Chapter 23 Proyek Danau Hijau

Di dalam gedung Antarna Group, ruangan paling tertinggi, yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya.

Saga tertawa mengingat kejadian semalam dan pagi ini. Sementara Han di sebelahnya menatapnya penuh tanya.

Akhir-akhir ini tuan muda sepertinya sering sekali tertawa, gumamnya dalam hati.

Han mengeluarkan hpnya saat mendengar tanda pesan masuk.

“ Kenapa?” Saga menghentikan pekerjaannya. menoleh pada Han. Menanyakan pesan masuk siapa.

“ Sepertinya ini pertama kalinya nona muda mengunakan kartu yang anda berikan.”

“ Apa yang dia beli.”

“ Nona muda mengunakannya di sebuah salon.”

“ Hahaha.” Saga tertawa dengan senang lagi. “ aku menyuruhnya meluruskan rambut.”

Apa! Sepertinya anda benar-benar merasa bahagia ya. Tapi

syukurlah, semoga hati anda yang sudah mengeras itu bisa kembali melunak.

“ Han.”

“ Ia tuan muda.”

“ Apa kau tidak penasaran, melihat rambut lurusnya. Aku jadi ingin segera pulang melihatnya.”

“ Tapi kita akan ada acara sampai malam, apa perlu saya batalkan.”

“ Tidak perlu. Aku bisa melihatnya nanti.”

Han keluar ruangan masih sempat melirik, senyum yang lahir

di bibir Saga.

- - -

Sore hari, masih di ruangan yang sama.

Saga sudah melemparkan berkas di tanganya ke wajah laki-laki

yang sedang berlutut di hadapannya. Sementara Han mengerutkan dahi dan memandang

laki-laki itu dengan kesal. Kenapa sampai membuat masalah, dasar tidak berguna.

Begitu isi sorot matanya.

“ Apa kau pikir aku menaikan mu di posisi sekarang supaya kau bisa berbuat semau mu.”

“ Tolong ampuni saya tuan. Beri saya kesempatan membereskan

ini.” Suaranya terbata-bata. Tangannya gemetar karena menahan berat tubuhnya.

“ Kalau kau mau korupsi dan memperkaya diri mu seharusnya kau pakai otak mu.”

“ Maafkan saya tuan.”

Dentuman keras terdengar. Benda kecil mendarat di kepala laki-laki yang berlutut

itu. Hp yang terbentur itu jatuh ke lantai dan pecah.

“ Tuan saga tidak menyuruh anda bicara.” Han bicara dengan tegas.

Laki-laki itu gemetar ketakutan, darah menetes dari pelipis

kanannya. Mengalir sampai ke pipi. Tapi dia masih berlutut tidak berani

mendongak, membuka mulut atau menyeka darah yang mengalir.

“ Sudah berapa lama proyek ini berhenti.” Saga bertanya pada Han yang berdiri di sampingnya.

“ Seminggu.” Han menyodorkan hp di depan Saga. Laki-laki itu

membacanya sekilas. Han mengeser ke slide berikutnya.

“ Dalam sebulan apa kau bisa membereskan kekacauan ini” Saga

beralih pada laki-laki yang sedang berlutut itu.

“ Ia tuan, ia tuan.”

“ Jangan mengecewakan ku lagi.”

“ Baik tuan, saya akan melakukan yang terbaik.”

“ Pergilah.”

“ Terimakasih tuan, terimakasih atas kebaikan anda.”

Dia bangun, kakinya gemetar karena terlalu lama berlutut.

Dia menundukan kepalanya berulang sebelum beranjak meninggalkan ruangan. Han

mengikuti langkah kaki laki-laki itu.

“ Bersihkan luka anda.” Sekertaris Han menyerahkan tisu yang

dia minta dari staff sekertaris yang ada di depan ruangan. Para staf sekertaris menundukan

kepala mereka. Tahu, baru saja ada keributan di ruangan presdir di dalam. “

Berapa kali saya harus mengingatkan anda untuk tidak menjawab kata-kata tuan

Saga.”

“ Maafkan saya. Maafkan saya.”

“ Danau hijau ini proyek yang sudah ditunggu tuan Saga, anda

masih bisa berdiri diposisi anda sekarang, bahkan setelah melakukan kesalahan bodoh, itu sudah

keberuntungan buat anda.”

“ Baik tuan. Saya akan bekerja lebih baik lagi.”

“ Pergilah. Bereskan kekacauan ini sebelum satu bulan.”

“ Baik tuan. Baik.”

Laki-laki itu menundukan kepalanya beberapa kali pada

sekertaris Han. Dia tahu kalau laki-laki di hadapannya ini bisa seratus kali

menakutkan dibandingkan tuan Saga. Ia menyeret kakinya walaupun gemetar. Keluar

dari gedung megah Antarna Group.

Sementara di depan ruangan presdir sekertaris Han belum

beranjak, dia mendekat kemeja staff sekertaris. Tiga orang sekertaris di hadapannya

menunduk tidak berani menatapnya.

“ Bawakan aku hp baru.” Katanya.

“ Baik.” Salah satu dari mereka menjawab, lalu bergegas

keluar dari ruangan.

Sekeraris Han kembali keruanganya. Menyandarkan kepalanya

dikursi.

“ Kenapa banyak sekali orang-orang bodoh bekerja untuk tuan

muda.” Dia kesal sendiri, karena membereskan setiap kekacauan yang ditimbulkan

oleh orang-orang itu adalah tanggung jawabnya.

BERSAMBUNG................