Chapter 322 episode 321 (S2)

" Oh tadi ada yang membantu mama menjelaskan tentang sayuran di sini." Ucap mamanya.

" Sepertinya mama sudah dapat teman." Ucap Kevin.

" Bisa di bilang seperti itu." Ucap mamanya.

" Apa belanjanya sudah." Tanya Kevin.

" Untuk sayur mama rasa cukup, kita cari lauk dulu ya." Ucap mamanya.

Kevin menganggukkan kepalanya sambil mendorong trolley belanjaan. Mereka berhenti di depan sebuah box, di dalam box itu ada beraneka ragam makanan laut. Mamanya membeli makanan laut.

" Di sini enak ya." Ucap mamanya pelan.

" Enak kenapa Ma." Tanya Kevin.

" Makanan laut gampang di peroleh dan harganya murah-murah." Ucap mamanya senang.

" Masih ada yang lebih murah lagi ma." Ucap Kevin cepat.

" Oh iya, dimana." Mamanya penasaran, sebagai ibu-ibu jika ada barang yang lebih murah pasti mereka langsung antusias semangat.

" Di pasar tradisional." Ucap Kevin cepat.

" Seberapa murahnya dari sini." Tanya mamanya.

" Ya aku enggak tau, aku tidak pernah masak. Mana aku tau selisih harganya. Cuma sudah rahasia umum, kalau pasar tradisional harganya lebih miring di bandingkan di supermarket. Karena di pasar kita bisa menawar." Ucap Kevin menjelaskan.

" Kapan-kapan kamu ajak mama kesana."

Kevin memicingkan matanya, dia belum pernah ke pasar sama sekali tapi dia harus menuruti permintaan mamanya.

" Tapi biasanya pasar tradisional becek ma." Ucap Kevin cepat.

" Apa becek?" Nyonya Paula terlihat bingung.

" Becek itu, banyak genangan air di mana-mana, beda sama di supermarket jalannya mulus seperti jalan tol." Ucap Kevin cepat.

" Oh gitu ya, enggak apa-apa, tapi lebih baik mama minta wanita itu mengantarkan mama ke pasar tradisional. Pasti dia bisa membantu mama untuk menawar harga belanjaan. Kalau kamu belum tentu bisa menawar harga." Ucap mamanya cepat.

" Ya betul sekali." Ucap Kevin tertawa.

" Nanti kapan-kapan mama akan mengenalkan kamu dengannya." Ucap Nyonya Paula lagi.

" Untuk apa mama mengenalkan aku dengan teman mama itu." Ucap Kevin cepat.

" Ya, tidak apa-apa. Mana tau kalian bisa berteman juga." Ucap mamanya.

" Atau mama pengen menjodohkan aku lagi." Goda Kevin.

" Kamu itu, Jasmin saja enggak habis malah mau minta dua." Ucap mamanya.

Semua keperluan dapur dan perlengkapan dapur sudah di beli. Mereka kembali ke mobil menuju rumah.

Menik pulang ke rumahnya dengan menggunakan motor adiknya.

Sesampainya di rumah, dia meletakkan belanjaannya ke dalam sebuah keranjang. Menik memang tidak membeli banyak belanjaan karena dia tidak punya kulkas untuk menyimpan belanjaannya, jadi dia hanya membeli untuk hari itu saja.

" Kakak dari supermarket." Tanya Bima.

" Iya." Ucap Menik sambil merapikan belanjaannya.

" Kenapa kakak belanja di supermarket." Tanya Bima sambil membaca tulisan supermarket yang ada di kantong plastik.

" Ya pengen aja belanja seperti orang kaya, yang selalu belanja ke sana." Ucap Menik cepat.

" Kak jangan mimpi di siang bolong, kita itu orang susah, kan sayang uangnya." Gerutu Bima.

" Aduh kamu itu cerewet banget sih, kakak itu tadi mau beli sesuatu di supermarket tapi dari pada kakak mampir ke pasar lagi untuk beli belanjaan mending kakak beli di sana. Hitung-hitung hemat bensin." Ucap Menik cepat.

" Ya terserahlah, cuma jangan boros aja." Ucap adeknya sambil meninggalkan kakaknya yang akan memasak.

Menik membayangkan pertemuannya dengan Nyonya Paula.

" Kenapa wajah ibu itu seperti tidak asing ya, aku seperti pernah melihatnya. Tapi di mana ya." Gumam Menik pelan.

Dia melanjutkan masakannya, dan suara ponselnya berdering. Dia mengangkat ponselnya.

Di mobil.

Nyonya Paula menghubungi nomor Menik.

" Mama mau menghubungi siapa." Tanya Kevin.

" Itu wanita yang membantu mama." Ucap mamanya cepat sambil menekan nomor Menik.

" Halo." Ucap Nyonya Paula.

" Halo ini siapa." Jawab Menik. Dia tidak menyimpan nomor Nyonya Puala, karena dia memang tidak menanyakan nomor ponsel wanita paruh baya itu.

" Halo ini saya Paula, kita tadi bertemu di supermarket. Apa kamu ingat." Ucap Nyonya Paula.

Kevin hanya melirik sekilas mamanya dan kembali menatap lurus kedepan.

" Oh Ibu, iya saya ingat. Ada apa ya." Ucap Menik bingung.

" Bisakah kamu menemani saya ke pasar tradisional." Ucap Nyonya Paula pelan.

" Sekarang." Tanya Menik cepat.

" Bukan sekarang, kapan kamu ada waktu saja." Ucap Nyonya Paula lagi.

" Saya hanya bisa hari sabtu dan minggu bu. Kalau hari biasa saya kerja." Jawab Menik cepat.

" Baik tidak apa-apa, sabtu depan akan saya hubungi lagi. Terimakasih ya." Ucap mamanya pelan kemudian menutup panggilannya.

Nyonya Paula melihat anaknya yang sedang menyetir mobil.

" Dia hanya bisa sabtu dan minggu." Ucap Nyonya Paula.

Kevin tidak menjawab dia hanya melirik mamanya sekilas.

" Sepertinya dia anak yang baik, mama akan belajar banyak hal dengannya." Ucap mamanya cepat.

" Maksud mama apa." Tanya Kevin bingung.

" Mama baru pertama kali menginjakkan kaki di sini, banyak hal yang tidak mama ketahui di sini. Seperti budaya dan lainnya. Apa salahnya mama belajar." Ucap mamanya semangat.

" Aku bisa mengajarkan mama tentang adat istiadat di sini." Ucap Kevin cepat.

" Mama kurang yakin sama kamu, karena kamu besar di Inggris jadi menurut mama hal-hal seperti itu kamu kurang paham. Lebih baik mama belajar sama penduduk asli sini." Ucap mamanya cepat.

" Dari tadi mama hanya menyebutkan wanita itu tanpa menyebutkan namanya. Memangnya mama tidak ingat namanya." Tanya Kevin cepat.

" Mama ingat namanya, kalau tidak salah namanya Ma." Ucapan Nyonya Paula menggantung, dia menunjukkan ponselnya kepada anaknya. Karena dia susah menyebutkan nama wanita yang barusan di kenalnya.

Nyonya Paula memberi nama Menik di ponselnya dengan nama Manek. Karena menurut bahasa Inggris, untuk huruf e adalah huruf a dan huruf i adalah huruf e. Jadi dia menyebut nama Menik dengan sebutan Manek.

Kevin melirik mamanya.

" Lucu namanya." Ucap Kevin cepat.

" Iya, dia memang lucu sama seperti namanya." Ucap mamanya.

Mendengar nama itu Kevin sempat memikirkan Menik, tapi dia berusaha untuk tidak menghubungkan nama yang di sebut mamanya dengan nama wanita pujaan hatinya. Karena menurutnya ejaannya berbeda.

Mobil yang di kendarai Kevin sudah tiba di rumahnya. Mereka masuk ke dalam rumah dengan membawa banyak belanjaan.

Begitu pintu di buka, Nyonya Paula melihat anak gadisnya sedang baring di sofa.

" Dasar gadis pemalas. Kerjaan kamu sudah selesai belum." Ucap mamanya marah.

" Capek ma, aku sudah membersihkan lantai atas, lantai ini belum. Aku butuh istirahat ma." Gerutu Jesy.

" Alasan saja." Ucap mamanya cepat

" Sudah ma, jangan di paksakan, kita juga baru tiba dari luar negeri. Besok kita bersihkan bersama-sama." Ucap Kevin cepat.

" Kak cepat kakak carikan pembantu, aku tidak sanggup kalau setiap hari harus membersihkan rumah kakak yang besar ini." Gerutu Jesy lemas.

" Iya nanti kakak carikan pembantu secepatnya." Jawab Kevin cepat.

" Apa mama minta bantuan sama si Manek aja ya." Ucap mamanya cepat.

" Siapa itu ma." Tanya Jesy.

" Teman mama, kami tadi baru bertemu di supermarket, dia banyak membantu mama tadi sana." Ucap mamanya cepat.

" Nama yang lucu." Gumam Jesy cepat.

" Ma jangan gampang percaya sama orang lain. Untuk urusan pembantu biar aku yang cari." Ucap Kevin cepat.

" Menurut mama dia wanita yang baik, tapi sudahlah mama serahkan semua sama kamu." Ucap mamanya cepat.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."