Chapter 358 episode 357 (S2)

" Apa kamu sudah pulang." Tanya Zira.

" Sudah nona." Jawab Menik pelan.

Zira mengernyitkan dahinya sambil memikirkan sesuatu.

" Setau saya, kamu pulang sore. Kenapa sekarang kamu pulang setengah hari? Apa yang terjadi dengan kamu." Tanya Zira sambil melirik Menik dan kembali fokus dalam mengendarai mobilnya.

" Saya sudah mengundurkan diri." Jawab Menik.

" Apa? Kenapa kamu mengundurkan diri, kamu baru beberapa bulan kerja di sana. Banyak orang berlomba untuk bisa bekerja di sana. Kenapa sekarang kamu malah keluar." Ucap Zira dengan melontarkan beberapa pertanyaan kepada wanita di sebelahnya.

Menik bingung harus menjawab apa. Dia tidak mempunyai alasan yang tepat.

" Kenapa kamu keluar." Tanya Zira lagi.

" Saya ingin beristirahat." Ucap Menik bohong.

" Beristirahat? Apa kamu sakit?" Zira terlihat khawatir.

Menik menggelengkan kepalanya.

" Kalau kamu tidak sakit kenapa harus keluar, jika mau istirahat kamu bisa ambil cuti beberapa hari."

Zira belum mengetahui tentang Menik sepenuhnya. Yang dia tau hanya tentang Kevin yang akan bertunangan dan menurutnya Menik belum mengetahui hal itu.

" Apa kamu ada masalah." Tanya Zira.

Menik langsung meneteskan air matanya. Jika seseorang bertanya mengenainya pasti dia meneteskan air matanya.

" Kamu kenapa Nik." Tanya Zira.

Zira menepikan mobilnya di pinggir jalan.

Menik kembali meneteskan air matanya.

" Kamu bisa cerita kepada saya. Mana tau dengan bercerita kamu bisa merasa sedikit lega." Ucap Zira sambil memegang tangan Menik.

Menik terlihat ragu untuk bercerita, akhirnya dia memberanikan diri untuk berbicara.

Menik menceritakan semua masalahnya dan dia juga menceritakan tentang mamanya Kevin. Tidak lupa dia menceritakan tentang perasaannya.

Zira menghela nafasnya yang berat.

" Masalah kamu sangat rumit. Tapi kamu tidak bisa menyalahkan Kevin, dia juga tidak ingin melakukan ini. Apa yang kamu lakukan sekarang." Ucap Zira.

" Kami memang tidak mungkin bersatu. Saya sudah mengikhlaskannya." Ucap Menik dengan suara getir.

" Kalau memang kamu sudah mengikhlaskannya kenapa kamu menangis. Kamu itu sebenarnya belum bisa merelakan dirinya, benarkan?"

Menik menganggukkan kepalanya pelan.

" Apa mengundurkan diri ini juga cara kamu agar bisa menghindari Kevin?"

Menik menganggukkan kepalanya lagi.

" Dan sekarang apa yang mau kamu lakukan?" Zira tidak ingin menanyakan masalah itu lagi, dia tau karena akan sulit untuk wanita itu menata hatinya kembali.

" Saya mau cari kerjaan nona." Ucap Menik.

Zira langsung menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan mobilnya. Mobil berhenti di depan butiknya.

" Ayo turun." Ajak Zira.

Menik turun, dia bingung kenapa Zira membawanya ke butik.

Di dalam butik Zira memilihkan beberapa potong pakaian untuk Menik.

" Ini untuk apa nona." Ucap Menik bingung.

" Kamu coba dulu di kamar pas. Saya tunggu kamu di sini." Perintah Zira.

Menik hanya mengikuti perintah dari Zira. Dia keluar dari kamar pas dengan mengenakan pakaian yang di pilih Zira.

" Kamu sangat cocok dengan pakaian itu." Zira menyerahkan pakaian yang di pilihkannya kepada pegawainya. Kemudian pegawainya membungkus semua pakaian itu dan memasukkannya kedalam paper bag.

Menik membawa semua paper bag itu. Dan mengikuti Zira dari belakang. Mereka masuk ke dalam mobil. Dan Zira langsung melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah toko sepatu.

" Kita mau ngapain lagi nona." Tanya Menik.

" Tinggalkan paper bag itu di mobil." Perintah Zira.

Menik mengikuti perintah Zira. Mereka masuk ke dalam toko sepatu. Zira memilihkan beberapa pasang sepatu untuk Menik. Sepatu yang di pilihkan Zira semuanya mempunyai tumit yang tinggi.

" Nona, saya tidak bisa memakai sepatu seperti ini." Ucap Menik.

" Mulai sekarang biasakan." Ucap Zira tegas.

Setelah melakukan pembayaran. Mereka kembali ke mobil. Dan Zira membawanya ke toko tas, dan membelikan beberapa tas untuk Menik. Setelah itu Zira dan Menik masuk ke dalam toko ponsel.

" Pilih yang kamu suka." Perintah Zira.

" Untuk apa nona? Saya sudah punya ponsel." Ucap Menik menunjukkan ponsel remotenya.

" Itu dulu ponsel tapi sekarang tidak lagi. Ikuti saja perintah saya." Ucap Zira tegas.

" Tapi untuk apa ini semua." Tanya Menik bingung.

" Nanti kamu akan tau juga." Ucap Zira.

Zira melakukan pembayaran di meja kasir. Setelah melakukan pembayaran mereka berjalan menuju mobil. Di dalam mobil Zira menghubungi seseorang.

" Datang ke rumah saya sekarang." Ucap Zira kemudian mengakhiri panggilannya. Menik yang melihat merasa takjub. Zira mempunyai aura seorang pemimpin. Dari cara berbicara sampai berjalan membuat Menik merasa kagum dengan Zira. Ini adalah hari pertamanya dia bisa berdekatan dengan Zira dan hari pertamanya saja membuat Menik bisa menilai kepribadian Zira.

Mobil yang di kemudikan Zira masuk ke area rumahnya. Zira membawa Menik kerumahnya. Rumah peninggalan kakek dan neneknya.

Menik bengong dengan rumah mewah itu. Setelah mobil sudah parkir, dia mengikuti Zira dari belakang. Sesampainya didepan pintu rumah seseorang menyambut mereka.

" Selamat siang nona." Ucap kepala pelayan.

" Siang, apa bety sudah datang." Tanya Zira.

" Belum ada nona." Jawab kepala pelayan.

Zira membawa Menik untuk duduk di ruang tamu. Pelayan langsung menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk Zira dan tamunya.

" Nona apa ini rumah anda?"

Zira menganggukkan kepalanya.

" Ini rumah saya, tapi saya tidak tinggal di sini. Rumah ini hanya di tempati para pekerja saya. Jika saya kangen dengan rumah ini maka saya akan datang ke sini." Ucap Zira.

Tidak berapa lama kepala pelayan datang dengan seorang wanita.

" Selamat siang nona, maafkan atas keterlambatan saya." Ucap wanita itu.

" Baiklah langsung saja. Menik kenalkan ini Bety." Keduanya saling bersalaman.

" Bety aku mau kamu merubah penampilan Menik. Ajarkan dia cara berdandan dan cara berjalan dengan menggunakan sepatu tinggi. Waktu kamu hanya sampai hari sabtu." Perintah Zira.

" Sampai hari sabtu? Kenapa waktunya sangat singkat." Gerutu Bety.

" Tidak usah banyak tanya, ikuti saja perintah saya. Dan Menik, kamu belajar semuanya di rumah ini. Dan kamu bisa tinggal di sini. Kapanpun kamu mau." Ucap Zira.

" Terimakasih nona, saya tinggal di rumah saya saja." Ucap Menik menolak.

" Ya terserah kamu. Kamu bisa membuat jadwal dengan Bety. Dan Bety buat dia menjadi wanita yang cantik dan anggun."

" Baik nona." Ucap Bety.

Menik mendekati Zira.

" Maaf nona, untuk apa semua ini? Seperti ini saja sudah cukup."

Zira hanya membalas dengan senyumannya.

Aku ingin membuat kamu menjadi wanita yang anggun, cantik dan berwibawa. Karena saingan kamu adalah seorang dokter dan dia sangat cantik. Dan ini aku lakukan untuk menarik perhatian Kevin dan mamanya.

" Lakukan saja perintah saya. Setelah kamu sudah bisa menaklukkan sepatu tinggi itu. Kamu bisa kembali kepada saya. Karena akan ada pelajaran tambahan untuk kamu." Ucap Zira.

Bety mulai mengajarkan Menik cara menghias wajah. Dengan cepat dia bisa melukis wajahnya sendiri.

" Kamu bisa pakai makeup." Tanya Bety.

" Aku pernah kursus make up. Tapi tidak aku teruskan." Ucap Menik.

" Kenapa." Tanya Bety.

" Pertama biaya dan yang kedua yang penting aku sudah tau dasar-dasarnya.

Bety menunjukkan hasil riasannya Menik.

" Bagus." Puji Zira.

" Ini bukan karya saya nona. Tapi karya Menik." Ucap Bety.

" Ternyata kamu sudah bisa berhias. Lanjut ke pelajaran kedua." Perintah Zira.

Menik di ajarkan cara berjalan dengan menggunakan sepatu heels. Tidak gampang berjalan dengan sepatu yang tumitnya tinggi. Menik sudah bolak balik jatuh. Tapi dia semangat untuk melakukannya. Zira melihat jam di tangannya.

Dia berjanji untuk langsung pulang ke rumahnya, tapi dia malah mampir ke beberapa toko.

" Menik saya harus pulang. Kamu bisa minta antar supir nanti. Dan Bety pelajaran hanya sampai jam 4 sore." Ucap Zira tegas.

Kedua wanita itu menganggukkan kepalanya.

Zira memakai tasnya. Dan berjalan keluar dari rumah besarnya.

" Nona Zira." Menik berlari kecil mengikuti Zira sampai depan pintu.

" Ya ada apa." Tanya Zira.

" Terimakasih atas semuanya." Ucap Menik.

Zira menganggukkan kepalanya.

" Nona bolehkah saya memeluk anda." Ucap Menik.

Zira kembali menganggukkan kepalanya. Menik langsung memeluk tubuh Zira. Dan Zira membalas pelukan itu dengan erat. Mereka berdua berpelukan cukup lama. Pelukan sayang untuk keduanya. Zira menganggap Menik seperti saudaranya sendiri begitupun Menik, dia menganggap Zira seperti kakaknya.

" Like, komen dan vote yang banyak ya terimakasih."