidur." Tanya Kevin.

Papanya hanya berbicara dengan suara yang serak dan tidak jelas. Kevin memastikan kondisi papanya yang tidak ada luka sama sekali.

" Bawa papa kamu berjemur." Ucap mamanya.

Kevin langsung mendorong kursi roda itu kebelakang rumahnya. Dibelakang rumah itu ada perkarangan yang sangat kecil, di sana papanya di jemur.

Dia berdiri dengan kedua lututnya di depan papanya.

" Pa, kalian akan balik ke tanah air. Aku harap papa setuju dengan ideku." Ucap Kevin.

Papanya hanya mengatakan kata aaaa, dan Kevin mengartikan kata itu dengan setuju.

Kemudian dia meninggalkan papanya untuk berjemur. Di meja makan sudah ada mamanya dan adiknya.

" Mama masak makanan kesukaanmu sayang." Ucap Mamanya sambil meletakkan piring yang sudah berisi makanan tepat di depan anaknya.

" Terimakasih ma." Ucap Kevin sambil mulai menikmati makannya.

" Ma, persiapkan semuanya." Ucap Kevin cepat.

" Apanya." Tanya mamanya bingung.

" Apa mama lupa, kemaren aku sudah bicarakan hal ini sama mama, tentang kepindahan kalian semua ke tanah air." Ucap Kevin menjelaskan lagi kepada mamanya.

" Sepertinya kami tidak akan ikut." Ucap mamanya pelan.

" Tapi ma." Jesy terlihat cemberut.

" Kenapa ma? Di sana mama tidak perlu bersusah payah untuk berjualan lagi." Ucap Kevin lagi.

" Keputusan mama sudah bulat, kami tidak akan ikut ke tanah air." Ucap mamanya tegas.

Kevin meletakkan sendoknya.

" Baiklah aku tidak akan memaksa, tapi beri satu alasan kenapa mama masih bertahan di sini." Ucap Kevin cepat.

Jesy dan Kevin menatap mamanya. Mereka ingin mendengar alasan mamanya.

" Karena Jasmin." Ucap mamanya pelan.

" Kak Jasmin? Ayolah ma, pasti kak Jasmin mengerti, dia orangnya juga baik." Ucap adiknya.

" Kamu tidak mengerti Jesy." Ucap mamanya pelan.

" Maksud mama apa?" Kevin mendekati mamanya dan duduk di sebelah mamanya.

" Kamu tau, berapa banyak kami berhutang budi kepadanya. Tidak mungkin kami pergi begitu saja." Ucap mamanya.

Kevin diam, dia tidak bisa berkata-kata lagi.

" Kamu tau, keluarganya banyak membantu keluarga kita. Hutang budi tidak bisa di balas dengan apapun." Ucap mamanya.

" Mama benar, jadi mama mau aku melakukan apa, agar kalian semua mau ikut denganku." Ucap Kevin cepat.

Mamanya diam, dia menggenggam tangan anaknya.

" Jasmin wanita yang baik, sampai sekarang dia belum memiliki kekasih. Mungkin karena kesibukannya, dia sampai tidak memikirkan hal itu. Apa salahnya kalian menikah, toh kamu juga belum memiliki pasangan." Ucap mamanya pelan.

Kevin langsung beranjak dari kursinya, dia terlihat gusar dan bingung, dia jalan mondar mandir di depan orang yang di kasihnya.

" Ma, apa tidak ada pilihan untukku." Ucap Kevin bingung.

" Mama tidak akan memaksa kamu untuk menikah dengannya. Tapi bagaimana cara kita membalas hutang budi ini." Ucap Mamanya bingung.

" Aku akan membicarakan hal ini kepada Jasmin." Ucap Kevin cepat.

" Jangan nak jangan, ini hanya ide mama, keluarganya tidak pernah menyinggung masalah itu lagi. Kalau kamu berat menikah dengannya, tidak apa-apa, tapi izinkan kami tetap di sini. Mama ingin melihat Jasmin menikah dan bahagia." Ucap mamanya pelan.

Kevin terlihat serba salah, dia tidak bisa mengambil keputusan. Dia pergi meninggalkan meja makan dan keluar dari rumah itu. Kevin ingin menenangkan pikiran dengan mencari udara segar di luar rumah.

Dia menyusuri setiap jalan dengan berjalan kaki. Sambil menghirup udara pagi yang segar.

" Ma, kenapa mama mengatakan hal itu lagi kepada kak Kevin. Apa mama ingin membuat kak Kevin pergi dari rumah ini lagi." Gerutu Jesy.

" Jesy, kamu tidak tau rasanya berhutang budi, hutang budi itu tidak bisa di balas dengan uang sekalipun." Ucap mamanya.

" Jadi menurut mama, kalau kak Kevin menikah dengan kak Jasmin, hutang budi itu akan lunas." Gerutu Zelin.

" Mungkin tidak akan pernah lunas, setidaknya rasa tidak percaya diri mama akan tumbuh kembali dengan menikahkan mereka berdua."

" Aku tidak ngerti dengan jalan pikiran mama, yang jelas aku tidak setuju dengan keputusan mama. Apa mama pernah memikirkan perasaan kakak." Gerutu Jesy.

" Jesy! Jangan ajari mama tentang sesuatu hal. Mama tidak memaksa kakakmu untuk menyetujui ini semua." Ucap mamanya marah.

" Iya memang mama tidak memaksa, tapi mama membuat kak Kevin jadi merasa bersalah." Gerutu Jesy.

Jesy pergi meninggalkan mamanya sendiri di rumah, dia mencari keberadaan kakaknya. Kevin masih menyusuri jalanan. Dia mengambil ponselnya.

" Aku rindu kamu Nik." Ucap Kevin sambil melihat layar ponselnya.

" Kak." Ucap Jesy sambil menepuk bahu kakaknya.

" Oh kamu." Ucap Kevin langsung menyimpan ponselnya.

" Foto siapa itu." Tanya adiknya.

" Yang mana?" Kevin terlihat gugup.

" Itu di ponsel kakak." Ucap adiknya sambil menunjuk saku Kevin.

" Enggak ada." Kevin mencoba menghindari pertanyaan beruntun dari adiknya.

Mereka berjalan beriringan.

" Kenapa kamu meninggalkan mama sendirian." Tanya Kevin.

" Tidak sendirian, ada papa kok di rumah." Ucap Jesy cepat.

Kevin menganggukkan kepalanya, dia melupakan sosok papanya untuk sesaat.

" Kak."

" Hemmm."

Mereka tetap berjalan beriringan.

" Bagaimana menurut kakak tentang ucapan mama tadi." Tanya Jesy sambil melirik kakaknya.

" Entahlah, kakak juga bingung, tapi tidak mungkin juga kakak membiarkan kalian di sini." Ucap Kevin sambil memandang lurus kedepannya.

" Kak, aku kasih saran ya. Jangan korbankan kebahagiaan kakak untuk menuruti permintaan mama." Ucap adiknya.

Kevin melihat adiknya sambil tersenyum. Jesy terlihat lebih dewasa dari enam tahun yang lalu.

" Tau apa kamu tentang arti bahagia." Tanya Kevin.

" Taulah, kebahagiaan itu perasaan yang senang dan tentram yang terus ada." Ucap Jesy.

Kevin mengacak-acak rambut adiknya.

" Ah kakak, aku itu berkata benar. Kalau kakak mengorbankan kebahagiaan kakak untuk orang lain dalam hal ini mama, nantinya kehidupan kakak tidak akan tentram." Ucap adiknya.

" Terus kamu ingin kakak jadi anak durhaka." Jawab Kevin cepat.

" Enggak sih, cuma aku tidak ingin kakak mengorbankan diri kakak dan perasaan kakak. Walaupun aku tidak tau foto siapa yang ada di dalam ponsel kakak. Tapi aku mengambil kesimpulan kalau dia sangat berharga buat kakak." Ucap adiknya.

" Ah kamu adik kakak yang imut." Ucap Kevin sambil merangkul bahu adiknya.

" Untuk pagi ini cukup olah raganya. Ayo kita kembali ke rumah." Ajak Kevin sambil tetap merangkul bahu adiknya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."