Chapter 321 episode 320 (S2)

Pesawat jet yang membawa keluarga Kevin telah tiba di tanah air pada pagi hari. Jesy merasa senang karena bisa menginjakkan kakinya di tanah kelahiran papanya.

Supir Raharsya group sudah menunggu mereka, sebelumnya Kevin sudah menghubungi supir tersebut.

Mereka semua sudah berada di dalam mobil, selama perjalanan Jesy dan Nyonya Paula selalu melihat ke arah luar. Mereka mengangumi pemandangan yang ada di luar.

Kevin dan keluarga sudah tiba di rumah.

Supir membantu Kevin untuk menurunkan tubuh papanya, Jesy dan mamanya mengeluarkan koper dari bagasi.

" Terimakasih." Ucap Kevin kepada supir itu

" Sama-sama bos." Jawab supir itu.

" Masuklah." Ucap Kevin sambil mempersilahkan keluarganya untuk masuk ke dalam rumahnya.

Jesy dan mamanya melihat isi rumah itu. Dan mereka juga melihat di dinding ada foto mereka.

" Rumah kakak bagus." Puji Jesy.

" Ini bukan hanya rumah kakak, tapi rumah kalian juga." Ucap Kevin cepat.

Kevin menunjukkan kamar untuk Jesy, kamar untuk adiknya ada di lantai atas. Karena kondisi papanya yang sakit, dia memberikan kamar untuk kedua orang tuanya di lantai dasar.

" Terimakasih nak." Ucap mamanya sambil menyentuh pipi Kevin.

" Aku yang terima kasih, karena mama mau ikut ke sini." Ucap Kevin cepat.

Kevin meninggalkan orang tuanya untuk beristirahat. Mereka tiba di tanah air hari minggu, jadi dia tidak harus berangkat ke kantor.

Rumahnya terlihat banyak debu, biasanya pada hari libur Menik yang datang membersihkan rumahnya. Tapi dia tidak akan memperkerjakan office girl itu.

" Kevin." Ada suara dari luar kamar.

Kevin membuka pintu kamarnya, dia melihat sosok mamanya sedang mencari dirinya.

" Aku di sini ma." Ucap Kevin cepat.

Mamanya membalikkan badannya.

" Kevin, mama sudah melihat isi kulkas kamu. Di dalamnya tidak ada yang bisa di masak. Bagaimana kita makan siang." Ucap mamanya cepat.

" Kita makan di luar saja." Ucap Kevin cepat.

" Jangan, perut mama belum terbiasa makan makan sini. Kita belanja saja, biar mama yang masak." Ucap mamanya cepat.

" Apa mama tidak capek." Tanya Kevin.

" Enggaklah, tadi di pesawat mama sudah kebanyakan tidur."

" Ya sudah mama bersiap-siap." Ucap Kevin cepat.

Mamanya berlalu meninggalkan anaknya. Kemudian kembali menoleh anaknya lagi.

" Oh iya, nanti kita ke super market saja ya. Mama belum terbiasa pergi ke pasar tradisional." Ucap mamanya.

Kevin menganggukkan kepalanya dan bersiap diri di kamarnya. Setelah selesai dia turun dari lantai satu, di bawah mamanya sedang ngobrol dengan adiknya.

" Ngomongin apa." Tanya Kevin.

" Mama bilang, selama kita pergi, Jesy akan membersihkan rumah." Ucap mamanya cepat.

" Tapi rumah ini besar ma, beda dengan rumah kita yang dulu." Gerutu Jesy.

" Kamu jangan manja, kerjakan saja." Ucap mamanya tegas.

" Ya sudah nanti kakak akan mencarikan pembantu untuk membersihkan rumah ini." Ucap Kevin.

" Memangnya selama ini, yang bersihkan rumah kakak siapa? Apa kakak." Tanya Jesy.

" Kemaren setiap weekend ada yang membantu kakak membersihkan rumah ini." Ucap Kevin pelan.

" Sekarang mana pembantu itu." Tanya Jesy.

Kevin mengernyitkan dahinya, dia tidak suka jika adiknya menyebut Menik sebagai pembantu.

" Dia bukan pembantu, dia hanya membantu kakak membersihkan rumah ini." Ucap Kevin tegas.

" Oh gitu." Ucap Jesy cepat.

" Mari kita berangkat." Ajak Kevin.

Kevin pergi ke garasi mobilnya. Di sana berderet mobil dan motornya.

" Apa semua ini hasil jerih payah kamu nak." Tanya mamanya.

" Iya ma, aku mengumpulkan uang untuk membeli ini semua. Dan ini adalah mobil pertamaku." Ucap Kevin sambil menunjuk mobil sedan berwarna hitam.

Dia memilih mobil itu untuk mengantarkan mamanya berbelanja. Mobil sudah menuju jalan raya. Kevin membawa mamanya ke supermarket market terbesar di kotanya.

Mobil sudah tiba di supermarket, Kevin memarkirkan mobilnya di parkiran. Dia berjalan beriringan dengan mamanya.

Keadaan super market tidak terlalu ramai. Jadi mereka bisa leluasa memilih belanjaannya.

Kevin hanya mengikuti mamanya dari belakang sambil mendorong trolley. Mamanya berhenti di tempat sayuran. Wanita paruh baya itu masih sibuk memilih.

" Ma, aku mencari keperluanku dulu di sana. Nanti aku kembali lagi." Ucap Kevin cepat.

Mamanya menganggukkan kepalanya cepat, Kevin sudah meninggalkan mamanya sendiri di depan aneka macam sayuran segar.

Nyonya Paula mengambil satu sayuran yang sangat asing, kemudian dia mengembalikan lagi ke tempat semula.

" Itu namanya daun singkong." Ucap seorang wanita yang berdiri di sampingnya.

Nyonya Paula memperhatikan wanita di sampingnya dari atas sampai bawah.

" Oh sepertinya ibu tidak mengerti bahasa saya." Ucap wanita itu ramah.

Karena wanita itu melihat penampilan Nyonya Paula asli bule, jadi di pikiran wanita itu kalau mamanya Kevin tidak bisa berbahasa Indonesia.

" Saya bisa berbahasa seperti kamu." Ucap Nyonya Paula cepat.

" Oh maaf, saya pikir ibu tidak mengerti bahasa saya." Ucap wanita itu ramah.

Wanita itu memilih sayuran yang akan di belinya.

" Itu sayur apa." Tanya mamanya Kevin kepada wanita itu.

" Oh ini, sayur kangkung. Apa di negara ibu tidak ada." Tanya wanita itu.

Nyonya Paula menggelengkan kepalanya cepat.

" Sayur ini sangat enak, cara memasaknya juga sangat gampang." Ucap wanita itu cepat.

" Bagaimana cara memasaknya." Tanya Nyonya Paula.

Wanita itu menjelaskan cara memasak sayuran itu. Mamanya Kevin langsung mencatat di dalam sebuah buku kecil yang ada di dalam tasnya.

" Saya baru pertama kali datang ke sini. Maukah kamu membantu saya menjelaskan segala macam sayuran ini." Tanya mamanya Kevin.

Wanita itu langsung menganggukkan kepalanya cepat. Dia juga tidak terlalu sibuk, jadi tanpa sungkan wanita itu langsung menyebutkan segala jenis sayuran dan cara memasaknya.

Kemudian wanita itu membawa Nyonya Paula menuju tempat rempah-rempah. Segala jenis rempah di sebutkan wanita itu.

Nyonya Paula masih menyimak dan mencatat semuanya di dalam buku kecilnya.

" Ada lagi yang bisa saya bantu." Tanya wanita itu lagi.

" Terimakasih nona, karena telah membantu saya." Ucap Nyonya Paula sambil mengulurkan tangannya.

" Panggil saja saya Menik." Ucap wanita itu sambil menyambut uluran tangan wanita paruh baya itu.

" Nama kamu lucu sekali." Ucap Nyonya Paula.

" Hahaha, bukan ibu saja yang bilang seperti itu, hampir semua orang juga mengatakan hal yang sama."

" Apalagi kalau ibu tau nama panjang saya, pasti ibu akan tertawa." Ucap wanita itu.

" Oh ya, siapa nama panjang kamu." Tanya mamanya Kevin.

" Nama panjang saya Samudera Nuansa Pagi." Ucap Menik cepat.

Nyonya Puala tidak bisa mengeja dan mengucapkan nama itu dengan sempurna.

" Hahaha, jangan di paksakan Bu. Nanti lama-lama lidah ibu akan terbiasa mengucapkan kata-kata yang aneh." Ucap Menik cepat.

" Baiklah ibu, saya pamit dulu." Ucap Menik pamit.

" Panggil saja saya Ibu Paula." Ucap mamanya Kevin cepat.

" Sampai jumpa lagi Ibu Paula." Ucap Menik pamit sambil melambaikan tangannya.

" Tunggu, bisakah saya minta nomor ponsel kamu." Tanya Nyonya Paula lagi.

Menik terlihat bingung.

" Kamu jangan khawatir, saya hanya ingin menanyakan tentang masakan sama kamu." Ucap mamanya Kevin pelan.

" Oh seperti itu ya? Saya kirain Ibu mau menjodohkan saya dengan anak ibu." Ucap Menik bercanda.

" Kamu lucu sekali, jika saya ada dua anak lelaki, pasti yang satunya akan saya jodohkan ke kamu." Ucap Nyonya Paula lagi.

" Oh jadi anak ibu cuma satu." Tanya Menik lagi.

" Anak saya dua, laki-laki dan perempuan." Ucap Nyonya Paula lagi.

" Oh, pasti yang pertama yang laki-laki dan dia pasti masih kecil." Tebak Menik.

" Hahaha, bukan Menik, memang tebakan kamu benar, anak saya yang pertama laki-laki dan dia akan segera menikah, dan yang wanita masih belia." Ucap Mamanya Kevin.

" Oh seperti itu, baiklah Ibu Paula, saya pulang dulu ya. Hubungi saya kapanmu anda mau." Menik berjalan meninggalkan mamanya Kevin. Dia menuju meja kasir untuk membayar belanjaannya.

" Wanita yang ramah dan baik." Gumam Nyonya Paula pelan.

" Siapa yang baik." Ucap Kevin melihat arah pandangan mamanya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."