Di pinggir jalan, dekat Danau buatan
yang populer di sebut danau hijau. Karena danau yang cantik itu dikelilingi
taman yang menghijau.
“ Maaf mas bisa saya turun di sini
saja?” Daniah menepuk bahu driver agar menghentikan motornya.
“ Kenapa mbak, ini belum sampai
titik pengantaraan.” Katanya menjawab sambil menepikan motor berhenti di pinggir
jalan.
“ Gak papa mas, saya ada urusan sebentar.”
“ Bisa saya tunggu mbak.”
Penumpangnya sudah turun dan menyerahkan helm.
“ Gak usah mas, selesaikan saja orderannya ya, nanti saya kasih bintang lima. Ini ongkosnya.”
“ kembaliannya mbak.”
“ Buat tips masnya, semoga hari ini lancar ya semuanya.”
“ Eh ia mbak. Terimakasih banyak lho mbak, tipsnya banyak banget.”
“Hehe rejeki masnya. Makasih ya mas.”
“ Ia mbak saya yang terimakasih.”
Driver ojek meninggalkan Daniah.
Daniah belumlah sampai di rukonya bekerja. Dia menyebrang jalan. Sampai di tepi
danau buatan yang masih berwarna keemasan karena terpancar sinar matahari pagi.
Gadis itu berjalan menyusuri jalan setapak. Melangkahkan kaki diantara trotoar
yang rapi terjajar. Tempat ini akan lumayan ramai diakhir pekan. Tapi kalau
hari-hari sibuk kerja seperti sekarang, nyaris tidak ada siapapun di sini. Dia
mengedarkan pandangan berkeliling. Tempat ini streril dari manusia. Tidak ada
satu pun manusia yang terlihat. Daniah menarik nafas dalam, sambil menikmati
ketenangan ini.
Sepertinya pembangunan tempat ini
terhenti sementara. Daniah melihat beberapa tumpukan material di sudut-sudut
taman. Rapi tersusun. Tempat ini akan digadang-gadang sebagai wisata keluarga.
Sebuah danau buatan dengan taman hijau di sekelilingnya. Tidak tahu alasanya kenapa
pembangunan tempat ini terhenti begitu saja.
Setelah sibuk meneliti lokasi
di sekitarnya, Daniah terduduk dan tengelam dalam lamunan yang panjang. Perlahan,
dia sudah tidak bisa menahan. Air mata mulai membasahi pipi. Dadanya mulai
sesak, dan dia mulai sesengukan.
“ Laki-laki sialan! Kamu pikir
karena kau punya uang kau bisa melakukan segalanya. Huh!” Daniah berteriak
keras pada air danau yang tenang. “ Kenapa rambutku hah! Ini rambut bergelombang!
Sudah seperti rambutmu yang paling bagus di dunia saja.”
Aaaaaaa, tangisnya pecah lebih
keras lagi.
“ Laki-laki sialan! Urus
adik-adik mu itu. Kalau kau tidak menyukai ku kenapa menikahi ku. Kau bahkan mau
mematahkan jari-jari ku. Hik, hiks. Kalau kau sudah punya wanita yang kau sukai
kenapa tidak menikah dengannya. Kenapa memilih main rumah-rumahan dengan ku. Apa
salah ku pada mu sebenarnya.Huuuuuu” suara tangisan dan makian semakin melemah.
“ Tapi memang ayah ku yang jahat,
dia sudah menjual ku. Tapi tidak mungkin kalau ada jual beli kalau kau
menolaknya. Ya tetap kau yang lebih jahat. Kau makhluk terkutuk, semoga
penghuni langit dan bumi mengutuk mu juga. Aku membenci mu sampai urat nadi ku.
Semoga kau tersendak saat minum kopi!”
Hug, hug, Daniah sampai
terbatuk-batuk karena saking kerasnya memaki dia sampai lupa menarik nafasnya
sendiri. Dipukul-pukulnya dadanya sendiri. Sambil bernafas, masih
terengah-engah. Hufff! Hembusan keras nafasnya yang terakhir.
“ Ternyata memakinya begini benar-benar membuat ku lega. Apa aku datang kemari saja setiap pagi untuk
memakinya. Ahh, tapi kasihan juga ikan-ikan di danau itu bisa mati keracunan.
Aku harap dia benar-benar tersendak karena aku maki-maki.”
“ Hahaha!” terdengar suara tawa laki-laki.
“ Eh” Tubuh Daniah yang tadi sudah
terasa rileks membeku. “ Ada orang tertawa?” Daniah segera bangun dari
duduknya. Matanya berkeliling ke seluruh penjuru mencari asal suara. Daniah
terduduk saking kagetnya saat ia melihat seorang laki-laki tiba-tiba muncul
dari dekat pepohonan. Dia mengucek mata dan mengibaskan rambutnya. Daniah
semakin terpukul saat laki-laki itu kembali tertawa.
“ Anda siapa?” katanya terbata.
“ Ahh aku, aku hanya tukang foto.”
Dia menaikan kamera yang melingkar di lengannya. “ Aku habis ambil foto matahari
terbit di sini tadi. Karena ngantuk jadi ketiduran.”
Tidur, jadi dia tidurkan, dia tidak
mendengar aku memaki-maki tadikan. Tidak, dia tertawa, pasti dia dengarkan
walaupun hanya bagian akhirnya. Karena jelas-jelas dia tertawa.
“ Kenapa anda berjalan kemari.”
“ Aku hanya ingin duduk di sebelah mu.”
Kenapa juga duduk di samping ku.
Daniah sudah akan berjalan
menghindar, tapi langkah kakinya sudah kalah cepat. Karena laki-laki asing itu
sudah berdiri didepannya, menghadang langkah kakinya. Dia terkepung dan tidak
bisa menghindar. Akhirnya dia duduk lagi ketempatnya tadi.
“ Nah begitukan manis, duduklah aku hanya ingin mengobrol. Semalaman aku begadang dan tidur pagi ku juga terganggu, rasanya kesal juga.”
“ Maaf saya sudah mengganggu tidur anda. Saya tidak tahu kalau ada orang di sekitar sini.”
“ Benar juga kalau kau tahu ada orang kau pasti tidak berteriak sekeras itu.”
“ Maaf.” Sial apa dia mendengar
semuanya. “ Maaf anda tidak mendengar semuanyakan.”
“ Hahaha, maaf sekali ya tapi aku mendengar semuanya.”
Daniah merinding melihat senyum
itu, walaupun dia tersenyum dengan cara yang jenaka, tapi kenapa dia merasa
senyum itu terasa licik sekali.
BERSAMBUNG...........................