Chapter 2 Awal mula

Hanya pernikahan ini yang bisa

menyelamatkan hidup keluarga. Berkorbanlah sedikit saja, kami sudah membesarkan mu

sampai dengan dewasa seperti ini, bagaimana kau tidak tahu caranya membalas

budi. Tuan muda Saga berjanji akan menyelamatkan perusahaan dan keluarga ini.

Berjanjilah pada ayah mu, kau akan melakukannya.

Tubuh Daniah bergetar, ia tentunduk

dalam. Menatap lututnya sendiri, mencengkram jemarinya yang terkepal. Ia merasa

marah, namun perasaan itu pun tidak bisa ia keluarkan.

Balas budi, bukankah aku anak kandung mu.

Bukankah kewajiban mu memberi ku makan dan tempat tinggal, kenapa aku harus

membalas budi untuk kewajiban yang memang harus kau lakukan. Aku membenci mu

dengan seluruh kehidupan ku.

Pernikahan akan dilaksanakan pada

tangal 10. Terhitung dari sekarang hanya sepuluh hari lagi. Daniah

bahkan tidak mengatakan apa pun, ia tidak mengelengkan kepala atau pun tidak

menganggukan kepala. Toh gerakan kepalanya tidak akan merubah apa pun.

“ Terimakasih.”

Huh! Bahkan kata yang sangat ingin

didengarnya itu tak pernah mereka lontarkan. Mereka menganggap pengorbananya

adalah sebuah keharusan. Bukanlah sesuatu yang layak mendapatkan ucapan

terimakasih. Dia anak pertama keluarga ini. Jadi tanggung jawabnya untuk

berkorban. Sudah kewajibannya karena dia diberi tempat tinggal, makanan dan

pakaian. Balas budi.

- - -

Daniah masih mematung di depan

kaca, menatap bayangan menyedihkan dari wajahnya sendiri. “ Permisi nona,

utusan dari keluarga Tuan Saga datang ingin menjemput anda.”

Bibi pengurus rumah sudah berdiri di belakangnya. Tanpa terdengar langkah kaki mendekatnya.

“ Kenapa?” Daniah bertanya tanpa

memalingkan wajah, masih menatap bayangan menyedihkan di kaca. Inilah wajah manusia yang bahkan tidak punya kekuatan untuk hanya mengelengkan kepala penolakan.

“ Saya tidak tahu nona, silahkan turun. Tuan besar dan nyonya sudah menunggu ada.”

Daniah menapaki anak tangga.

Di ruang tamu dia melihat seseorang duduk. Ayah dan ibu tirinya sedang bicara

dengan berlebihan. Menjilat apa yang bisa mereka jilat. Tanpa rasa malu. Daniah

menghentikan langkahnya saat pria itu berdiri karena melihatnya datang.

“ Saya akan membawa nona Daniah sekarang.” Ucapnya.

“ Baik sekertaris Han. Daniah ,

ikutlah dengan sekertaris Han! Tuan Saga ingin bertemu denganmu.”

Daniah tidak menjawab apa yang

ayahnya katakan. Ibu tirinya terlihat memelototinya, namun tidak bisa melakukan

apa pun karena ada utusan dari keluarga calon suaminya.

Daniah berjalan mengikuti langkah

kaki utusan itu, tanpa bicara sepatah kata pun. Dia memasuki mobil masih tanpa

suara. Saat mobil berjalan pun dia tetap membisu.

Apa yang akan terjadi padaku. Lari, aku ingin lari. Tapi kemana? Walau pun keluarga

ini tidak seutuhnya menganggap ku keluarga. Namun hanya tempat ini yang bisa

ku sebut rumah. Aku masih punya adik laki-laki satu ayah yang menyayangi ku. Aku

tak punya tujuan untuk lari. Merasa beruntung karena memiliki rumah, untuk

itulah mungkin benar kata ayah, aku harus membalas budi.

Sambil menatap pohon-pohon

di pinggir jalan pikiran Daniah berlarian ke mana-mana.

- - -

Saga Rahardian Wijaya adalah nama

calon suaminya. Pemilik perusahaan ternama Antarna Grup. Rumor yang beredar

tentangnya adalah, dia laki-laki muda yang berdarah dingin. Kejam terhadap

setiap lawan-lawannya. Dia bisa menghancurkan sebuah perusahaan  hanya dalam semalam. Untuk alasan yang dirinya dan Tuhan yang tahu. Rumornya lagi ia berganti wanita setiap malam,

wanita-wanita mengantri untuk hanya bersamaanya semalam saja tidak pernah

kehabisan.

Lantas kenapa laki-laki seperti itu ingin menikah. Dan lebih menyedihkannya mengapa

harus menikah dengan ku. Perusahaan ayah pasti bukanlah satu-satunya perusahaan

bangkrut yang bisa ia kuasi, tapi kenapa dia memilih perusahaan ayah. Dan

memilih aku sebagai istrinya.

“ Kita sudah sampai nona, silahkan!”

Daniah terjaga dari lamunannya saat sekertaris Han memanggil. Dia sudah berdiri di luar mobil dan membukakan pintu. Daniah berusaha menguasai dirinya. Di mana ini gumamnya. Tempat ini terlihat

seperti restoran kelas atas. Dia hanya berjalan mengikuti langkah sekertaris

Han. Masih tanpa mengeluarkan suara atau bertanya.

“ Silahkan masuk ke dalam,  tuan muda akan datang sebentar lagi.”

“ Baik.”

Daniah memasuki ruangan. Ia ingin

bertanya sesuatu pada sekertaris Han. Tapi melihat raut muka yang sepertinya

jarang tersenyum itu Daniah sudah enggan. Hingga akhirnya dia memilih diam, dan

hanya menunggu.

BERSAMBUNG