Hanya pernikahan ini yang bisa
menyelamatkan hidup keluarga. Berkorbanlah sedikit saja, kami sudah membesarkan mu
sampai dengan dewasa seperti ini, bagaimana kau tidak tahu caranya membalas
budi. Tuan muda Saga berjanji akan menyelamatkan perusahaan dan keluarga ini.
Berjanjilah pada ayah mu, kau akan melakukannya.
Tubuh Daniah bergetar, ia tentunduk
dalam. Menatap lututnya sendiri, mencengkram jemarinya yang terkepal. Ia merasa
marah, namun perasaan itu pun tidak bisa ia keluarkan.
Balas budi, bukankah aku anak kandung mu.
Bukankah kewajiban mu memberi ku makan dan tempat tinggal, kenapa aku harus
membalas budi untuk kewajiban yang memang harus kau lakukan. Aku membenci mu
dengan seluruh kehidupan ku.
Pernikahan akan dilaksanakan pada
tangal 10. Terhitung dari sekarang hanya sepuluh hari lagi. Daniah
bahkan tidak mengatakan apa pun, ia tidak mengelengkan kepala atau pun tidak
menganggukan kepala. Toh gerakan kepalanya tidak akan merubah apa pun.
“ Terimakasih.”
Huh! Bahkan kata yang sangat ingin
didengarnya itu tak pernah mereka lontarkan. Mereka menganggap pengorbananya
adalah sebuah keharusan. Bukanlah sesuatu yang layak mendapatkan ucapan
terimakasih. Dia anak pertama keluarga ini. Jadi tanggung jawabnya untuk
berkorban. Sudah kewajibannya karena dia diberi tempat tinggal, makanan dan
pakaian. Balas budi.
- - -
Daniah masih mematung di depan
kaca, menatap bayangan menyedihkan dari wajahnya sendiri. “ Permisi nona,
utusan dari keluarga Tuan Saga datang ingin menjemput anda.”
Bibi pengurus rumah sudah berdiri di belakangnya. Tanpa terdengar langkah kaki mendekatnya.
“ Kenapa?” Daniah bertanya tanpa
memalingkan wajah, masih menatap bayangan menyedihkan di kaca. Inilah wajah manusia yang bahkan tidak punya kekuatan untuk hanya mengelengkan kepala penolakan.
“ Saya tidak tahu nona, silahkan turun. Tuan besar dan nyonya sudah menunggu ada.”
Daniah menapaki anak tangga.
Di ruang tamu dia melihat seseorang duduk. Ayah dan ibu tirinya sedang bicara
dengan berlebihan. Menjilat apa yang bisa mereka jilat. Tanpa rasa malu. Daniah
menghentikan langkahnya saat pria itu berdiri karena melihatnya datang.
“ Saya akan membawa nona Daniah sekarang.” Ucapnya.
“ Baik sekertaris Han. Daniah ,
ikutlah dengan sekertaris Han! Tuan Saga ingin bertemu denganmu.”
Daniah tidak menjawab apa yang
ayahnya katakan. Ibu tirinya terlihat memelototinya, namun tidak bisa melakukan
apa pun karena ada utusan dari keluarga calon suaminya.
Daniah berjalan mengikuti langkah
kaki utusan itu, tanpa bicara sepatah kata pun. Dia memasuki mobil masih tanpa
suara. Saat mobil berjalan pun dia tetap membisu.
Apa yang akan terjadi padaku. Lari, aku ingin lari. Tapi kemana? Walau pun keluarga
ini tidak seutuhnya menganggap ku keluarga. Namun hanya tempat ini yang bisa
ku sebut rumah. Aku masih punya adik laki-laki satu ayah yang menyayangi ku. Aku
tak punya tujuan untuk lari. Merasa beruntung karena memiliki rumah, untuk
itulah mungkin benar kata ayah, aku harus membalas budi.
Sambil menatap pohon-pohon
di pinggir jalan pikiran Daniah berlarian ke mana-mana.
- - -
Saga Rahardian Wijaya adalah nama
calon suaminya. Pemilik perusahaan ternama Antarna Grup. Rumor yang beredar
tentangnya adalah, dia laki-laki muda yang berdarah dingin. Kejam terhadap
setiap lawan-lawannya. Dia bisa menghancurkan sebuah perusahaan hanya dalam semalam. Untuk alasan yang dirinya dan Tuhan yang tahu. Rumornya lagi ia berganti wanita setiap malam,
wanita-wanita mengantri untuk hanya bersamaanya semalam saja tidak pernah
kehabisan.
Lantas kenapa laki-laki seperti itu ingin menikah. Dan lebih menyedihkannya mengapa
harus menikah dengan ku. Perusahaan ayah pasti bukanlah satu-satunya perusahaan
bangkrut yang bisa ia kuasi, tapi kenapa dia memilih perusahaan ayah. Dan
memilih aku sebagai istrinya.
“ Kita sudah sampai nona, silahkan!”
Daniah terjaga dari lamunannya saat sekertaris Han memanggil. Dia sudah berdiri di luar mobil dan membukakan pintu. Daniah berusaha menguasai dirinya. Di mana ini gumamnya. Tempat ini terlihat
seperti restoran kelas atas. Dia hanya berjalan mengikuti langkah sekertaris
Han. Masih tanpa mengeluarkan suara atau bertanya.
“ Silahkan masuk ke dalam, tuan muda akan datang sebentar lagi.”
“ Baik.”
Daniah memasuki ruangan. Ia ingin
bertanya sesuatu pada sekertaris Han. Tapi melihat raut muka yang sepertinya
jarang tersenyum itu Daniah sudah enggan. Hingga akhirnya dia memilih diam, dan
hanya menunggu.
BERSAMBUNG