Chapter 357 episode 356 (S2)

Mobil yang di kendarai Zira sudah sampai di rumah sakit. Zira memarkirkan mobilnya di area khusus parkir mobil. Mereka berjalan menuju loby rumah sakit. Di sana Zira mengirim pesan kepada dokter Diki.

Dokter Diki, ini saya Zira. Apa ada waktu saya ingin bertemu dengan anda. Sekarang saya ada di loby rumah sakit.

Hampir setengah jam Zira, Jesy dan Jasmin menunggu balasan dari dokter Diki. Suasana di rumah sakit terlihat sangat ramai. Banyak pasien yang wara wiri di rumah sakit itu. Ada yang berobat ke dokter spesialis sesuai dengan penyakitnya masing-masing. Dan banyak yang menjenguk pasien yang sakit.

Ada beberapa dokter yang sekedar lewat di loby rumah sakit itu. Zira melihat sosok yang di kenalnya yaitu Dokter Diki. Zira berjalan cepat untuk bisa mengejar Dokter Diki.

" Dokter Diki." Ucap Zira sedikit teriak.

Dokter Diki yang sedang berjalan dengan beberapa dokter lainnya, menoleh kearah yang punya suara.

" Nona Zira, ada yang bisa saya bantu." Ucap Dokter Diki sambil melihat sekelilingnya mencari keberadaan Ziko.

" Dimana tuan muda?"

" Suami saya sedang di kantor. Apa dokter sibuk? Saya ada keperluan dengan anda." Ucap Zira.

" Mari keruangan saya. Saya baru saja selesai meeting dengan para dokter." Ucap Dokter Diki.

Dokter Diki jalan terlebih dahulu, Zira melambaikan tangannya ke arah Jesy dan Jasmin. Dua wanita itu langsung berlari mengikuti langkah Zira. Mereka masuk ke dalam lift khusus pasien. Dan Dokter Diki masuk ke dalam lift khusus dokter.

Di lantai atas Dokter Diki sudah menunggu di depan pintu lift khusus pasien. Ting, pintu lift terbuka.

" Mari." Ucap Dokter Diki ramah.

Ketiga wanita itu mengikutinya dari belakang. Dan mereka berhenti di depan pintu. Dokter Diki masuk ke dalam ruangannya. Dan mempersilahkan tamunya untuk duduk. Dokter itu melirik ponselnya di atas meja. Dia melihat ponselnya ada beberapa pesan dan satu pesan dengan nomor asing. Dokter Diki langsung membuka pesan itu.

" Anda tadi mengirim pesan kepada saya." Tanya Dokter Diki.

" Iya dok." Jawab Zira.

" Maaf tadi ponsel saya tinggal di ruangan ini." Ucap Dokter Diki sambil melihat ketiga wanita yang duduk di depannya. Satu wajah dia kenal dan dua lagi dia asing. Apalagi ada wanita bule di depannya. Membuat dokter Diki penasaran.

" Ada keperluan apa nona kesini." Tanya dokter Diki.

Zira mengutarakan maksud kedatangannya yaitu ingin meminta bantuan kepada dokter tersebut untuk dapat menerima Jasmin bekerja di rumah sakit itu.

" Can see your cover letter and some experience letters from the previous hospital (bisa lihat surat lamaran anda dan beberapa surat pengalaman dari rumah sakit terdahulu)." Ucap dokter Diki.

Jasmin menyerahkan beberapa berkas kepada pria tersebut.

" Dia bisa berbicara bahasa kita." Ucap Zira.

" Oh ya, kenapa tidak bilang dari tadi." Ucap dokter Diki.

Dokter Diki melakukan beberapa pertanyaan seputar dunia kesehatan. Dan Jasmin menjawab dengan sangat lancar. Dua wanita lainnya hanya melihat keduanya.

" Baiklah tinggalkan berkas ini di sini. Nanti saya akan menghubungi anda." Ucap dokter Diki.

" Baik terimakasih dok." Ucap ketiganya.

Ketiga wanita itu langsung beranjak dari kursi.

" Nona Zira bisa kita bicara sebentar." Ucap dokter Diki.

Zira menganggukkan kepalanya dan memerintahkan dua wanita itu untuk menunggunya di loby.

" Nona siapa dua wanita itu. Yang satu wajahnya terlihat tidak asing, dan yang bule itu juga." Tanya dokter Diki.

" Wajah yang tidak asing itu adiknya Kevin. Dan wanita bule itu kerabat Kevin dari Inggris." Ucap Zira bohong. Dia tidak ingin mengatakan kalau Jasmin calon tunangan Kevin. Jika dia jujur maka rencananya akan gagal.

" Pantas rupanya adiknya Kevin. Wanita bule itu kenapa harus mencari pekerjaan di sini. Bukannya di London sudah sangat bagus." Tanya dokter Diki.

" Kontraknya sudah habis dok." Ucap Zira. Dia masih mengingat tentang pembicaraannya sama Jesy di mall.

" Apa wanita itu tinggal di rumah Kevin." Tanya dokter Diki.

" Saya dengar di apartemen." Ucap Zira.

Dokter Diki manggut-manggut.

" Kenapa dok? Apa perlu saya menanyakan tanggal lahirnya." Goda Zira.

" Hahaha."

" Kok tertawa dok? Dia single anda single apa salahnya. Apa dokter mau di lomba Kevin." Goda Zira lagi.

" Hahaha, biarkan saja si Kevin dulu." Ucap dokter Diki.

Setelah percakapan itu, Zira kembali ke loby menemui Jesy dan Jasmin. Mereka meninggalkan rumah sakit. Zira mengantarkan keduanya ke kediamannya masing-masing.

Dokter Diki langsung menghubungi Kevin.

" Halo Vin?" Ucap dokter Diki.

" Ya dok." Jawab Kevin datar.

" Kerabat kamu melamar di rumah sakit ini." Ucap dokter Diki.

" Kerabat." Kevin terlihat bingung.

" Kamu ada kerabat bule tidak mengenalkan kepadaku. Untungnya ada yang berbaik hati mengenalkannya kepadaku." Ucap dokter Diki.

" Maksud dokter apa." Kevin belum paham dengan ucapan dokter Diki.

" Kamu itu bagaimana, tadi adikmu dan nona Zira datang kesini bersama dengan kerabatmu namanya Jasmin. Apa kamu yang menyuruh wanita bule itu ke sini. Dan kamu juga yang minta kepada nona Zira untuk datang menemuiku." Ucap Dokter Diki.

Kevin baru paham, yang di maksud kerabat adalah Jasmin. Dan yang di bingungkan Kevin, bagaimana Zira bisa mengantarkan Jasmin menemui dokter Diki.

" Iya." Ucap Kevin asal.

" Ya sudah kalau begitu. Kerabat kamu itu pintar sepertinya dia akan aku terima. Kebetulan kami kekurangan dokter spesialis anak, jadi pas sekali dia kalau aku tempatkan di situ." Ucap dokter Diki.

Panggilan terputus. Kevin langsung menuju ruangan bosnya. Dia memasuki ruangan itu setelah mendapatkan perintah dari yang punya ruangan.

" Ada apa Vin." Tanya Ziko.

" Maaf tuan, apa nona Zira sudah meminta izin kepada anda untuk pergi ke rumah sakit." Tanya Kevin.

" Iya sudah." Jawab Ziko.

" Oh baiklah, saya pikir nona Zira pergi tidak meminta izin kepada anda." Ucap Kevin.

Kevin hendak keluar dari ruangan itu.

" Tuan, apa adik saya ada datang ke rumah anda." Tanya Kevin.

" Mana saya tau. Coba kamu hubungi sendiri. Tanyakan lebih detail. Memangnya kenapa?" Ucap Ziko.

" Tidak tuan." Kevin keluar dari ruangan bosnya dan melihat ke pantry. Tapi dia tidak melihat keberadaan office girl itu.

Kevin berjalan mendekati meja kerja Koko.

" Ko, kemana Menik." Tanya Kevin.

" Dia izin pulang cepat, katanya lagi tidak enak badan." Jawab Koko.

Kevin kembali keruangannya.

" Pasti Menik sakit karena aku. Betapa jahatnya aku." Gumam Kevin pelan.

Menik tidak mengatakan dengan jujur kepada Koko, sebenarnya dia sudah pulang. Segala urusan di kantor itu sudah di laksanakannya. Dan dia bisa pulang tengah hari.

Zira sudah mengantarkan keduanya yaitu Jesy dan Jasmin. Dia mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang. Ketika traffic light berwarna merah, Zira menghentikan mobilnya. Dari samping mobilnya banyak yang sedang berjalan di trotoar, karena itu memang khusus untuk pejalan kaki.

Zira melihat sosok yang sangat di kenalnya. Ketika lampu sudah berwarna hijau, Zira langsung menepikan mobilnya.

" Menik." Ucap Zira.

Menik yang sedang jalan sambil menundukkan kepala langsung mengangkat kepalanya.

" Nona Zira." Ucap Menik gugup sambil berdiri di depan Zira.

" Kamu kenapa di sini? Bukannya kamu harus kerja." Ucap Zira.

Menik tersenyum kaku sambil melihat Zira. Zira langsung membuka pintu mobilnya untuk Menik.

" Ayo masuk." Ucap Zira.

" Tapi nona." Ucap Menik gugup.

Melihat tatapan mata Zira, nyali Menik langsung menciut. Karena dia pernah mendengar sendiri kalau Zira tidak suka di bantah.

Menik duduk di kursi depan di samping Zira. Dan Zira langsung melaju mobilnya dengan kecepatan sedang.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."