“ Apa anda serius dengan apa yang
anda tanyakan?” Han memberikan sorot mata tidak suka. Gadis di hadapannya ini
sepertinya benar-benar memiliki keberanian berlapis. Sekaligus tidak tahu malu
yang menggunung. Apa karena keputusasaan membuatnya bersikap seberani ini.
“ Ia.” Jawab Daniah sambil mengeryitkan bibirnya. Sok imut.
“ Asalkan anda bisa melakukannya
tanpa tuan muda tahu saya rasa tidak apa-apa. Tentu saja jangan sampai orang
lain juga tahu. Lakukanlah dan sembunyikan rapat jangan sampai tercium baunya
sekali pun.” Nada suaranya berubah. Tegas, seperti memberi peringatan. Jangan
membuatku susah untuk membereskan masalah mu. Begitu Daniah menerjemahkan.
“ Benarkah? Wah ini sungguh berita
mengembirakan.” Daniah berusaha mempertahankan caranya bicara. Agar bibirnya
tidak bergetar.
“ Tapi saya peringatkan anda terlebih dahulu nona, kemarahan tuan muda sangat sulit untuk dipuaskan. Jadi
saya harap anda bijak dan berhati-hati mengambil sikap.”
“ Baik” tersenyum riang.
Apa! Dia menunjukan senyum
keputusasaan yang ia bungkus dengan
ceria lagi. Kau benar-benar hebat. Kalau
orang lain, wanita lain pasti sudah gemetar ketakutan, bahkan tidak akan punya
keberanian untuk hanya berakting sok tegar.
Sekertaris Han mengeluarkan sebuah kartu. “ Ini kartu kredit tanpa batas, anda bisa mengunakannya untuk membeli apapun. Tapi saya sarankan bijaksanalah dalam mengunakannya, karena bisa saja nanti
Tuan muda akan meminta pertanggungjawaban anda dan menanyakaan uang yang sudah
anda pakai untuk apa.”
“ Baiklah, terimakasih, saya akan
memakainya dengan penuh syukur dan rasa terimakasih.” Daniah mengambil kartu
itu dan meletakannya di hadapannya. “ Apakah saya bisa membeli rumah dengan
kartu ini?”
“ Saya sarankan anda tidak melakukannya nona.” Suara sekertaris Han terdengar kembali tegas, lagi-lagi
memberi peringatan. Jangan buat masalah.
“ Haha, aku hanya bercanda sekertaris Han.”
Han tersenyum kecut, tidak senang. Dia sebenarnya tidak terlalu suka dengan calon istri tuannya ini, dari awal
sejak Saga membuat keputusan. Karena dia tahu alasan apa yang mendasari
keputusannya memilih Daniah, wanita yang sama sekali bukan tipenya ini untuk
menjadi istri. Hanya sebagai pelarian, hanya sebagai sarana balas dendam.
Karena ia tahu, ialah yang paling direpotkan kalau kedepannya ada masalah yang
timbul.
“ Apa anda sudah punya kekasih sekertaris Han.” Daniah kembali menyeruput minumannya.
“ Maaf nona, saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi kepada saya.”
“ Kalau begitu apakah anda mau menjadi kekasih saya?”
Wajah sekertaris Han sudah merah
padam. Ia mengepalkan tangan karena marah. Wanita di hadapannya ini sudah
sangat lancang.
“ Haha, saya hanya bercanda sekertaris Han, jangan dibawa serius.” Tawa kecil masih ada di mulut Daniah
saat ia menghabiskan kopinya.
Sekertaris Han mengatur nafasnya
perlahan. Bagaimana ia bisa hampir saja termakan emosi oleh kata-kata wanita di
depannya membuatnya kesal sendiri. Padahal, biasanya ia adalah orang yang
sangat tidak mudah terpancing. Bisa dikatakan ia manusia tanpa ekspresi.
“ Nona kedepannya saya harap anda
berhati-hati dengan apa yang anda katakan, terlebih ketika berada di lingkungan
tuan muda. Bisa saja apa yang anda anggap hanya bercanda akan ditafsirkan
serius oleh tuan muda. Dan anda sendirilah yang akan menanggung akibatnya.
Sekali lagi saya mengatakan ini bukan karena saya perduli kepada anda. Saya
tidak perduli apakah anda akan hidup atau mati setelah masuk dalam rumah tuan
Saga. Yang saya pentingkan hanyalah semua yang ada di sekeliling tuan Saga
harus berjalan sebagaimana semestinya.”
Daniah menelan ludahnya. Hati
kecilnya sudah menciut mendengar kalimat panjang itu. Itu adalah bukti
laki-laki di hadapannya ini sama sekali tidak perduli kepadanya. Hidup atau pun
mati.
“ Baik sekertaris Han, terimakasih
atas nasehatnya, saya akan lebih berhati-hati dengan apa yang akan saya ucapkan.”
“ Kalau begitu sekarang saya akan
pergi. Silahkan anda pelajari dan hafalkan apa yang sudah saya tulis di lembaran
itu. Untuk persiapan pernikahaan akan ada utusan yang menjemput anda nanti,
untuk persiapan pakaian dan lainnya. Jadi saya harap anda tidak melakukan
aktifitas apa-apa dan hanya menunggu di rumah anda.”
“ Baik.”
Daniah berdiri ketika sekertaris Han sudah mau beranjak.
“ Terimakasih untuk semuanya.”
Mereka saling menundukan kepala.
Daniah terduduk kembali di kursinya.
Menatap lembaran demi lembaran di tangannya, lalu beralih pada kartu tanpa batas
di sampingnya. Tak terasa ada kristal bening yang tak bisa ia bendung jatuh. Ia
sudah kehilangan arti kehidupan yang sesungguhnya mulai hari ini.
BERSAMBUNG..................